Ilmu Kedokteran Dasar (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kedokteran Dasar (S2) by Subject "antibakteri"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KASAR DAN ISOLAT FLAVONOID UMBI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens) DIBANDINGKAN DENGAN KLORHEKSIDIN TERHADAP Streptococcus sanguinis ATCC 10556(2016-04-19) FATHIMAH AZZAHRA ATTAMIMI; Rovina; Ani Melani MaskoenPenyakit periodontal dan karies gigi merupakan penyakit rongga mulut dengan prevalensi paling tinggi, kondisi ini diinisiasi oleh terbentuknya plak pada permukaan gigi. S. sanguinis merupakan bakteri pionir penyebab terbentuknya plak gigi. Penggunaan obat kumur klorheksidin merupakan salah satu tindakan untuk mengontrol pembentukan plak gigi, namun karena efek sampingnya, klorheksidin tidak dapat digunakan dalam jangka waktu panjang. Tumbuhan umbi sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak aktivitas biologis yang bermanfaat untuk kesehatan. Salah satu senyawa yang terdapat pada umbi sarang semut adalah senyawa flavonoid, senyawa ini seringkali dihubungkan dengan efek antibakteri yang dimiliki oleh tanaman herbal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas antibakteri ekstrak kasar dan isolat flavonoid yang terdapat pada umbi sarang semut terhadap bakteri S. sanguinis dibandingkan dengan klorheksidin dan pengaruh pemberian konsentrasinya terhadap kematian sel bakteri S. sanguinis. Metode penelitian eksperimen laboratorium, diawali dengan prosedur isolasi senyawa flavonoid dari umbi sarang semut, sedangkan ekstrak kasar sudah tersedia. Selanjutnya sampel diuji aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap S. sanguinis ATCC 10556 menggunakan metode Kirby-Bauer untuk mengukur diameter hambat pertumbuhan bakteri yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan Uji MIC menggunakan metode mikro dilusi dengan ELISA Reader untuk mengetahui nilai MIC dari sampel dan pengaruhnya terhadap kematian sel bakteri. Hasil uji Kirby-Bauer ekstrak kasar umbi sarang semut menunjukkan adanya aktifitas antibakteri. Zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak kasar tidak berbeda secara signifikan dengan klorheksidin (12 mm vs. 15 mm, p>0,05), sedangkan isolat flavonoid umbi sarang semut tidak menghasilkan zona hambat terhadap pertumbuhan S. sanguinis. Nilai MIC ekstrak kasar umbi sarang semut berada diantara 9,77 ppm dan 19,53 ppm, nilai ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai MIC klorheksidin sebesar 1,935 ppm. Selain itu terdapat korelasi yang positif dan kuat antara konsentrasi ekstrak kasar umbi sarang semut dengan kematian sel bakteri S. sanguinis (r=0,867). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kasar umbi sarang semut memiliki efek antibakteri yang lebih kecil dibandingkan dengan klorheksidin, sedangkan isolat flavonoid umbi sarang semut tidak memiliki efek antibakteri yang signifikan terhadap S. sanguinis. Peningkatan konsentrasi eksrak kasar umbi sarang semut memiliki korelasi yang positif dan kuat terhadap peningkatan kematian sel bakteri S. sanguinis.Item Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Spons Laut (Aaptos suberitoides) Terhadap Salmonella Typhi Secara In Vitro(2021-07-09) DENY RUDIANSYAH; Sunarjati; Eko Fuji AriyantoSalmonella enterica serotipe Typhi (Salmonella Typhi) merupakan bakteri bersifat patogen Gram negatif berbentuk batang yang menyebabkan demam tifoid. Terapi farmakologi pada demam tifoid meliputi pemberian antibiotik terdiri dari kloramfenikol, sefotaksim, ampisilin, kotrimoksazol, dan fluorokuinolon. Penggunaan antibiotik pada pengobatan penyakit ini telah menimbulkan terjadinya resistensi Salmonella terhadap beberapa antibiotik. Akibat resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik, maka diperlukan pencarian senyawa aktif sebagai zat antimikroba dari biota laut sebagai alternatif pemecahan masalah resistensi tersebut. Contoh biota laut yang mempunyai potensi tersebut adalah spons laut (Aaptos suberitoides). Telah banyak penelitian tentang kandungan metabolit bioaktif pada spons yang menjanjikan prospek dalam penemuan obat, namun efek antibakteri dari ekstrak spons pada komponen bakteri masih harus diteliti agar menjadi obat alternatif dengan efek samping relatif lebih rendah dibandingkan antibiotik dengan risiko resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak A.suberitoides dengan melihat zona hambatnya menggunakan metode Kirby Bauer modifikasi menggunakan sumuran, kemudian dilakukan uji dilusi cair untuk menentukan konsentrasi hambat minimal (KHM) terhadap bakteri uji sehingga dapat diketahui efek bakteriostatik ekstrak tersebut. Uji kosentrasi bunuh minimal (KBM) digunakan untuk mencari nilai konsentrasi bakterisidal minimal yang dapat membunuh bakteri uji, sehingga dapat diketahui efek bakterisidalnya. Scanning electron microscope (SEM) digunakan untuk mengamati mekanisme kerja ekstrak tersebut dengan melihat kerusakan morfologi dinding sel bakteri uji dibandingkan dengan kontrol positif ampisilin, kontrol negatif tanpa perlakuan. Ekstrak A.suberitoides diuji terhadap S. Typhi pada konsentrasi 12.800, 6.400, 3.200, 1.600, 800, 400, 200, 100 ppm. Ekstrak A.suberitoides membentuk zona hambat tertinggi pada konsentrasi 12.800 ppm yaitu dengan rataan diameter 19,97 mm. Besarnya KHM diperoleh pada konsentrasi 6.400 ppm sedangkan nilai KBM tidak dapat ditentukan. Pengamatan SEM memberikan informasi rusaknya morfologi sel Salmonella Typhi yang diberi ekstrak A.suberitoides ditandai adanya perubahan sel bakteri yang hancur pada bagian ujungnya, adanya pembengkakan atau lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri yang normal dan tanpa perlakuan. Kesimpulan ekstrak A.suberitoides memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. Typhi pada konsentrasi 12.800 ppm dan 6.400 ppm yang dikategorikan kuat.