PENGARUH TUMPANGSARI SISTEM BARIS ANTARA LIMA GENOTIP JAWAWUT (Setaria italica L. Beauve) TERSELEKSI DENGAN UBI JALAR TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN PRODUKTIVITAS LAHAN
No Thumbnail Available
Date
2016-03-30
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Penelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan, yaitu percobaan tahap pertama
seleksi 23 genotip jawawut yang ditanam tumpangsari dengan ubi jalar untuk
mendapatkan lima genotip jawawut berumur genjah yang memiliki pertumbuhan
dan hasil yang maksimal, sedangkan percobaan tahap kedua yaitu pengaruh
tumpangsari sistem baris antara lima genotip jawawut terseleksi dengan ubi jalar
terhadap pertumbuhan, hasil dan produktivitas lahan. Pada percobaan tahap
pertama karakter yang berkontribusi terhadap keragaman berdasarkan analisis
PCA (Principal Component Analysis) pada tanam tunggal dan tumpangsari 23
genotip jawawut yaitu tinggi tanaman 14 sampai 56 hst, jumlah daun 42 dan 56
hst, umur panen dan bobot 1000 butir. Karakter hasil 23 genotip jawawut
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai karakter bobot biji per rumpun, bobot
1000 butir dan biomassa pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan uji t.
Lima genotip jawawut berumur genjah yaitu genotip 30, 39, 44, 46 dan 48 dengan
umur panen berkisar 77-129 hst. Genotip 39, 44 dan 48 memiliki kemampuan
adaptasi yang relatif tinggi pada tanam tunggal dan tumpangsari berdasarkan
analisis klaster. Genotip 30 dipilih karena berumur genjah, jumlah anakan yang
banyak dan mempunyai bobot biji per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan
empat genotip berumur genjah yang lain, sedangkan genotip 46 dipilih karena
berumur genjah dan memilki bobot biji per rumpun yang lebih tinggi
dibandingkan dengan genotip 39 dan 44. Pada percobaan tahap kedua terdapat
pengaruh tumpangsari sistem baris pada pertumbuhan lima genotip jawawut
terseleksi pada karakter tinggi tanaman 56 dan 70 hst, jumlah anakan dan
kandungan klorofil jawawut namun tidak terdapat pengaruh pengaturan
tumpangsari sistem baris pada komponen hasil dan hasil jawawut. Genotip 30
dengan umur panen berkisar 133 hst memiliki bobot biji per rumpun paling tinggi
yaitu 33.98 g, sedangkan bobot bji per rumpun paling rendah terdapat pada
genotip 44 yaitu 18.63 g dengan umur panen berkisar 77 hst. Rasio kompetisi
(RK) genotip 39, 44, 46 dan 48 dengan pengaturan tumpangsari 5:1 (jawawut :
ubi jalar) memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan tanam tunggal dan
pengaturan baris yang lain, hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai RK ubi
jalar terendah dengan pengaturan 5:1 dibandingkan pengaturan yang lain. Genotip
30 memberikan nilai RK tertinggi pada pengaturan 3:1 dibandingkan pengaturan
yang lain, berbanding terbalik dengan nilai RK ubi jalar yang tertinggi pada
pengaturan 3:1. Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) tertinggi terdapat pada genotip 44
dengan pengaturan 5:1 dengan nilai NKL 1.22, sedangkan NKL terendah terdapat
pada genotip 46 dengan pengaturan 3:1 dengan nilai NKL 1.07.
Description
Keywords
jawawut, seleksi, umur panen genjah