Radiologi Kedokteran Gigi (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item Evaluasi Pola Radiograf dengan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dalam Proses Penyembuhan Abses Alveolar(2023-07-13) ICHDA NABIELA AMIRIA ASYKARIE; Lusi Epsilawati; AzhariPendahuluan: Abses alveolar merupakan lesi inflamasi yang paling sering terjadi pada tulang alveolar mandibula maupun maksila. Pemeriksaan radiograf merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan oleh dokter gigi untuk membantu mendiagnosis, merencanakan perawatan bahkan mengevaluasi proses penyembuhan abses. Perubahan pola radiograf pada proses penyembuhan abses ini dapat dianalisis nilainya dengan melakukan image processing pada radiograf digital. Proses penyembuhan abses alveolar sangat erat kaitannya dengan proses angiogenesis dan osteogenesis, dimana Vaskular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan growth factor angiogenik paling kuat yang dapat menstimulasi terjadinya angiogenesis. Oleh karena itu, adanya sekresi VEGF dalam fase penyembuhan sangatlah penting pada proses regenerasi tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara jumlah partikel, luas partikel dan fraktal dimensi terhadap kadar VEGF pada proses penyembuhan abses alveolar. Metode penelitian: Penelitian in menggunakan 30 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok time series. Masing-masing sampel tikus wistar dievaluasi nilai pola radiograf dan kadar VEGF pada hari ke-5, 14 dan 21. analisa data dilakukan menggunakan SPSS 25 dengan uji Kruskal-wallis dan uji korelasi spearman. Hasil: Nilai rerata VEGF terendah pada hari ke-21 dan tertinggi pada hari ke-14. Nilai jumlah dan luas partikel tertinggi pada hari ke-21, dan nilai fractal dimension tertinggi pada hari ke-5. analisis statistik menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara pola radiograf dengan VEGF, hanya menunjukkan korelasi antara jumlah partikel dan VEGF di hari ke-14. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya perubahan jumlah partikel, luas partikel, dan dimensi fraktal pada proses penyembuhan abses. Namun, tidak ada korelasi yang signifikan antara pola radiografi ini dan kadar VEGF dalam proses penyembuhan abses.Item RASIO LUAS PULPA TERHADAP LUAS GIGI KANINUS RAHANG ATAS UNTUK ESTIMASI USIA GIGI PADA POPULASI INDONESIA: STUDI CBCT(2023-07-14) SYLVIA AGUSTIN; Suhardjo; Fahmi OscandarPendahuluan: Usia dapat mendeskripsikan kehidupan individu. Salah satu proses dalam menentukan identitas setiap individu adalah estimasi usia. Pemeriksaan radiografi memungkinkan estimasi usia pada individu. Estimasi usia dengan menggunakan radiografi merupakan metode yang bersifat tidak invasif. Berbagai modalitas pencitraan dapat digunakan untuk estimasi usia, salah satunya adalah radiografi CBCT. CBCT menampilkan visualisasi 3D yang lebih kompleks dan akurat. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungn antara rasio luas pulpa dan gigi kaninus menggunakan CBCT untuk mengembangkan metode estimasi usia. Bahan dan Metode: Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan observasi pada sampel yang dilakukan secara cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah data sekunder radiograf CBCT pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjajaran, Bandung dari tahun 2018 hingga 2021 dengan rentang usia 20-50 tahun. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 79 gigi kaninus maksila terdiri dari 79 gigi kaninus maksila laki-laki dan 79 gigi kaninus maksila perempuan. Pengukuran rasio luas pulpa dan gigi kaninus maksila melalui Data DICOM CBCT diproses menggunakan aplikasi open-source software Fiji ImageJ versi 1.53o, Java 1.8.0_172 (64-bit). Pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu pada luas pulpa dan luas gigi. Hasil pengukuran yang diperoleh ditabulasikan dan dilakukan uji analisis regresi linear untuk melihat reliabilitas perhitungan rasio luas pulpa dan gigi kaninus maksila untuk memprediksi usia manusia.Item Estimasi Usia Kronologis Berdasarkan Rasio Volume Pulpa dan Gigi Pada Gigi Kaninus Rahang Atas Menggunakan CBCT(2023-07-13) KHAMILA GAYATRI ANJANI; Fahmi Oscandar; Belly SamPendahuluan: Estimasi usia manusia melalui gigi adalah salah satu metode penghitungan usia dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan penuaan gigi yang dapat diterapkan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Odontoblast menghasilkan dentin sekunder di area dinding pulpa sehingga menyebabkan berkurangnya volume ruang pulpa, yang dapat digunakan sebagai indikator untuk estimasi usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio volume pulpa dan gigi pada gigi kaninus dengan menggunakan CBCT untuk mengembangkan metode estimasi umur. Metode: Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan observasi pada sampel yang dilakukan secara cross-sectional menggunakan rasio volume pulpa dan gigi melalui radiograf CBCT dari tahun 2018-2022 dengan total gigi kaninus maksila sebanyak 79 gigi yang terdiri dari 79 gigi perempuan dan 79 gigi laki-laki, dengan rentang usia 20-50 tahun, sampel dalam keadaan sehat dan tidak memiliki kelainan secara patologis, foramen apikal tertutup dan tidak menggunakan piranti cekat maupun prostetik. File CBCT 3D dalam bentuk DICOM diproses melalui ITK-SNAP untuk pengukuran volume pulpa dan gigi. Pengukuran dilakukan dua kali, pada volume pulpa dan volume gigi. Analisis regresi linear dilakukan untuk melihat reliabilitas perhitungan rasio volume pulpa dan gigi untuk memprediksi usia manusia.Item Akurasi Aplikasi Artificial Intelligence untuk Menegakkan Radiodiagnosis Lesi Radiolusen Odontogenik: Scoping Review(2023-07-13) M RAKHMAT ERSYAD MUCHLIS; Belly Sam; Ria NoerianingsihABSTRAK Pendahuluan: Lesi radiolusen odontogenik terdiri dari sekelompok entitas patologis yang ditandai dengan berbagai gejala klinis, gambaran radiograf dan histologi. Lesi radiolusen odontogenik sering ditemukan dan paling umum. Hingga saat ini penulis belum menemukan publikasi artikel tentang akurasi dari teknik Artificial Intelligence (AI) untuk diagnosa otomatis lesi radiolusen odontogenik. Tujuan dari scoping review ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat akurasi aplikasi penggunaan AI dalam mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik. Metode: Penelitian ini merupakan scoping review dilakukan sesuai dengan PRISMA Extension for Scoping Reviews (PRISMA-ScR). Pencarian dalam penelitian ini menggunakan "Boolean Operators", yaitu metode pencarian artikel dengan menggabungkan dua kata atau lebih menggunakan "AND", "OR", dan "NOT". Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed NCBI, Science Direct, EuropePMC, dan Scopus dengan kata kunci "(((artificial intelligence) AND (diagnostic)) AND (dental) AND (((CBCT) OR (panoramic)) OR (dental radiography))". Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran artikel pada keempat database menggunakan kata kunci yang sudah ditentukan, ditemukan 741 artikel pada tahap penelurusan awal. Terdapat 19 studi yang menggunakan AI untuk menegakkan diagnosis, lesi radiolusen odontogenik. Simpulan: Aplikasi AI terbukti memiliki akurasi tinggi dalam mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik. Namun, pengembangan model AI dimasa mendatang untuk mendiagnosa lesi radiolusen odontogenik dalan praktis klinis, diperlukan ketersediaan bigdata radiograf lesi radiolusen odontogenik, sumber daya komputasi, dan waktu serta melibatkan peneliti interdisiplin untuk melakukan kolaborasi penelitian. Kata kunci: Lesi radiolusen odontogenik, Artificial intelligence, AkurasiItem Akurasi Penempatan Implan Gigi Menggunakan Surgical Guide yang Berasal dari CBCT 3D(2023-07-13) DIMAS SATRIA PUTRA; Farina Pramanik; AzhariPendahuluan: Penempatan implan gigi dengan menggunakan teknik tangan bebas menyebabkan deviasi penempatan yang tinggi. Dengan berkembangnya 3D CBCT, operator dapat melakukan perawatan implan dengan menggunakan sistem pemandu yang menghasilkan panduan bedah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi penempatan implan gigi dengan menggunakan panduan bedah dan keandalan panduan bedah yang dihasilkan dari 3D CBCT. Metode: Data perencanaan bedah virtual implan gigi ditumpangkan dengan data CBCT 3D pasca operasi. Pengukuran sudut dan kedalaman dilakukan untuk menemukan penyimpangan. Setelah itu, dilakukan uji t berpasangan dan uji kesalahan RMS. Hasil: Hasil uji statistik perbandingan antara posisi implan gigi yang direncanakan dan yang telah terpasang tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang signifikan, yaitu 0,698 & 0,70 untuk penyimpangan sudut dan 0,205 untuk penyimpangan kedalaman. Hasil uji RMSE 0,075 & 0,05 pada deviasi sudut & 0,003 antara implan gigi yang direncanakan dan yang ditempatkan. Pembahasan: Pengujian statistik menunjukkan adanya deviasi dari rencana penempatan implan gigi, namun tidak terjadi perubahan yang signifikan sehingga hasil pengukuran rata-rata deviasi masih dalam batas aman. Hasil uji RMSE mendekati angka hipotetik (0) dan menunjukkan akurasi yang baik. Kesimpulan: Penyimpangan yang ditemukan pada penelitian ini disebabkan oleh tidak adanya metal sleeve dan pengalaman operator dalam menggunakan surgical guide, namun penyimpangan tersebut masih dalam batas aman dan penggunaan surgical guide yang berasal dari CBCT 3D dapat diandalkan dan dapat meningkatkan akurasi dalam perawatan implan gigi.Item Akurasi Digitalisasi Model Gigi Dan Disain Surgical Guide Implant Menggunakan CBCT Dengan Referensi Optical 3D Scanner(2023-07-13) YURIKA AMBAR LITA; Azhari; Farina PramanikABSTRAK Pendahuluan: Model gigi Computed Aided Design (CAD) meningkatkan efisiensi untuk perencanaan implan gigi. Studi ini dirancang untuk mengevaluasi akurasi analisis 3D model CAD dan implan panduan bedah dari pemindaian 3D CBCT, ini dibandingkan dengan pemindai optik desktop untuk kebenaran dan presisi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi analisis 3D untuk daerah edentulous gigi dan panduan bedah dengan menggunakan program perangkat lunak inspeksi analisis 3D. Metode: 2 jenis CAD dental model dan panduan bedah dibuat dari 15 model gips gigi dalam 24 area edentulous. Model gigi CAD diperoleh dengan menggunakan pemindai desktop dan Pemindai CBCT. Pemandu bedah CAD dibuat dari model gigi baik pemindai desktop dan Pemindai CBCT dengan menggunakan perangkat lunak implan pemandu bedah (Aplikasi AIS3D, Acteon). Untuk program perangkat lunak inspeksi analisis 3D (GOM Inspect) digunakan dalam inspeksi kebenaran dan presisi model gigi dan panduan bedah dari CBCT-Desktop Scanner dan juga dalam perbandingan 3D. Uji Mann–Whitney 𝑈 digunakan untuk membandingkan akurasi antara area empat titik dalam model gigi dan panduan bedah. Hasil: Root mean square (RMS) dianggap sebagai hasil dari nilai kebenaran perbandingan 3D model (0,0041) dan panduan bedah (0,0048). Paired dependent T-test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan yang dilakukan untuk perbandingan statistik deviasi pada dental model-sugical guide (α = 0,05). Diskusi: Hasil menunjukkan, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik maupun relevan secara klinis mengenai kebenaran dan ketepatan 2 jenis model CAD dan panduan bedah. Temuan investigasi ini mendukung kegunaan beberapa pemindai cor dalam praktik klinis. Temuan scanner desktop setara dengan hasil digitalisasi CBCT, menurut analisis nilai RMSE model dan panduan bedah memiliki perbedaan nilai kebenaran yang lebih tinggi daripada akurasi CBCT lainnya sebagai studi model pemindaian. Kesimpulan: Baik model CAD dan panduan bedah kebenaran dan presisi memberikan akurasi untuk perencanaan implan, yang menyarankan CBCT 3D sebagai model gigi pemindai adalah metode yang dapat diandalkan untuk mendapatkan panduan bedah untuk tujuan perencanaan implan.Item Kesesuaian Pola Trabekula pada Penilaian Proses Osseointegrasi Implan Dental melalui Radiograf Digital 2D dan CBCT 3D(2022-07-12) ANNISA PUTRI; Ria Noerianingsih; Farina PramanikTujuan: Untuk mengetahui kesesuaian pola trabekula pada penilaian proses osseointegrasi implan dental melalui radiograf digital 2D (dua dimensi) dan 3D (tiga dimensi) CBCT (cone beam computed tomography) Bahan dan metode: Jenis penelitian berikut deskripsi korelasi untuk menjelaskan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Populasi dan sampel terdiri dari 24 data radiograf CBCT 3D dan digital 2D dari prosedur radiografi paska pemasangan implan dental hari ke 3, 7 dan 28 yang diinsersikan pada tibia kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus). Masing-masing radiograf diseleksi ROI (region of interest) mencakup area peri-implan dengan lebar 1 mm dan panjang mengikuti tinggi implan. Setiap ROI akan dianalisis pola trabecular thickness, trabecular separation, trabecular number dan fractal dimension. Data hasil penelitian dilakukan uji statistik menggunakan ICC (intraclass correlation coefficient) untuk menilai konsistensi pengukuran intraobserver, r value (pearson correlation coeffiecient untuk mengetahui korelasi antara pola trabekula di kedua modalitas radiograf dan Bland Altmand Plot untuk mengetahui batas diskrepansi yang masih dapat diterima. Hasil: Uji ICC menunjukkan konsistensi intraobserver tinggi pada seluruh pengukuran pola trabekula di radiograf digital 2D dan CBCT 3D. Pola trabecular space dan trabecula number keduanya menghasilkan r value 0.88 dengan diskrepansi antara dua modalitas radiograf masing-masing 0.72 mm dan 0.018. Pola trabecular thickness dan fractal dimension tidak terdapat korelasi yang bermakna dengan r value 0.22 dan rerata dari radiograf 2D lebih rendah dibanding CBCT. Simpulan: Kesesuaian penilaian proses osseointegrasi implan dental melalui radiograf digital 2D dan CBCT 3D didapatkan pada pola trabecular number dan trabecular space.Item Evaluasi Pola Radiograf dengan Nilai Osteoklas dan Osteoblas dalam Proses Penyembuhan Abses Alveolar(2023-07-13) DWI PUTRI WULANSARI; Azhari; Lusi EpsilawatiLatar Belakang: Abses alveolar yang terjadi akibat inflamasi di area periapikal akan menurunkan absorbsi sinar-X sehingga memberikan gambaran radiolusen pada radiograf. Sebaliknya, adanya proses penyembuhan tulang yang menyebabkan perbaikan matriks tulang dan fibrous akan meningkatkan absorpsi sinar-X. Namun, dalam radiografi konvensional diperlukan sekitar 30% perubahan mineralisasi agar lesi periapikal dapat dideteksi oleh sistem visual manusia. Kondisi abses alveolar dalam setiap fase penyembuhan kemungkinan memberikan pola yang berbeda pada radiograf sehingga perlu untuk mengetahui perubahan pola radiograf abses yang didasarkan pada biomarker tulang. Metode: Sebanyak 30 ekor tikus wistar dibagi dalam kelompok kontrol dan abses dan 3 time series. Pada sampel dilakukan anestesi intraperitoneal lalu dilakukan preparasi pada alveolar di area periapikal dan injeksi bakteri Streptococcus Mutans dan Pseudomonas Aeruginosa. Di setiap time series hari-5, hari-14 dan hari-21 dilakukan nekropsi dan pemeriksaan radiografi. Pola radiograf dihitung secara kuantitatif menggunakan software ImageJ. Pembuatan preparat dan pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menghitung jumlah osteoklas dan osteoblas. Hasil: Dari hasil uji beda,nilai osteoklas berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol dan abses (p0.05). Diskusi: Nilai osteoklas meningkat pada fase awal penyembuhan tulang, mengalami penurunan di fase-fase berikutnya, dan kembali meningkat di fase remodeling akhir. Sebaliknya osteoblas akan meningkat dan mencapai nilai puncaknya di fase remodeling awal. Nilai rerata pola radiograf yang terdiri dari jumlah partikel, luas partikel dan fraktal dimensi juga menunjukkan perbedaan di setiap fase. Jumlah partikel dan luas partikel mengalami peningkatan di setiap fase penyembuhan abses alveolar sedangkan nilai fraktal dimensi mengalami penurunan seiring berjalannya fase penyembuhan. Kesimpulan: Jumlah partikel, luas partikel dan fraktal dimensi merupakan pola radiograf yang mengalami perubahan seiring perubahan mineralisasi pada tulang alveolar yang ditandai dengan perubahan nilai marker tulang.Item Analisis pola trabekula antara radiograf periapikal dan CBCT pada proses osteointegrasi implan gigi(2022-07-12) FAHRI REZA RAMADHAN; Azhari; Ria NoerianingsihTujuan: Penelitian ini untuk menganalisis korelasi dan perbedaan pola trabekula pada proses osteointegrasi implan gigi antara radiograf periapikal dan CBCT. Bahan dan metode : Lima belas radiograf periapikal digital dan lima belas radiograf CBCT hasil implan gigi pada tibia kelinci dilakukan evaluasi terhadap pola trabekula melalui parameter Tb.Th, Tb.Sp, Tb.N, dan FD menggunakan peranti lunak imageJ dengan plugin boneJ. Uji statistik menggunakan uji Intraclass correlation, korelasi Pearson dan paired T-test. Hasil: Metode pengukuran penelitian ini berdasarkan uji ICC sudah konsisten. Parameter Tb.Th, Tb.N dan FD hasil modalitas CBCT 3D didapatkan nilai lebih besar dibandingkan radiograf periapikal digital 2D. Berbeda dengan parameter Tb.Sp, nilai hasil modalitas periapikal 2D lebih besar daripada CBCT 3D. Uji Pearson menunjukan korelasi antara radiograf periapikal dan CBCT sangat rendah dan tidak signifikan (p>0.05) pada setiap parameter. Uji paired T-test menunjukan setiap parameter antara radiograf periapikal dan CBCT memiliki perbedaan signifikan (p<0.05). Simpulan: Parameter Tb.Sp merupakan variabel dengan nilai paling tinggi di kedua modalitas dalam melihat pola trabekula. Kedua modalitas menunjukan uji korelasi tidak signifikan dan memiliki perbedaan dalam menilai pola trabekula pada osteointegrasi implan gigi.Item Perbedaan Densitas dan Pola Trabekula Pada Proses Osseointegrasi Implan Gigi Melalui Radiograf Panoramik dan CBCT(2022-07-12) IKA RACHMAWATI; Azhari; Lusi EpsilawatiTujuan : Untuk mengevaluasi perbedaan radiograf panoramik dan CBCT dalam penilaian osseointegrasi implan gigi melalui parameter analisis densitas, trabecular thicknes (Tb.Th), trabecular number (Tb.N) dan trabecular separation (Tb.Sp). Metode : Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan sampel yang diambil secara total sampling, dengan menggunakan data primer berupa 15 data radiograf panoramik dan 15 data radiograf CBCT berasal dari preparat tulang tibia kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus) yang sudah dilakukan pemasangan implan gigi berbahan titanium alloy dengan ukuran 4x7cm, selama 28 hari, berbentuk tapered, coating SA (Sunblasted with Alumina Acid). Penilaian proses osseointegrasi secara radiografi didapatkan dengan hasil segmentasi region of interest (ROI). Setiap ROI dilakukan analisis densitas dan morfometri mikrostruktur trabekula menggunakan perangkat open software ImageJ (Version 1.53c, Java1.8.0_72,64-bit) dengan Plugin BoneJ. Hasil : Analisis perbedaan nilai osseointegrasi implan gigi pada modalitas panoramik dan CBCT menghasilkan perbedaan yang signifikan (p0.05) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Simpulan : Terdapat perbedaan antara modalitas panoramik dan CBCT pada penilaian osseointegrasi implan gigi. Pengukuran osseointegrasi dengan parameter densitas, trabecular thicknes (Tb.Th), trabecular number (Tb.N) pada modalitas CBCT memberikah hasil yang lebih detail dan interpreatif dibandingkan dengan panoramik.Item Analisis Densitas Dan Bone Morfometri Radiograf Periapikal Pada Proses Osseointegrasi Implan Gigi(2022-07-12) RATIH TRIKUSUMADEWI LUBIS; Azhari; Lusi EpsilawatiTujuan : Untuk menganalisis gambaran radiograf proses osseointegrasi implan gigi dengan menggunakan modalitas radiograf periapikal digital pada hari ke-3,14,28 paska pemasangan implan. Metode : Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan data primer berupa 12 data dari pemeriksaan radiograf periapikal masing-masing 4 data pada hari ke-3,14,28 yang berasal dari tulang tibia kelinci berjenis New Zealand White (Oryctolagus cuniculus) paska pemasangan implan gigi berbahan titanium alloy dengan ukuran 4x7cm, berbentuk tapered, coating SA (Sunblasted with Alumina Acid). Penilaian proses osseointegrasi secara radiografi didapatkan dengan hasil segmentasi region of interest (ROI). Pembuatan ROI disesuaikan dengan kriteria yaitu area kontur terluar thread implan gigi dari puncak, dasar dan lateral, kemudian dilanjutkan dengan membuat garis yang mencakup area osseointegrasi atau trabekula yaitu periimplant dengan lebar 1 mm dan panjang mengikuti panjang implan gigi. Setiap ROI dilakukan analisis densitas dan bone morfometri menggunakan perangkat open software ImageJ (Version 1.53c, Java1.8.0_72,64-bit) dengan Plugin BoneJ. Hasil : Analisis gambaran osseointegrasi implan gigi pada hari ke-3,14,28 dengan modalitas radiograf periapikal menghasilkan perbedaan yang signifikan (p0.05) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Simpulan : Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini bahwa terdapat perbedaan nilai densitas dan trabecular thickness (Tb.Th) seiring dengan perubahan waktu penyembuhan dan tidak terdapat perbedaan nilai pada trabecular separation (Tb.Sp) dan trabecular number (Tb.N)Item Radioidentifikasi Luas Dentin Gigi Molar Pertama Dan Ke-Dua Mandibula Pada Radiograf Panoramik Untuk Estimasi Usia Manusia(2022-07-12) INDRI KUSUMADEWI; Belly Sam; SuhardjoTujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia kronologis dengan luas dentin gigi molar pertama dan molar kedua mandibula serta memperoleh formula regresinya yang berguna sebagai estimasi usia manusia. Metode: Rancangan penelitian ini adalah deskripsi korelasi cross-sectional dari 195 gigi molar pertama dan 195 gigi molar ke-dua mandibula pada radiograf panoramik dari data di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia tahun 2019-2021. Sampel diambil dengan metode purposive non-random sampling dengan kriteria radiograf yang mencitrakan gigi molar pertama dan ke-dua mandibula yang telah erupsi sempurna dengan foramen apikal yang telah menutup. Kriteria inklusi: usia 14-50 tahun dan kualitas radiograf yang baik. Pencitraan dari salah satu gigi molar pertama atau kedua mandibula, memiliki lesi patologis pada mahkota sampai dengan akar gigi, pencitraan gigi yang tumpang tindih satu sama lain dan perbedaan jenis kelamin dieksklusikan. Sampel diukur luas dentinnya dari titik terluar dentino-enamel-junction (DEJ) mahkota gigi dan cemento-dentino-junction (CEJ) pada akar gigi dalam milimeter (mm) menggunakan software ImageJ. Hasil: Terdapat korelasi positif antara usia kronologis manusia dengan luas dentin gigi molar pertama (r= 0.861) dan usia kronologis dengan gigi molar kedua (r= 0.781). Formula regresi estimasi usia yang diperoleh pada molar pertama adalah: usia= 4.281+20.192 X luas dentin molar pertama (r2= 0.74; SEE= 3.085), dan untuk molar kedua, usia= -6.700 + 35.075 X luas dentin molar kedua (r2= 0.610; SEE= 3.789). Simpulan: Terdapat korelasi yang kuat antara usia kronologis manusia dengan luas dentin molar pertama mandibula dan usia kronologis dengan molar kedua mandibula. Formula estimasi usia dari molar pertama lebih baik dalam memprediksi usia dibandingkan dengan formula estimasi usia dari molar ke-dua.Item POLA GAMBARAN NILAI SOFT CALLUS PADA MICRO COMPUTED TOMOGRAPHY DAN JUMLAH SEL KONDROSIT SECARA HISTOLOGI DALAM PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR TULANG: REVIEW(2021-01-19) MERRY ANNISA DAMAYANTI; Ria Noerianingsih; Farina PramanikPendahuluan: Fraktur merupakan kondisi dimana terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh trauma atau kekuatan mekanik yang tidak mampu ditoleransi oleh tubuh. Fraktur sering terjadi pada tulang dan tubuh akan mengalami penyembuhan secara fisiologis dan biologis. Proses penyembuhan tulang terjadi dalam beberapa tahap dan kehadiran soft callus menjadi salah satu ukuran keberhasilan dalam pembentukan jaringan tulang pada fraktur tulang. Soft callus merupakan kondrogenesis yang terdiri dari sel kondrosit. Penilaian soft callus yang terbentuk dalam proses penyembuhan tulang menggunakan radiograf Micro CT dan histologi dalam menghitung jumlah sel kondrosit. Tujuan review ini untuk mengetahui gambaran nilai Micro CT soft callus dan pola nilai histologi kondrosit dalam proses penyembuhan fraktur tulang. Bahan dan Metode: Pencarian artikel dilakukan melalui mesin pencarian PubMed, Science Direct, EBSCO host, dan Clinical Key. Strategi pencarian menggunakan kata kunci “bone fracture healing”, “micro ct”, “chondrocyte”, “tissue volume”, dan “tissue surface”. Risiko subjektifitas dinilai menggunakan ARRIVE. Hasil: Total lima artikel dicakup dalam penelaahan ini memberikan informasi tentang parameter gambaran micro CT soft callus dan pola nilai histologi kondrosit dalam proses penyembuhan fraktur tulang. Risiko subjektifitas dinilai menggunakan ARRIVE. Simpulan: Gambaran Micro CT soft callus dalam proses penyembuhan fraktur tulang dapat dinilai menggunakan parameter Total Callus Area, Bone Volume/Total Volume (BV/TV), dan Bone Mineral Density (BMD). Pola gambaran soft callus dengan parameter Total Callus Area meningkat dari hari ke-1 dan menurun pada hari ke-14, sedangkan dengan parameter BV/TV meningkat dari hari ke-1 dan menurun pada hari ke-10. Pola gambaran jumlah sel kondrosit secara histologi meningkat dari hari ke-1 dan menurun pada hari ke-14.Item PERBEDAAN MORFOMETRI MANDIBULA DITINJAU DARI RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL ANTARA ANAK PENDERITA HIV DAN INDIVIDU SEHAT BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN(2021-01-13) ALONGSYAH ZULKARNAEN RAMADHAN; Ria Noerianingsih; Farina PramanikANALISIS MORFOMETRI MANDIBULA DITINJAU DARI RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL ANTARA ANAK PENDERITA HIV DAN INDIVIDU SEHAT BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN Alongsyah Zulkarnaen Ramadahan 160821180003 ABSTRAK Pendahuluan: Infeksi HIV pada anak-anak, dapat terjadi penurunan kualitas tulang. Proses inflamasi sistemik persisten dari infeksi HIV menyebabkan fungsi sel B merangsang proses osteoklastogenesis yang menyebabkan perubahan pada tulang. Penurunan kualitas tulang pada pasien HIV terjadi karena penggunaan jangka panjang dari pengobatan highly active antiretroviral therapy (HAART). Gambaran panoramik digital berguna untuk mendiagnosis daerah rahang dan menganalisa radiomorfometrik makrostruktur pada mandibula. Mandibula merupakan tulang dimana analisis kualitas tulang sering dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis morfometri mandibula ditinjau dari radiograf panoramik digital antara anak pemderita HIV dan individu sehat. Bahan dan metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik. Jumlah sampel adalah 86 radiograf panoramik digital pasien anak penderita dan individu sehat. Hasil: nilai morfometri mandibula antara anak penderita HIV dan individu sehat berdasarkan jenis kelamin, nilai (MCI) p-value 0,009 (GMI) p-value 0,934 (GI) p-velue 0,584 (GO-CO) p-velue 0,090 (CO-M) p-velue 0,919. Hasil penelitian dengan nilai mofrometri mandibula antara anak penderita HIV dan individu sehat index berdasarkan usia nilai (MCI) p-value 0,490 (GMI) p-value 0,657 (GI) p-velue 0,080 (GO-CO) p-velue 0,147 (CO-M) p-velue 0,158. Simpulan: Morfologi mandibula antara anak penderita HIV dan individu sehat melalui radiograf panoramik digital yaitu terdapat perbedaan signifikan nilai ketebalan resopsi, lebar dan ketebalan. Selain itu tidak terdapat perbedaan signifikan nilai tinggi dan panjang serta berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kata kunci: Anak HIV, Morfometri Mandibula, Radiograf Panoramik.Item Pola Temporal Gambaran Angiografi Mikro-CT dan Nilai Ekspresi mRNA VEGF pada Proses Penyembuhan Fraktur Tulang: Rapid Review(2021-01-09) AGA SATRIA NURRACHMAN; Azhari; Lusi EpsilawatiPendahuluan: Angiogenesis memainkan peranan penting pada proses penyembuhan fraktur dengan VEGF sebagai protein utama yang terlibat. Modalitas angiografi mikro-CT dapat digunakan untuk menganalisis revaskularisasi ini dengan beberapa parameter seperti jumlah percabangan, volume total dan diameter. Tujuan: Menilai pola temporal gambaran pembuluh darah yang terlihat pada angiograf mikro-CT khususnya dalam hal jumlah percabangan, volume total dan diameter, serta ekspresi mRNA VEGF selama proses penyembuhan fraktur tulang. Metode: Review dilakukan sesuai dengan pedoman PRISMA dengan pencarian artikel di database elektronik PubMed, ProQuest, ScienceDirect, EBSCOhost, Taylor & Francis Online dan hand-searching. Strategi pencarian disesuaikan ke setiap database menggunakan konsep Boolean operator dan limit function lain yang tersedia untuk mengidentifikasi artikel yang paling relevan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Penapisan dilakukan dalam beberapa tahap dengan membuang duplikat dan menganalisis judul, abstrak dan full-text di semua entri yang ada. Ekstraksi data dilakukan untuk dilakukan sintesis kualitatif untuk meringkas pola temporal dari masing-masing parameter. Hasil: Sebanyak 28 artikel memenuhi semua kriteria, 11 artikel disintesis berdasarkan analisis angiografnya, 16 artikel disintesis berdasarkan analisis ekspresi mRNA VEGF dan 1 artikel memiliki analisis keduanya. Simpulan: Terdapat pola temporal selaras antara ketiga parameter angiografi mikro-CT dengan ekspresi mRNA VEGF secara kualitatif.Item Pola Radiografis Mikrostruktur Penyembuhan Fraktur Tulang pada Mikro-CT yang Diinduksi Oleh Aktivitas FGF-2: Rapid Review(2021-02-03) FADHLIL ULUM A.RAHMAN; Azhari; Lusi EpsilawatiLatar Belakang: Proses penyembuhan fraktur tulang melibatkan interaksi berbagai jenis sel, struktur anatomis, growth factor, komponen matriks ekstraseluler, serta intervensi biomekanis dalam serangkaian peristiwa seluler dan molekuler. FGF-2 adalah salah satu dari growth factor dengan aktivitas paling luas dalam proses tersebut dan berfungsi menginduksi pembentukan kalus sebagai awal tulang baru. Pembentukan kalus perlu dievaluasi melalui pemeriksaan radiografis karena dapat memberikan informasi akurat dari proses penyembuhan fraktur tulang. Mikro-CT sebagai modalitas radiografi dengan keunggulan resolusi hingga 50 πm menjadi pilihan untuk evaluasi fraktur tulang secara kuantitatif dan kualitatif melalui parameter nilai mikrostruktur volume dan densitas mineralisasi kalus yang menggambarkan pola radiografis penyembuhan fraktur tulang yang digunakan secara laboratoris pada hewan atau spesimen manusia. Metode: Rapid review ini dilakukan dengan penelusuran sistematis pada penelitian eksperimental pada penyembuhan fraktur tulang hewan golongan rodentia dalam rentang waktu penerbitan artikel antara tahun 2010-2020 melalui enam database yaitu EBSCOHost, PubMed, Proquest, Wiley Online, ScienceDirect, dan EuropePMC. Penelitian eksperimental tersebut memuat data pemeriksaan mikro-CT dan keterangan aktivitas FGF-2 selama proses pembentukan kalus dalam penyembuhan tulang berlangsung. Tahap review menggunakan PRISMA Flowchart yang selanjutnya dilakukan penilaian risiko subjektivitas terhadap penelitian terinklusi menggunakan modifikasi ARRIVE guidelines. Hasil: Diperoleh sembilan artikel yang terinklusi tentang penelitian eksperimental pada proses penyembuhan fraktur tulang hewan golongan rodentia dengan rincian empat diantaranya menyertakan keterangan peningkatan nilai ekspresi gen mRNA FGF-2 melalui RT-PCR dan lima diantaranya memberikan penambahan aplikasi bahan mengandung FGF-2 pada area fraktur. Pemantauan secara radiografis dilakukan dalam rentang waktu hari ke-7 hingga hari ke-56 pascafraktur yang mewakili proses pembentukan kalus. Pola radiografis penyembuhan fraktur tulang ditunjukkan melalui nilai mikrostruktur BV, BV/TV, dan BMC. Penilaian risiko subjektivitas menunjukkan rentang nilai yang cukup tinggi antara 16-25 yang menunjukkan semua penelitian yang ditelaah dalam review ini memiliki kualitas baik. Simpulan: Sebagai simpulan, berdasarkan peningkatan nilai ekspresi gen mRNA FGF-2 pada hari ke-7 hingga hari ke-28 pascafraktur dan penambahan aplikasi bahan mengandung FGF-2 pada area fraktur sejalan dengan nilai BV/TV yang meningkat terus hingga setelah hari ke-28 sedangkan nilai BV dan BMC meningkat dalam rentang waktu 7 hari hingga 28 hari pascafraktur tulang lalu cenderung menurun setelahnya.Item Perbedaan Morfometri Kondilus Pada Sendi Temporomandibula Antara Pasien Tidak Bergigi Posterior Unilateral dan Bilateral ditinjau dari Radiograf Panoramik digital(2020-01-21) SISKA DAMAYANTI SAIFUDDIN; Ria Noerianingsih; Belly SamPerubahan morfometri kondilus (tinggi dan lebar kepala kondilus) akibat gangguan fungsional kehilangan gigi posterior terutama gigi molar baik unilateral dan bilateral dapat mengurangi efisiensi pengunyahan, menimbulkan tekanan yang lebih besar pada sendi temporomandibula. Selain faktor kehilangan gigi posterior, faktor usia dan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi perubahan morfometri kondilus dan morfometri mandibula secara keseluruhan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan morfometri kondilus pada sendi temporomandibula antara pasien tidak bergigi posterior (molar) unilateral dan bilateral ditinjau dari radiografi panoramik digital di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM UNPAD. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik. Subjek penelitian adalah radiograf panoramik digital yang berasal pasien dengan kondisi klinis kehilangan minimal 2 gigi molar unilateral dan bilateral, termasuk gigi molar tiga yang hilang atau impaksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM UNPAD. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh masing-masing 20 radiograf panoramik pada unilateral dan bilateral. Hasil penelitian menunjukkan tinggi kepala kondilus lebih besar pada laki-laki kelompok usia 36-45 tahun tidak bergigi unilateral, sedangkan lebar kepala kondilus lebih besar pada kelompok tidak bergigi bilateral di usia yang sama. Simpulannya, tinggi kepala kondilus lebih besar pada kelompok pasien tidak bergigi posterior unilateral, sedangkan lebar kepala kondilus lebih besar terdapat pada kelompok pasien tidak bergigi bilateral dan tidak terdapat perbedaan besar morfometri kepala kondilus pada sendi temporomandibula antara pasien tidak bergigi posterior (molar) unilateral dan bilateral.Item ANALISIS KETEBALAN KORTIKAL, UKURAN SUDUT DAN KEPADATAN TRABEKULA TULANG MANDIBULA PRAJURIT DAN NON PRAJURIT DITINJAU DARI RADIOGRAF PANORAMIK(2021-01-11) INDRA GUNAWAN; Suhardjo; AzhariPendahuluan: Faktor aktivitas fisik dan stres psikologis memiliki peran yang cukup besar. Dalam hampir semua aktivitas latihan militer semua otot musculosekeletal dalam keadaan aktif, begitupun dengan musculo skeletal wajah, yang berdampak terhadap kepadatan tulang dan tumbuh kembang tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan gambaran ketebalan kortikal, ukuran sudut dan kepadatan trabekula tulang mandibula prajurit dan non prajurit ditinjau dari radiograf panoramik. Bahan dan metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik komparatif Populasi dan sampel yang digunakan adalah 65 data radiografi panoramik dari prajurit dan non prajurit yang dilakukan di LADOKGI TNI AL R E Martadinata Jakarta. Hasil : perbedaan bermakna (p-value < 0,05) pada penghitungan nilai MCW (Mandibular Cortical Width) kelompok prajurit pria dibanding non prajurit pria (p-value 0,047) dan nilai FD FM (Fractal Dimension regio superior foramen mentale) kelompok prajurit berusia 40-58 tahun dibandingkan non prajurit berusia 40-58 tahun (p-value 0,027). Simpulan: terdapat perbedaan pada ukuran ketebalan kortikal regio foramen mentale (MCW) kelompok pria dan pada nilai kepadatan trabekula regio superior foramen mentale mandibula (FD) kelompok usia 40-58 tahun antara prajurit dan non prajurit ditinjau dari radiograf panoramik.Item GAMBARAN NILAI MICRO COMPUTED TOMOGRAPHY TERHADAP PERUBAHAN MOLEKULER RANKL-OPG YANG MEMPENGARUHI OSTEOBLAS OSTEOKLAS PADA PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR TULANG: REVIEW(2021-01-09) NORLAILA SARIFAH; Suhardjo; AzhariPendahuluan : Fraktur merupakan kondisi dimana terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan kekuatan mekanik yang tidak mampu ditoleransi oleh tubuh. Penyebab yang paling sering adalah jatuh, kecelakaan olahraga dan lalu lintas. Proses penyembuhan fraktur terdiri dari fase inflamasi, repair dan remodeling. RANKL-OPG yang mempengaruhi osteoblas dan osteoklas mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan tulang yang dapat dinilai pada jaringan area fraktur dari gambaran mikro CT dan histologi. Bone Volume Fraction (BV/TV) menjadi parameter pengukuran pada mikro CT. Remodeling tulang bergantung pada rasio dari RANKL dan OPG. Jika ekspresi RANKL tinggi maka resorpsi tulang akan terjadi, sebaliknya jika ekspresi OPG yang lebih tinggi maka formasi atau pembentukan tulang yang akan mendominasi. Tujuan : Mengetahui gambaran nilai mikro CT dengan parameter BV/TV terhadap perubahan molekuler RANKL-OPG yang mempengaruhi osteoblas osteoklas pada jaringan area fraktur dalam proses penyembuhan fraktur berdasarkan waktu penyembuhan. Bahan dan Metode : Pencarian database elektronik dilakukan di PubMed, Wiley Online Library, Google Scholar dan PLOS Medicine. Strategi pencarian yang dilakukan disesuaikan dengan setiap database yang digunakan untuk mengindentifikasi artikel yang relevan menggunakan boolean operator AND dan OR serta limit function dari masing-masing database jika tersedia. Penapisan dan pemilihan studi artikel dari masing-masing database yang didapat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi melalui bagan Prisma. Ekstraksi data dengan kriteria penilaian yang disepakati, penilaian risiko subyektivitas dengan menggunakan SYRCLE’s risk of bias tool for animal studies dan analisis data secara deskriptif. Hasil : Dari 6 artikel yang ditelaah hasil penelitian menunjukkan nilai BV/TV pada semua penelitian di atas meningkat secara signifikan dari hari ke 0 hingga 35 (terutama hari ke 28 dan 35) pada jaringan area fraktur sejalan proses penyembuhan fraktur. Molekuler RANKL-OPG yang mempengaruhi osteoblas osteoklas mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan pada jaringan area fraktur dengan peningkatan signifikan pada hari ke 14 dan 21 kemudian mulai mengalami penurunan sejalan proses penyembuhan fraktur. Simpulan : Terdapat korelasi kiuat antara nilai mikro CT dengan parameter BV/TV perubahan molekuler RANKL-OPG yang mempengaruhi osteoblas osteoklas pada jaringan area fraktur dalam proses penyembuhan tulang berdasarkan waktu penyembuhan.Item Perbedaan dan Korelasi Usia, Jenis Kelamin terhadap Pertumbuhan Mandibula melalui Pengukuran Sudut Gonial, Antegonial Notch, Tinggi Mandibula ditinjau dari Radiograf Panoramik(2020-01-20) JATU RACHEL KESHENA; Azhari; Lusi EpsilawatiPertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses dinamis yang saling berkaitan dan dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan faktor hormonal. Area mayor pertumbuhan mandibula yaitu pada tulang rawan kondilus mandibula yang akan mempengaruhi ketinggian mandibula dan sudut gonial. Proses aposisi pada area sudut gonial akan membentuk notching di antegonial. Sudut gonial, tinggi mandibula dan antegonial notch dapat bermanfaat sebagai indikator pola pertumbuhan mandibula sehingga memberikan informasi penting dalam mendiagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan menganalisa korelasi usia, jenis kelamin terhadap pertumbuhan mandibula melalui pengukuran sudut gonial, antegonial notch serta tinggi mandibula ditinjau dari radiograf panoramik. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey, dengan menggunakan 302 arsip radiograf panoramik yang terdiri dari 4 kelompok usia. Hasil uji beda dan korelasi sudut gonial terhadap usia menunjukkan p value 0.05 begitupun antegonial notch dan tinggi mandibula terhadap usia. Simpulan penelitian ini terdapat perbedaan dan korelasi yang signifikan antara pertumbuhan mandibula terhadap usia melalui pengukuran sudut gonial, dan antara pertumbuhan mandibula terhadap jenis kelamin melalui pengukuran antegonial notch serta tinggi mandibula, namun melalui pengukuran sudut gonial tidak terdapat perbedaan dan korelasi yang signifikan terhadap jenis kelamin, begitupula antegonial notch dan tinggi mandibula terhadap usia.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »