Kedokteran Gigi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Kedokteran Gigi (S1) by Subject "abses periapikal kronis"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Sensitivitas Bakteri Staphylococcus spp. Dan Streptococcus spp. Terhadap Medikamen Camphorated Parachlorophenol 50% dan 75% Pada Kasus Abses Periapikal Kronis(2020-01-09) MYRANDA DWI RACHMIA; Yuti Malinda; Diani PrisindaPendahuluan: Abses periapikal kronis yang sering dialami masyarakat Indonesia disebabkan oleh bakteri dari spesies (spp.) Staphylococcus dan Streptococcus. Perawatan endodontik dengan prosedur dan medikamen yang tepat adalah syarat keberhasilan perawatan jangka panjang. Camphorated Parachlorophenol yang sudah lama digunakan memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sensitivitas Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp. terhadap camphorated parachlorophenol. Metode: Penelitian ini berjenis eksperimental murni dengan metode uji agar well-diffusion in vitro dan evaluasi zona hambat menurut David dan Stout. Penelitian ini menggunakan 2 variasi konsentrasi, yaitu camphorated parachlorophenol 50% dan 75% dengan chlorhexidine gluconate 2% sebagai kontrol positif dan dimethyl sulfoxide sebagai kontrol negatif. Penelitian dilakukan pada 6 isolat bakteri Staphylococcus spp. dan 1 isolat bakteri Streptococcus spp. dari saluran akar gigi pasien dengan diagnosis abses periapikal kronis yang diukur diameter zona hambatnya. Hasil: Sensitivitas Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp. 100% sangat kuat terhadap camphorated parachlorophenol 50% dan 75%. Rata-rata diameter zona hambat camphorated parachlorophenol 50% sedikit lebih besar daripada camphorated parachlorophenol 75%. Perbandingan 3 terbesar dari rata-rata diameter zona hambat camphorated parachlorophenol 50% dan 75% terhadap Staphylococcus hominis, Staphylococcus warneri dan Staphylococcus saprophyticus. Pembahasan: Sensitivitas bakteri terhadap senyawa phenol dikarenakan aktivitas phenol yang mendenaturasi protein selular dan menyebabkan kebocoran komponen sitoplasma. Diameter zona hambat camphorated parachlorophenol terhadap Streptococcus hominis paling besar karena bakteri tersebut tersusun dari lebih banyak protein daripada polisakarida, sehingga mudah bagi phenol dalam mendenaturasi protein. Simpulan: Sensitivitas Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp. terhadap camphorated parachlorophenol 50% dan 75% adalah sangat kuat.Item Uji Sensitivitas Bakteri dari Saluran Akar Gigi dengan Abses Periapikal Kronis(2019-03-21) AULIA KIRANA RUSTANDI; Yuti Malinda; Diani PrisindaPendahuluan: Abses periapikal kronis membutuhkan antibiotik profilaktik sebagai bagian integral dengan perawatan saluran akar untuk pasien immunocompromised. Streptococcus spp. dan Staphylococcus spp sebagai bakteri dominan pada saluran akar gigi dengan abses periapikal kronis dinyatakan masih sensitif terhadap amoksisilin dan klindamisin. Resistensi terhadap amoksilin dan klindamisin dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu dilakukan uji sensitivitas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa sensitivitas bakteri Streptococcus spp. dan Staphylococcus spp. terhadap amoksisilin dan klindamisin sehingga dapat dilakukan pemilihan antibiotik secara ilmiah. Metode: Uji sensitivitas metode disk-diffusion Kirby-Bauer dan evaluasi Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Penelitian dilakukan pada 6 isolat bakteri Staphylococcus spp. dan 1 isolat bakteri Streptococcus spp. dari saluran akar gigi dengan abses periapikal kronis yang telah dilakukan pengecatan gram dan tes Remel RapID terhadap disk amoksisilin 10 μg, klindamisin 2 μg, dan vankomisin (kontrol positif) 30 μg. Pengolahan data menggunakan uji analisis varian (ANOVA) dan post-hoc. Hasil: Staphylocooccusspp. 33,3% sensitif terhadap amoksisilin dan 100% resisten terhadap klindamisin. Streptococcus spp. 100% resisten terhadap amoksisilin dan 100% resisten terhadap klindamisin. Terdapat perbedaan diameter zona hambat secara signifikan (p<0,05) pada setiap kelompok. Pembahasan: Sensitivitas bakteri terhadap amoksisilin menurun dikarenakan aktivitas dari enzim β-laktamase yang disekresikan oleh organisme Gram-positif secara ekstraseluler. Resistensi klindamisin secara konstitutif dan terinduksi dikarenakan mutasi gen ermpada 23S ribosomal RNA. Resistensi antibiotik terjadi karena dosis dan durasi yang tidak adekuat. Simpulan: Streptococcus spp. resisten terhadap amoksisilin dan klindamisin sedangkan Staphylococcus spp. terdapat spesies yang sensitif, resisten dan intermediet terhadap amoksisilin dan resisten terhadap klindamisin.