Kedokteran Gigi (S1)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 1687
  • Item
    MANIFESTASI KEKERASAN FISIK DI AREA GIGI, RAHANG, DAN WAJAH PADA ANAK DI BIDANG FORENSIK ODONTOLOGI
    (2012-08-03) AJENG WULANDARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen
    ABSTRAK Kekerasan fisik pada anak seringkali terjadi dan mengakibatkan suatu dampak atau trauma yang sangat berpengaruh bagi kehidupan anak. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran manifestasi kekerasan fisik di area gigi, rahang, dan wajah pada anak didik di bidang forensik odontologi. Metode penelitian adalah deskriptif dengan teknik survei. Melalui metode purposive sampling diperoleh 40 responden. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukan indikator kekerasan sebanyak 20,32% luka di mulut dan berdarah di mulut,diikuti luka di gusi,berdarah di lidah maupun bengkak di lidah, berdarah di mulut 20,32%, diikuti berdarah gusi, berdarah di gigi lalu gigi goyang gigi retak/patah bengkak di gusi dan bengkak di bibir Indikator kekerasan di wajah luka memar. Terdapat pula luka gores, luka sayatan luka bakar Area 1/3 wajah wajah tengah sebanayak 70,59% diikuti 1/3 wajah atas dan 1/3 wajah bawah Kesimpulan penelitian adalah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 40 anak didik di rumah singgah anak Balarenik, dapat disimpulkan bahwa manifestasi kekerasan fisik di area gigi atau rongga mulut dan wajah merupakan kekerasan yang paling sering dialami oleh anak. . Kata kunci: kekerasan fisik, gigi,rahang,wajah,anak. ABSTRACT Child abuse oftenly occurs among children and gives an affect as negstive trauma for the rest of their life. The purpose of this study was to determine it’s case, to let people know how significant the manifestation in the children teeth, jaw, and facial viewed from odontology with forensic. Type of the research was descriptive. By means of purposive sampling method 40 respondents had been in volved, data obtained in the form of questionnaires and presented in the tabular. The result is an indicator of. Violence, 20,32% sores in the mouth followed sores on the gum tongue had been safed. 20,32% is bleeding in mouth followed bleeding gums, bleeding teeth teeth rocking cracked teeth swollen gum swollen lips. Sores in the facial area is they have also laceration, incision, burns. The result in facial area effect, 1/3 side 70,59% of the middle face followed 1/3 side top of face, 1/3 side bottom of the face. The conclusion of this research in Rumah Singgah Anak Balarenik of 40 children, showed the most prevalent is manifestation of violence on children in the teeth and facial areas Keywords: physical abuse, teeth, jaw, facial, child
  • Item
    GAMBARAN MIKROSKOPIS GIGI SEHAT, GIGI DIBAKAR DAN GIGI DIRENDAM AIR ACCU GUNA KEPENTINGAN VISUM DI BIDANG FORENSIK KEDOKTERAN GIGI
    (2012-08-01) RANDY ROZANO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen
    ABSTRAK Gigi merupakan jaringan keras yang tahan akan panas maupun asam, sehingga gigi memiliki peranan penting sebagai bahan pertimbangan forensik kedokteran gigi. Manusia memiliki bentuk gigi yang sama sekitar satu banding dua miliar. Rangsang panas dan asam itu sendiri dapat merubah tampilan baik makroskopik maupun mikroskopik gigi tersebut. Hal ini yang menjadi bahan pembanding yang menarik dalam kepentingan peradilan dan identifikasi forensik kedokteran gigi. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen untuk mengetahui perubahan mikroskopik jaringan keras gigi pada kasus gigi terbakar dan kasus gigi mendapat perlakuan asam keras. Sampel yang digunakan adalah tujuh gigi, dengan rincian satu gigi normal sebagai pembanding, tiga gigi dibakar dan tiga gigi direndam dalam larutan air accu. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop pada pembesaran 40x pada setiap gigi. Didokumentasikan dengan cara difoto dan dibandingkan dengan gigi sehat. Hasil penelitian diperoleh dengan memperhatikan dan membandingkan struktur mikroskopis serta diperoleh gambaran perbedaan-perbedaan pada gigi dan yang diberi perlakuan dengan gigi normal. Simpulan penelitian ini adalah pada gigi yang dibakar terlihat hilangnya enamel di cemento-enamel junction akibat proses karbonisasi paparan panas sehingga menyebabkan keretakan mikro pada lapisan enamel dan penipisan tubulus dentin, sedangkan pada gigi yang direndam air accu (asam keras) terlihat perubahan warna enamel, keretakan mikro akibat pengeroposan pada enamel dan menipisnya tubulus dentin serta hilangnya batas antara sementum dan dentin. Kata kunci: Gigi, Mikroskopis, Panas, Asa ABSTRACT The hard tissue of the teeth is resistant to heat and acid, so that the teeth have an important role as a material consideration of forensic dentistry. The humans have the same shape of the teeth around one in two billion. The stimuli of burn with high temperature and sour can be change the picture of macroscopic and microscopic tooth. This is the subject of an interesting comparison in the interests of justice and identification of dentistry. This research was a quasi experiment to know a change of microscopic teeth on the hard cases tooth-burning and the case hard acid treatment.. The sample used were seven teeth, with details of one normal as a comparison, three teeth burned and three teeth soaked in a solution of water of accu.. Observations were made using the microscope at 40x enlarged on each tooth. The tooth was documented by means of a photographed and compared with healthy teeth. The results of this study was obtained by observing and comparing the microscopic structure and the obtained differences in the teeth and treated with the picture of normal teeth. Conclusion of this research is on the tooth are burned was visible loss of enamel at the cement-enamel junction as a result of the process of carbonization heat exposure so as to cause a breach of micro on the outer layer of the tooth enamel and thinning of dentin tubules, while the teeth are in the soak water accu (strong acid) seen change in color of enamel, micro cracks due to defective enamel and depletion of tubulus dentine and loss of boundary between the cementum and dentine Keywords: tooth, Microscopic, Heat, Acid iv Bismillahirrohmanirrohiim, PRAKATA Alhamdulillahirobbil’alamiin. Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu terpanjatkan kepada Rasulallah SAW dan keluarganya serta para sahabatnya atas perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir jaman. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti sidang sarjana strata I (S-1) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat di selesaikan. Untuk kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri, drg.,SP.Ort.(K)., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 2. Drg. Hj. Murnisari Darjan, MS., selaku pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta arahan selama penyusunan skripsi ini. v 3. Fahmi Oscandar, drg., M.Kes Sp. RKG selaku pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta arahan selama penyusunan skripsi ini. 4. DR. Eriska Riyanti ,drg.,SP.KGA. selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan dan dukungan kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG UNPAD Bandung 5. Seluruh staf dosen yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu selama menjalankan pendidikan di FKG UNPAD. 6. Seluruh staf perpustakaan dan karyawan di bagian akademis FKG UNPAD yang telah membantu penulis selama mengikuti kuliah serta penulisan skripsi ini. 7. Keluarga Papa, Mama, Cica dan keluarga besar penulis yang senatiasa mendukung dalam do’a, semangat dan kasih sayang yang sangat besar. 8. Saudari Cendera Kartika Sari yang selalu memberikan doa, kasih sayang dukungan serta bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman terbaik dan seperjuanganku, Te-em Harqad dan Nanda, serta Wien, Jagat, Gigih, dan Aisa. Beserta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang senatiasa memberikan semangat dan dukungan bagi penulis. Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan berkah atas segala amal baik semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vi Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bandung, April 2012 vii Penulis
  • Item
    Gambaran Mouth Breathing pada Anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) di Yayasan Biruku Kota Bandung
    (2024-01-31) MEISYA ALIFAH PRAVIANI; Eka Chemiawan; Inne Suherna Sasmita
    Pendahuluan: Mouth breathing merupakan kondisi klinis yang ditandai dengan gejala pernapasan campuran atau pernapasan tambahan melalui mulut yang menggantikan pola pernapasan hidung. Mouth breathing dapat disebabkan oleh faktor mekanis seperti deviasi septum dan hyperplasia adenotonsilar, penyakit inflamasi seperti alergi rhinitis, dan kebiasaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mouth breathing pada anak GSA di Yayasan Biruku Kota Bandung. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian deskriptif. Subjek dari penelitian ini sebanyak 15 orang yang dikumpulkan dengan total sampling. Penelitian dilakukan menggunakan metode pemeriksaan mirror test. Hasil: Hasil menunjukkan terdapat 5 anak yang mengalami mouth breathing (33.3%). Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 2 anak perempuan yang mengalami mouth breathing (50.0%) dan terdapat 3 anak laki-laki yang mengalami mouth breathing (27.3%). Simpulan: Penelitian ini menunjukan persentase mouth breathing pada anak GSA di Yayasan Biruku Kota Bandung yang rendah dengan anak perempuan memiliki prevalensi yang lebih tinggi daripada anak laki-laki.
  • Item
    PENGGUNAAN TERAPI ANTIMICROBIAL PHOTODYNAMIC PADA PERAWATAN PERIODONTITIS KRONIS: RAPID REVIEW
    (2024-01-25) RUBANTARY AL YASSIN; Dyah Nindita Carolina; Agus Susanto
    Pendahuluan: Penggunaan terapi antimicrobial photodynamic dapat digunakan sebagai terapi tambahan dari scaling dan root planing dalam mengurangi bakteri pada penyakit periodontal. Review ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan terapi antimicrobial photodynamic pada perawatan periodontitis kronis serta meninjau parameter klinisnya seperti Bleeding On Probing (BOP), Clinical Attachment Level (CAL), dan Probing Depth (PD) Metode: Jenis tinjauan literatur yang dilakukan adalah rapid review. Pada tinjauan literatur ini digunakan database berupa PubMed, Science Direct, Scopus, Springer Link, dan EBSCOhost. Metode pencarian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Boolean Operators dengan memasukan kata kunci melalui urutan (“chronic periodontitis”) AND (“scaling” OR “Scaling and Root Planing”) AND (“antimicrobial photodynamic therapy”). Pertanyaan untuk rapid review ini disusun sesuai dengan prinsip yang berfokus pada PICO dan digunakan analisis PRISMA. Jenis artikel yang digunakan merupakan artikel berbahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan jenis penelitian RCT dan CT yang dipublikasi pada tahun 2013-2023. Data pada artikel mencakup parameter klinis jaringan periodontal seperti probing depth, clinical attachment level, dan bleeding on probing. Hasil: Dari 9 artikel yang didapatkan menyatakan bahwa terapi aPDT dapat mengurangi PD, 7 artikel diantaranya menunjukan perubahan yang signifikan pada CAL, dan 5 artikel diantaranya menunjukan perubahan pada parameter BOP. Simpulan: Berdasarkan tinjauan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perawatan periodontitis kronis dengan scaling dan root planing disertai terapi tambahan antimicrobial photodynamic dapat menunjukan perbaikan pada parameter klinis yaitu Clinical Attachment Level (CAL), Probing Depth (PD), dan Bleeding On Probing (BOP) jika dibandingkan dengan terapi scaling dan root planing saja.
  • Item
    Faktor-Faktor yang Berkaitan Dengan Kejadian Barodontalgia pada Personel Angkatan Udara (Sebuah Tinjauan Cakupan)
    (2023-09-27) THALIA PUTRI JUNIA; Prajna Metta; Amaliya
    Pendahuluan: Barodontalgia adalah nyeri gigi akibat perubahan tekanan udara. Prevalensi barodontalgia pada personel angkatan udara bervariasi di berbagai negara. Risiko tinggi disebabkan oleh patologi gigi sebelumnya dan akses terbatas ke perawatan gigi. Perubahan tekanan yang cepat pada personel militer dapat memicu kondisi ini. Mekanisme etiologi belum jelas dan literatur terbatas. Penelitian tinjauan cakupan akan memetakan literatur yang membahas faktor-faktor yang terkait dengan barodontalgia pada personel angkatan dan meningkatkan pemahaman, pencegahan, penanganan, dan penelitian lebih lanjut. Metode: Penelitian ini menggunakan metode scoping review yang mengacu pada PRISMA-ScR. Pertanyaan penelitian didapat dengan kriteria PCC, P (population): personel angkatan udara, C (content): faktor terkait barodontalgia, dan C (context): konteks gender, lokasi penelitian tidak dibatasi. Artikel didapatkan menggunakan mesin pencarian dari lima database serta search engine, dengan kata kunci: (“Barodontalgia” OR “Aerodontalgia”) AND (“Air Force personnel” OR “Air Force” OR “Air Force Pilot” OR “Military” OR “Military Pilot” OR “Fighter Pilot”). Hasil artikel diperoleh melalui penapisan artikel berdasarkan duplikasi, judul, abstrak, serta membaca teks lengkap dari artikel menggunakan kriteria inklusi serta eksklusi. Hasil: Pencarian awal menghasilkan 199 buah artikel dan setelah penyaringan didapatkan lima artikel yang layak. Setelah proses analisis, teridentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan barodontalgia pada personel angkatan udara, meliputi diagnosis penyebab barodontalgia (masalah pada pulpa, adanya restorasi gigi, masalah pada periapikal, periodontitis apikalis, karies, sinusitis, gigi impaksi, fraktur akar vertikal, dan pericoronitis), serta faktor-faktor yang terkait dengan penerbangan (momen dalam penerbangan, jenis pesawat, ketinggian, dan kecepatan). Simpulan: Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme terjadinya barodontalgia akibat penyakit atau kondisi gigi yang telah diidentifikasi, serta penelitian yang menjelaskan hubungan antara faktor-faktor yang berkaitan dengan penerbangan dengan kejadian barodontalgia pada personel angkatan udara.
  • Item
    Kadar Kalsium Saliva pada Perokok (scoping review)
    (2023-07-11) RAISHA NUR SEPTIANI; Anggun Rafisa; Sri Tjahajawati
    Pendahuluan: Aktivitas merokok dalam jangka panjang dapat menyebabkan reseptor pengecap sebagai tempat utama untuk stimulasi sekresi saliva terpapar oleh tembakau sehingga dapat memengaruhi refleks saliva. Perubahan komposisi termasuk kalsium dan laju aliran saliva dapat membahayakan integritas jaringan lunak dan keras rongga mulut. Penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai kadar kalsium saliva pada perokok menunjukkan hasil yang berbeda antara terjadinya peningkatan atau penurunan dari kadar kalsium saliva pada perokok, sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji kembali mengenai bagaimana gambaran kadar kalsium saliva pada perokok. Metode: Desain penelitian ini adalah scoping re(Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses). Literatur yang telah terpilih dianalisis secara tematik. Hasil: Lima artikel memenuhi kriteria inklusi penelitian dan dilakukan ekstraksi data dari setiap artikel. Tiga artikel menunjukkan hasil terjadi peningkatan kadar kalsium saliva pada perokok dan dua artikel menunjukkan hasil penurunan kadar kalsium saliva pada perokok. Simpulan: Hasil peninjauan beberapa artikel pada penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai kadar kalsium saliva pada perokok adalah 1.139175 mmol/l. Jenis kelamin, usia, durasi merokok, dan penyakit penyerta lain seperti periodontitis merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kalsium saliva
  • Item
    Dampak Chewing Exercise pada Kesehatan Orofasial: Sebuah Tinjauan Cakupan
    (2023-09-26) SHAFIA FATHARANI; Kartika Indah Sari; Raden Tantry Maulina
    Pendahuluan: Chewing exercise memberikan banyak dampak pada kesehatan fisik maupun psikis dalam ruang lingkup kesehatan gigi dan mulut. Berbagai penelitian telah dilakukan pada usia dewasa muda dan lanjut usia tetapi masih didapatkan beberapa kesimpulan yang kontradiktif bahwa chewing exercise ini menyebabkan risiko kelelahan pada sistem mastikasi. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan dampak chewing exercise pada kesehatan orofasial. Metode: Tinjauan literatur ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi kata kunci dan metode boolean operators dengan menggunakan database PubMed, ScienceDirect, serta Google Scholar. Pemilihan artikel dilakukan mengikuti protokol PRISMA-ScR (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses-Scoping Review) serta kriteria inklusi dan eksklusi. Literatur yang telah terpilih selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan alat telaah kritis dari Joana Briggs Institute dan dianalisa secara tematik. Hasil: Pencarian awal menghasilkan 3.643 artikel yang selanjutnya melalui proses penyaringan sehingga didapatkan enam artikel yang memenuhi seluruh kriteria yang telah ditetapkan. Keenam artikel menunjukkan manfaat yang diberikan chewing exercise terhadap kesehatan orofasial dimana dua artikel menunjukkan dampak pada individu dewasa muda dan empat artikel menunjukkan dampak pada individu yang berada pada kategori lanjut usia. Dampak yang dihasilkan tergantung pada periode intervensi serta kelompok usia. Dampak positif chewing exercise akan mengalami penurunan ketika latihan tidak lagi dilakukan. Simpulan: Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa chewing exercise memberikan manfaat terhadap kesehatan orofasial berupa peningkatan fungsi pengunyahan. Minimnya jumlah artikel yang ditinjau mengindikasikan pentingnya penelitian mengenai dampak chewing exercise terhadap kesehatan orofasial.
  • Item
    Aktivitas Obat Kumur Herbal Ekstrak Kulit Buah Manggis dalam Menghambat Pembentukan Plak Gigi
    (2023-07-14) TRIANA DEVI FITRIANI; Ina Hendiani; Budhi Cahya Prasetyo
    Pendahuluan: Pengendalian plak gigi penting untuk mencegah penyakit jaringan periodontal. Terapi pengendalian plak gigi akan lebih baik apabila ditunjang dengan terapi adjuvant, salah satunya obat kumur ekstrak kulit buah manggis. Ekstrak kulit buah manggis mengandung alfa-mangostin (αMG), saponin, alkaloid, tanin, flavonoid, kuinon, dan triterpenoid yang memiliki daya antibakteri pada bakteri penyebab plak gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas obat kumur ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6% dalam menghambat pembentukan plak gigi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu dengan desain uji sebelum dan sesudah perlakuan. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling pada 32 pasien Poliklinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran. Subjek penelitian akan diberikan tindakan profilaksis (scaling) kemudian mengukur indeks plak gigi menggunakan Q-ray Cam Pro dan Loe and Silness Index sebelum (hari ke-1) dan sesudah (hari ke-3) berkumur menggunakan aquades atau obat kumur ekstrak kulit buah manggis 2%, 4%, dan 6% selama 2 hari tanpa oral hygiene pada rahang atas. Data dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon, ANOVA, dan Kruskal-Wallis. Hasil: Uji fitokimia menunjukan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki senyawa antibakteri, yaitu flavonoid, saponin, polifenol, kuinon, dan triterpenoid. Kelompok obat kumur ekstrak kulit buah manggis memiliki selisih rata-rata indeks plak yang lebih kecil dibandingkan kelompok aquades. Obat kumur ekstrak kulit buah manggis 2% memiliki selisih rata-rata terkecil sebesar 0,25 pada pemeriksaan Q-ray Cam Pro dan 0,062 pada pemeriksaan Loe and Silness Index. Simpulan: Obat kumur ekstrak kulit buah manggis 2%, 4%, dan 6% memiliki pengaruh dalam menghambat pembentukan plak gigi dengan konsentrasi 2% menunjukan daya hambat pembentukan plak gigi paling baik
  • Item
    Radioidentifikasi gigi manusia temuan arkeologi: a scoping review
    (2019) DIA ADINDA SURYA; Lutfi Yondri; Fahmi Oscandar
    Sampel gigi manusia temuan arkeologi yang terbatas membuat ilmuwan harus lebih berhati hati dalam mengidentifikasinya. Berbagai cara analisis yang bersifat non invasif digunakan, di antaranya dengan menggunakan berbagai metode radiografi dalam proses identifikasi, seperti metode radiografi 2D, radiograf 3D CBCT, Micro- CT, dan synchrotron microtomography. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana pemanfaatan, serta kelebihan dan keterbatasan metode radioidentifikasi untuk gigi manusia temuan arkeologi menggunakan metode scoping review. Metode. Pencarian artikel mengacu pada PRISMA Extension for Scoping Reviews (PRISMA- ScR) yang dilakukan melalui Pubmed, Scopus, dan ScienceDirect dengan tahun terbit 2012-2022. Artikel disaring dan dilihat kelayakannya. Penapisan artikel dilakukan dengan memeriksa duplikasi, membaca judul dan abstrak, serta membaca isi keseluruhan teks. Hasil. Pencarian awal didapatkan 249 artikel. Setelah dilakukan penilaian kriteria kelayakan, 15 artikel dipilih. Studi yang membahas mengenai pemanfaatan radioidentifikasi untuk gigi manusia temuan arkeologi diidentifikasi. Aspek-aspek lain yang terkait dengan pemanfaatan radioidentifikasi gigi manusia temuan arkeologi dan berbagai penemuan lainnya juga diidentifikasi. Metode radioidentifikasi telah banyak diterapkan sebagai metode identifikasi gigi manusia temuan arkeologi. Simpulan. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada artikel yang telah memenuhi kriteria, maka disimpulkan bahwa metode radioidentifikasi gigi telah dimanfaatkan untuk identifikasi jenis kelamin, estimasi usia, identifikasi kondisi patologis, dan identifikasi morfologi gigi manusia temuan arkeologi. Dapat disimpulkan juga bahwa metode radioidentifikasi yang paling sering digunakan adalah cone-beam computed tomography (CBCT), merupakan teknik yang bersifat non- invasif, mudah diakses, paling akurat, dan tepat digunakan untuk memindai sampel gigi
  • Item
    Gambaran ketinggian kondilus pasien bergigi lengkap pada radiograf panoramik
    (2023-07-12) SEKAR KINANTI DANIA PUTRI; Merry Annisa Damayanti; Belly Sam
    Pendahuluan: Kondilus mandibula merupakan salah satu bagian dari sistem stomatognatik yang morfologinya dapat berubah akibat adaptasi dari daya fungsional. Dalam kondisi tertentu, kondilus dapat memiliki perbedaan di tiap sisinya, seperti pada pasien tidak bergigi maupun bergigi sebagian. Beberapa faktor seperti bruxism, menopang dagu, tidur satu sisi dan mengunyah satu sisi pada pasien bergigi lengkap, menimbulkan hiperaktivitas otot pengunyahan sehingga dapat menyebabkan nyeri di sekitar temporomandibular joint (TMJ). Hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya perbedaan morfologi antara kedua sisi kondilus, salah satunya adalah ketinggian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketinggian kondilus pada pasien bergigi lengkap. Metode: Penelitian ini mengambil sampel dari data radiograf panoramik pasien bergigi lengkap yang datang ke Instalasi Radiologi RSGM Unpad dan sudah diberikan kuesioner mengenai kebiasaan mengunyah dan TMD-DI pada periode bulan Maret-Mei 2023. Ketinggian kondilus pada hasil foto radiograf panoramik diukur menggunakan fitur measure pada software ImageJ, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus indeks asimetri Habets. Hasil pengukuran dan kuesioner digunakan untuk pengelompokan sampel. Hasil: Didapatkan sebanyak 46 sampel bergigi lengkap. Hasil perhitungan data penelitian menunjukkan sampel dengan perbedaan ketinggian kondilus lebih banyak ditemukan pada pasien laki-laki dan pada kelompok usia 19-29 tahun. Perbedaan kondilus juga lebih banyak ditemukan pada sampel yang mengunyah menggunakan 1 sisi dan sampel dengan hasil TMD-DI negatif. Simpulan: Terdapat banyak pasien bergigi lengkap yang memiliki perbedaan gambaran ketinggian kondilus. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan asimetri kondilus yang terjadi pada pasien bergigi lengkap dengan berbagai faktor penyebabnya.
  • Item
    Evaluasi Estetik Hidung setelah Penggunaan Presurgical Nasoalveolar Molding dan Perbaikan Celah Bibir Unilateral Primer: Rapid Review
    (2023-07-13) REVABELLE MAHARANI; R. Agus Nurwiadh; Farah Asnely Putri
    Pendahuluan: Anak dengan celah bibir unilateral memiliki wajah yang asimetris, terutama pada bagian hidung. Presurgical Nasoalveolar Molding (PNAM) merupakan sebuah metode baru dari PreSurgical Infant Orthopedics (PSIO) yang dapat membantu mengatasi deformitas dengan mengurangi jarak celah alveolar dan reposisi kolumela sebelum perbaikan celah bibir primer. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek presurgical nasoalveolar molding terhadap estetik hidung setelah perbaikan celah bibir primer pada anak dengan celah bibir unilateral. Metode: Penelitian ini menggunakan metode rapid review yang berpedoman pada Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analysis (PRISMA). Protokol yang digunakan adalah Prospective Register of Systematic Reviews (PROSPERO) dan sudah dilakukan registrasi (ID: CRD42023433416). Pencarian artikel penelitian menggunakan empat basis data Scopus, EBSCOHost, PubMed, dan SAGE Journal dari tahun 2012—2022 Hasil: Karakteristik 14 artikel yang diseleksi dari 453 artikel penelitian pada pencarian awal ditemukan adanya variasi pada metode penelitian, jumlah sampel, dan sampel penelitian yang digunakan. Pembahasan: Sekitar 70% artikel melaporkan NAM memiliki efektivitas dalam meningkatkan simetri hidung setelah perbaikan celah bibir primer. Sebanyak 10% artikel melaporkan hasil bedah yang superior setelah menggunakan alat NAM dan 20% artikel lainnya melaporkan mengenai efektivitas alat NAM dalam jangka waktu yang panjang yang masih sulit untuk disimpulkan. Simpulan: Nasoalveolar molding efektif dalam meningkatkan estetik hidung pada anak dengan celah bibir unilateral setelah perbaikan celah bibir primer. Penggunaan alat NAM dapat mencapai simetri hidung yang lebih baik antara sisi celah dan sisi non celah akibat peningkatan tinggi nostril, tinggi nasal dome, bentuk kolumela yang membaik, dan penurunan lebar nostril dan lebar basal nostril.
  • Item
    Assessment of Oral Diadochokinesis (DDK) using Praat Software in Removable Complete Denture Patients
    (2024-01-28) RAFIANDO RAFIOEN PRIJOSOEDIRDJO; Kartika Indah Sari; Dian Ekawati
    Introduction: Speech function is known to deteriorate with age and tooth loss. Dentures play a role in restoring and improving speech function of the patient. Assessing speech function with syllable repetition can be done by the Oral Diadochokinesis (DDK) method based on two parameters, Alternating Motion Rate (AMR) and Sequential Motion Rate (SMR). This research aims to determine the description of word repetition based on DDK and assess DDK using Praat software in removable complete denture patients. Methods: Analytic observational research with consecutive sampling technique was conducted on ten patients at the Prosthodontia Polyclinic of RSGM Padjadjaran University. Primary data were collected using the DDK method before and after complete denture insertion by assessing parameters of AMR and SMR. and recorded using praat. AMR were measured by pronounced of monosyllables /pa/, /ta/, and /ka/ in 20 repetitions of each in a breath. SMR were measured by pronounced of trisyllables pataka and batako in 10 repetitions of each in a breath. In addition, each assessment was performed twice and recorded using computer Praat with microphone. As control was two dentate adults with at least 28 teeth and no complaints of speech disorders. Data collected were time, pitch, intensity, and formant based on the fitures of the praat and presented descriptively. Results: The repetition time of DDK with AMR and SMR tended to accelerate after insertion but did not reach a similar assessment with the control. Pitch, intensity, and formant showed variations in increase and decrease after insertion, even surpassing the control in some point. Conclusion: There was an increase in DDK values after denture insertion but did not reach a similar assessment to dentate. Pitch, intensity, and formant varied in increase and decrease after insertion compared to dentate adults.
  • Item
    Penyakit Periodontal pada Anggota Militer: Sebuah Tinjauan Cakupan
    (2023-07-12) ARGY MARCIADINA; Amaliya; Ira Komara
    Pendahuluan: Anggota militer wajib menjaga kesehatan rongga mulut, salah satunya kesehatan periodontal, sebagai bentuk kesiapsiagaan tempur. Ditemukan prevalensi penyakit periodontal yang tinggi, antaranya adalah gingivitis dan periodontitis, pada anggota militer. Sejauh ini belum ada penelitian yang membahas mengenai penyakit periodontal yang terjadi pada anggota militer secara sistematis, hanya berupa traditional literature review, sehingga tinjauan literatur secara sistematis perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit periodontal pada anggota militer serta pemetaan kepustakaan mengenai topik tersebut. Metode: Penulisan artikel ini menggunakan metode scoping review yang mengacu pada PRISMA-ScR. Artikel didapatkan menggunakan pencarian kata kunci dengan Boolean operator “AND” dan “OR” pada mesin pencarian dari Google Scholar, PubMed, Scopus, EBSCohost CINAHL, ScienceDirect, dan SAGE Journals. Hasil artikel diperoleh melalui penapisan artikel berdasarkan duplikasi, judul, abstrak, serta membaca teks lengkap dari artikel menggunakan kriteria kelayakan. Hasil: Pencarian awal menghasilkan 3654 buah artikel yang kemudian menjadi sejumlah sepuluh artikel yang layak melalui proses seleksi berdasarkan PRISMA-Scr. Artikel yang didapatkan membahas mengenai penyakit periodontal serta kondisi kesehatan mulut dan periodontal pada anggota militer yang dilakukan menggunakan alat ukur indeks. Empat artikel dilakukan pada subjek anggota militer Angkatan Darat, tiga artikel dilakukan pada subjek anggota militer Angkatan Udara, dua artikel dilakukan pada subjek anggota militer Angkatan Laut, dan satu artikel dilakukan pada subjek anggota militer gabungan ketiga matra. Simpulan: Penelitian ini menemukan penyakit periodontal pada anggota militer dalam bentuk gingivitis dan periodontitis dengan tingkat keparahan dan jenis beragam. Hasil penilaian indeks menunjukkan prevalensi kedua penyakit cukup tinggi pada kalangan anggota militer.
  • Item
    Status Kebersihan Gigi Anak Gangguan Spektrum Autisme Sebelum dan Sesudah Edukasi dengan Flipchart Tooth Brushing Visual Pedagogy
    (2023-07-10) JOSEVINDA AYU PRAMESTI; Sri Susilawati; Inne Suherna Sasmita
    Pendahuluan: Gangguan spektrum autisme adalah gangguan neurodevelopmental yang dikarakterisasi dengan kekurangan dalam komunikasi sosial dan adanya presensi dari terbatasnya ketertarikan dan kebiasaan yang repetitif. GSA termasuk ke dalam gangguan perilaku, memiliki keterbatasan komunikasi, dan keterbatasan motorik yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan rongga mulutnya serta mempersulit kunjungan ke dokter gigi sehingga diperlukan edukasi untuk meningkatkan kesehatan gigi anak GSA. Edukasi dapat diberikan dengan flipchart “Tooth Brushing Visual Pedagogy” yang telah terbukti dapat menurunkan plak dan meningkatkan kesehatan gusi. Tujuan penelitian adalah melihat peningkatan status kebersihan gigi anak GSA sesudah edukasi dengan flipchart ini di Yayasan Biruku Indonesia. Metode: Penelitian berupa quasi experimental dengan sampel 14 responden telah dilaksanakan pada Januari 2023. Penelitian terdiri dari pengukuran indeks plak Patient Hygiene Performance (PHP) sebelum dan sesudah edukasi, dilanjutkan edukasi dengan flipchart “Tooth Brushing Visual Pedagogy” dan penyikatan gigi bersama. Hasil penelitian dianalisis secara statistika dengan SPSS. Hasil: Terdapat perubahan signifikan dengan p-value (p<0.05) sebesar 0.000071. Indeks plak PHP sebelum edukasi adalah sangat baik (0.0%), baik (14.28%), sedang (64.28%), buruk (21.42%) dan sesudah edukasi sangat baik (0.0%), baik (71.42%), sedang (28,57%), buruk (0.0%). Rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah edukasi adalah sedang dan baik. Simpulan: terjadi peningkatan status kebersihan gigi anak GSA sesudah edukasi dengan flipchart “Tooth Brushing Visual Pedagogy”
  • Item
    Evaluasi Persepsi Orang Tua Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Bandung
    (2023-07-12) IRSALINA NUR AMALIA; Eriska Riyanti; Prima Andisetyanto
    Pendahuluan: Anak berkebutuhan khusus memiliki risiko kesehatan gigi yang buruk karena keterbatasan mental dan fisiknya sehingga bergantung pada pengasuh yang merawatnya dalam kehidupan sehari–hari. Dilaporkan bahwa terdapat 62,5% orang tua mengaku bahwa anaknya mengalami kesulitan menyikat gigi. Orang tua memiliki peran penting dalam mengambil keputusan sikap dalam menjaga kesehatan gigi anak. Sikap orang tua tersebut dapat diperngaruhi oleh persepsi orang tua terhadap kesehatan gigi anak. Atas dasar tersebut penulis tertarik mengetahui bagaimana persepsi orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus. Tujuan dalam penelitian ini, yaitu mengevaluasi persepsi orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus di Kota Bandung. Metode: penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan teknik survei secara potong lintang. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 239 orang tua yang memiliki anak usia 0–18 tahun yang diambil dari 9 sekolah SLB. Variabel penelitian ini, yaitu persepsi orang tua serta status kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus. Data didapat secara primer yang di ambil menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Hasil: evaluasi persepsi orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus terdiri atas persepsi cukup baik sebanyak 84,94%, persepsi baik sebanyak 12.13%, dan persepsi buruk sebanyak 2,93%. Simpulan: terdapat sebagian besar orang tua memiliki persepsi yang cukup baik terhadap kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus.
  • Item
    Perbedaan Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar Setelah Penggunaan Fluor Varnish dan Silver Diamine Fluor pada Gigi Pasca Preparasi Saluran Akar
    (2023-07-12) DHIANE APRILIANY GUNAWAN; Irmaleny; Opik Taofik Hidayat
    Pendahuluan : Prosedur preparasi saluran akar sebagai salah satu tahapan perawatan saluran akar dapat melemahkan struktur jaringan keras gigi yang tersisa. Selain itu, penggunaan bahan irigasi EDTA dan NaOCl berpengaruh terhadap sifat mekanik dentin sehingga kekerasan mikro dentin saluran akar akan berkurang. Kombinasi bahan irigasi tersebut dapat melarutkan kandungan mineral dan jaringan organik dari dentin. Tindakan remineralisasi pada dinding saluran akar dapat meningkatkan kekerasan mikro pada dentin melalui pengendapan mineral, sehingga gigi diharapkan dapat mencapai kondisi optimal untuk dilakukan restorasi yang akan mempengaruhi durabilitas gigi tersebut. Metode : Metode penelitian ini adalah eksperimental murni secara in vitro. Sebanyak 32 gigi premolar rahang bawah pertama yang diekstraksi untuk kepentingan perawatan orthodonti dan sesuai dengan kriteria sampel, dipotong dalam batas CEJ lalu dilakukan preparasi saluran akar. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok (n=8). Kelompok I diirigasi menggunakan akuades, Kelompok II diirigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Kelompok III diirigasi menggunakan NaOCl 2,5%, EDTA 17%, dan Sluor varnish (NaF 5%), dan Kelompok IV diirigasi menggunakan NaOCl 2,5%, EDTA 17%, dan SDF 30%. Sampel dipotong secara sagital dan dipendam dalam resin self cure. Sampel kemudian direndam saliva artiSisial di dalam inkubator 37°C selama 7 hari lalu dilakukan uji kekerasan Vickers. Hasil : Hasil penelitian menunjukan rata-rata kekerasan kelompok I adalah 88.88 VHN; Kelompok II adalah 69.69 VHN, Kelompok III adalah 80,14 VHN; dan Kelompok III adalah 79,10 VHN. Analisis data yang dilakukan dengan uji one-way ANOVA menunjukan terdapat perbedaan signiSikan sebelum dan setelah aplikasi bahan remineralisasi Sluor varnish (NaF 5%) dan SDF 30% (p = 0,000 < 0,05 ). Simpulan : Bahan remineralisasi Sluor varnish (NaF 5%) dan SDF 30% dapat meningkatkan kekerasan mikro dentin saluran akar secara signiSikan tetapi Sluor varnish (NaF 5%) memiliki potensi remineralisasi yang lebih besar.
  • Item
    Karakteristik Kasus Di IGD RSGM Unpad Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 : Studi Retrospektif
    (2023-09-19) RAHIMAHULLAH KAMILATINNISA QURRATAAYUNI; Indra Hadikrishna; Endang Sjamsudin
    Pendahuluan :Pandemi COVID-19 berdampak pada mobilitas dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Regulasi pemerintah terutama untuk pelayanan kesehatan gigi yaitu hanya menerima pasien emergensi saja, bahkan beberapa negara menggunakan teledentistry karena dokter gigi basisnya prosedural, dimana menggunakan alat berhubungan dengan aerosol dan droplet manusia dan resiko tertularnya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kasus di IGD RSGM Unpad sebelum dan selama pandemi COVID-19. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif melalui teknik total sampling dari data sekunder seluruh rekam medis pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unpad Bandung periode 2018-2022. Data yang dikumpulkan berupa data pasien dengan diagnosa penyakit, terapi, usia, dan jenis kelamin. Hasil: Pasien sebelum pandemi COVID-19 berjumlah 392 orang dengan diagnosa terbanyak adalah Gingivitis Kronis 123 (31,4%) kasus; dan Pulpitis Reversible 59 (15,1%). Selama pandemi COVID-19 jumlah pasien 136 dengan diagnosa terbanyak adalah Cleft Lip and Palate 33 orang (24,3%) kasus; dan Abses Mulut 17 (12,5%) kasus. Jenis kelamin perempuan (50,9%) lebih banyak mengunjungi IGD sebelum pandemi, sedangkan kunjungan laki-laki (62,5%) selama pandemi. Jenis tindakan berjumlah 593 dengan usia terbanyak 20 hingga 60 tahun. Simpulan: Jumlah kunjungan pasien IGD RSGM Unpad lebih banyak sebelum pandemi dengan jenis kelamin perempuan, dan kasus terbanyak Gingivitis Kronis serta Pulpitis Reversible. Selama pandemi jenis kasus terbanyak Cleft Lip and Palate dan Abses Mulut. Terapi terbanyak sebelum pandemi 139 skeling rahang atas dan bawah (33,2%) dan selama pandemi 52 konsultasi (29,9%) ada pada pasien dewasa muda.
  • Item
    Karakteristik Pasien Infeksi Herpes Simpleks Virus tipe 1 dan 2 Berdasarkan Profil Klinis dan Laboratoris di Rumah Sakit Pusat Rujukan Jawa Barat Periode 2020-2022
    (2023-07-11) NYIMAS SHAFIRA AZIZIAH UBAI; Tenny Setiani Dewi S; Irna Sufiawati
    Pendahuluan: Infeksi Herpes Simplex Virus tipe-1 dan 2 merupakan salah satu infeksi dengan rute penularan oral ataupun genital yang memiliki sifat latensi sehingga berlangsung seumur hidup. Individu yang terinfeksi dapat mengalami kekambuhan terutama pada individu dengan faktor risiko imunokompromi, seperti HIV. Virus herpes simpleks tidak dapat dihilangkan dari tubuh sehingga diperlukan diagnosis dini yang dapat membantu pasien sebagai pencegahan penyebaran infeksi dan menurunkan risiko penularan terutama pada pasien dengan gangguan kekebalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien infeksi HSV tipe-1 dan 2 berdasarkan profil klinis dan laboratoris di Rumah Sakit Pusat Rujukan Jawa Barat periode 2020-2022. Metode: Penelitian deskriptif dan observatif dengan pendekatan retrospektif melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling dari titer antibodi data sekunder di Laboratorium Patologi Klinik RS Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2020- 2022. Hasil: Penyakit dengan seropositif IgG dan IgM terdiri dari pasien autoimun (pemphigus vulgaris (PV), rheumatoid arthritis (RA), dan oral lichen planus (OLP)) 40%, recurrent intraoral herpes (RIH) 20%, pasien imunokompromi (HIV/AIDS) 6,7%, molluscum contagiosum (MC) 6,7%, space occupying lesion (SOL) 6,7%, kehamilan 6,7%, post status epilepticus (SE) 6,7%, dan pasien gangguan psikologis (skizoafektif) 6,7%. Simpulan: Infeksi HSV tipe-1 dan 2 memiliki keterkaitan dengan keterangan klinis pasien berdasarkan karakteristik dan profil klinis pasien yang didukung oleh hasil reaktif pada pemeriksaan laboratoris menggunakan titer antibodi IgG dan IgM anti-HSV tipe-1 dan 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kadar titer antibodi HSV tipe-1 dan 2 pada rentang usia dewasa, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan jenis kelamin.
  • Item
    Pengaruh Perawatan Periodontal Inisial terhadap Kadar Interleukin-1β Cairan Sulkus Gingiva pada Pasien Periodontitis Kronis (Rapid Review)
    (2023-07-12) ADNIN RAHMA DINI; Agus Susanto; Siti Sopiatin
    Pendahuluan: Interleukin-1B merupakan sitokin yang seringkali meningkat pada cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis yang memiliki peranan penting dalam terjadinya kerusakan akibat periodontitis. Perawatan periodontal inisial menjadi pilihan perawatan yang dapat membatasi perkembangan kerusakan periodontal menjadi lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan periodontal inisial terhadap kadar Interleukin-1B cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis kronis. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode rapid review dengan penapisan dan pencarian artikel yang mengacu pada pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analysis (PRISMA). Pencarian artikel dilakukan melalui PubMed, Cochrane, Sciencedirect, dan Wiley. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu artikel dengan randomized control trial dan experimental yang melakukan penelitian pada parameter klinis dan biologis IL-1B cairan sulkus gingiva yang dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir. Hasil: Sebanyak tujuh artikel yang dilakukan pengkajian menggunakan parameter klinis dan biologis Interleukin-1B dalam mengevaluasi pengaruh perawatan periodontal inisial pada pasien periodontitis kronis. Seluruh artikel menunjukan adanya penurunan pada parameter biologis Interleukin-1B setelah dilakukannya perawatan periodontal inisial. Kesimpulan: Tinjauan ini menunjukkan bahwa perawatan periodontal inisial mampu menurunkan kadar Interleukin-1B pada cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis secara signifikan.
  • Item
    Pengaruh konsentrasi glisin terhadap pembentukan vaterit CaCO3 dari kapur alam Padalarang dengan metode fine bubbling
    (2023-07-11) BELVARA FRIDIANI WIDYASRI KUSUMAWARDANI; Renny Febrida; Deby Fajar Mardhian
    Pendahuluan: Kalsium karbonat (CaCO3) adalah salah satu mineral yang melimpah di bumi dan umum digunakan di industri. Kalsium karbonat pada fasa vaterit dapat digunakan dalam aplikasi dan kosmetik, produk kebersihan pribadi, agen abrasif, regenerasi tulang serta dalam bahan pengisi dan industri makanan. Salah satu faktor yang memengaruhi membentukan vaterit yaitu adanya peran zat aditif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi aditif glisin terhadap pembentukan vaterit CaCO3 dari kapur alam Padalarang dengan metode fine bubbling. Metode: Kapur alam diubah menjadi CaO kemudian diubah menjadi Ca(OH)2. Ca(OH)2 dilarutkan kedalam larutan glisin dalam berbagai variasi konsentrasi (0,04M, 0,06 M, dan 0,08 M) pada pelarut 100% air dan 5% air 95% metanol. Suspensi Ca(OH)2 dikarbonasi menggunakan fine bubble CO2 selama 2 jam untuk menghasilkan bubuk CaCO3. Bubuk CaCO3 yang dihasilkan diuji dengan FTIR (Fourier Transform-Infra Red) dan PSA (Particle Size Analyzer). Hasil: Uji FTIR didapatkan bilangan gelombang fasa kalsit (644, 711, 871, 874, 1390, 1391, dan 1794 cm-1), vaterit (744, 848, 1084, 1397 dan 2508 cm-1), aragonit (854 dan 1082 cm-1), dan ACC (1393 dan 1404 cm-1) pada berbagai konsentrasi glisin yang digunakan. Uji PSA didapatkan ukuran partikel terkecil 103,7 nm dan terbesar 124,2 nm. Simpulan: Konsentrasi glisin berpengaruh dalam pembentukan vaterit dengan metode fine bubble. Ukuran partikel paling kecil didapatkan pada variasi glisin 0,04 M dan ukuran partikel yang terbentuk berpotensi untuk digunakan sebagai drug carrier oral nanopartikel.