Ilmu Bedah Anak (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Bedah Anak (Sp.) by Subject "Chlorhexidine"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item PERBANDINGAN REAKSI LOKAL KULIT, HITUNG KOLONI BAKTERI, DAN INFEKSI DAERAH OPERASI ANTARA PREPARASI PREOPERASI MENGGUNAKAN OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE DENGAN CHLORHEXIDINE PADA PREPUTIUM ANAK HIPOSPADI(2024-01-10) YODYA EVILA; Vita Indriasari; Tidak ada Data DosenPendahuluan : Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital pada genitalia eksterna laki-laki yang membutuhkan rekonstruksi. Walaupun berbagai teknik operasi telah dikembangkan, komplikasi pascaoperasi seperti infeksi daerah operasi dan fistula uretrokutan masih tinggi. Jumlah koloni bakteri pada area operasi, metode preparasi dan pembersihan daerah operasi merupakan faktor-faktor yg mempengaruhi komplikasi pascaoperasi tersebut. Sampai saat ini belum ada metode preparasi dan agen antiseptik terstandar untuk penderita hipospadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbandingan reaksi kulit lokal, hitung koloni bakteri dan infeksi daerah operasi antara preparasi preoperasi menggunakan octenidine dihydrochloride dengan chlorhexidine pada preputium anak hipospadia. Metode: Penelitian ini merupakan studi uji acak terkendali pada 34 pasien hipospadia. subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang dilakukan aplikasi chlorhexidine dan kelompok yang dilakukan aplikasi octenidine dihydrochloride. Apus preputium pertama diambil pada saat pasien masuk ruangan sebelum operasi, apus kedua diambil pada intraoperasi setelah aplikasi antiseptik, apus ketiga diambil pascaoperasi hari ketiga untuk dilakukan hitung koloni bakteri, dilihat pula kejadian reaksi kulit lokal setelah aplikasi antiseptik dan komplikasi infeksi daerah operasi yang dinilai pascaoperasi dan fistula uretrokutan pada pascaoperasi hari ke-7. Hasil: Kejadian reaksi kulit lokal secara signifikan lebih sering terjadi pada pemakaian chlorhexidine (p=0,013; RR= 3,33). Kejadian infeksi daerah operasi dan fistula uretrokutan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok (p>0,05 ; p=1,00). Jumlah koloni kuman pada apus preputium yang dilakukan intraoperasi menurun secara signifikan pada kedua kelompok penelitian (p=0,049), namun lebih siginifikan pada kelompok chlorhexidine (p=0,08) Jumlah koloni kuman pada apus preputium pascaoperasi mengalami peningkatan pada kedua kelompok namun tidak signifikan (p=0,658). Kesimpulan: Hitung koloni kuman menurun secara signifikan pada apus preputium intraoperasi setelah aplikasi octenidine dihydrochloride maupun chlorhexidine dibandingkan hitung koloni kulit preoperasi, dengan kejadian infeksi yang tidak berbeda secara signifikan, namun reaksi lokal secara signifikan lebih rendah pada aplikasi octenidine dihydrochloride.