Realisasi Leksikal dan Gramatikal Penderita Afasia Broca Fasih di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta: Suatu Kajian Neurolinguistik

Abstract

Dalam ranah personal dan individual, bahasa menjadi fungsi inti bagi manusia dalam kaitannya dengan komunikasi, selain fungsi daya mengingat, persepsi, kognisi, dan emosi. Kerusakan yang terjadi pada bagian-bagian otak manusia akan menimbulkan gangguan pada kemampuan berbahasa seseorang. AIA (2011) telah menyebutkan bahwa para penyandang afasia akan mengalami kesulitan dalam banyak hal. Hal-hal yang dimaksud merupakan sesuatu yang biasa terjadi di kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam hal komunikasi, seperti melakukan percakapan; berbicara dalam grup atau lingkungan yang gaduh; membaca buku, koran, majalah atau papan petunjuk di jalan raya; pemahaman akan lelucon atau menceritakan lelucon; mengikuti program di televisi atau radio; menulis surat atau mengisi formulir, bertelepon, berhitung, mengingat angka, atau berurusan dengan uang; juga menyebutkan namanya sendiri atau nama-nama anggota keluarga. Penyandang afasia mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa, tetapi mereka bukanlah orang yang tidak waras. Secara fisiologis, para penyandang afasia terlihat berbeda secara realisasi leksikal dan gramatikalnya dibandingkan dengan orang-orang normal. Gejala patologi bahasa inilah yang akan menjadi fokus penelitian ini. Muara dari penelitian ini setidaknya akan menampilkan pola tertentu pada realisasi leksikal dan gramatikal penyandang afasia broca fasih dan pola komunikasi terapeutik yang terjadi antara terapis wicara dengan penyandang afasia broca fasih di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta. Adanya gejala realisasi leksikal dan gramatikal penyandang afasia broca fasih yang berbeda dengan orang-orang normal (hipotetik) juga menjadi pertimbangan penulis untuk mengangkat topik ini. Selain itu, sepanjang pengetahuan penulis, pengkajian masalah tersebut – baik dalam kerangka neurolinguistik maupun afasiologi linguistis – belum banyak dilakukan terhadap penyandang afasia bahasa Indonesia. Baru ada beberapa orang yang telah menulis masalah afasia. Namun, secara umum, pembahasan itu lebih didasarkan kepada pengetahuan yang diperoleh melalui tinjauan kepustakaan dan bukan didasarkan pada sebuah penelitian. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk mengisi rumpang tersebut dengan mengkaji realisasi leksikal dan gramatikal yang dihasilkan oleh penyandang afasia broca fasih. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk realisasi pola-pola leksikal dan gramatikal yang muncul pada penyandang afasia broca fasih, serta mendeskripsikan pola komunikasi terapeutik antara terapis wicara dengan penyandang afasia broca fasih berbahasa Indonesia di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta. Secara keseluruhan tipe realisasi leksikal pada luaran wicara penyandang afasia broca fasih adalah adanya produksi jargon-jargon bahasa yang cukup banyak, terjadinya penggantian kata sasaran pada saat berbicara, menampilkan gejala ekolalia (pengulangan kata) -- yang mencakup gejala sirkumlokusi dan peserverasi, dan bentuk tegun yang berupa bentuk jeda diam, bentuk jeda terisi (terisi bunyi dan terisi kata/frasa/klausa), dan repetisi kata/topik pembicaraan. Intensitas kemunculan jargon neologistik hampir ditemukan di semua responden dengan jumlah kemunculan yang berbeda-beda. Responden pertama memunculkan sebanyak 8 jargon neologistik, responden kedua memunculkan sebanyak 4 jargon neologistik, dan responden ketiga memunculkan sebanyak 5 jargon neologistik. Itu artinya, ada sebanyak 17 jargon neologistik yang muncul dari keseluruhan data yang ada.Adapun tipe realisasi gramatikal pada luaran wicara pengandang afasia broca fasih adalah berkaitan dengan (a) afiksasi, (b) kategorisasi kata, (c) penanda definit, (d) frasa, dan (e) kalimat. Dari proses komunikasi terapeutik yang ada di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional antara terapis wicara dengan klien penyandang afasia broca fasih, terdapat beberapa gejala lingual yang patut untuk dikemukakan pada bagian ini. Gejala-gejala tersebut adalah adanya alih gaya (style shifting)) dan adanya pemberian feedback positif dari terapis wicara kepada klien penyandang afasia broca fasih.

Description

Keywords

realisasi, leksikal, gramatikal

Citation