Agronomi (S2)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 95
  • Item
    KERAGAMAN GENETIK, INTERAKSI G x E DAN ANALISIS STABILITAS HASIL DAN KOMPONEN HASIL 61 GENOTIP KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI JATINANGOR
    (2013-06-05) HAWAN MUGHNI RAHARJO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen
    ABSTRAK Keragaman genetik dan Interaksi G x E sangat penting untuk diketahui oleh para pemulia tanaman. Keberadaan interaksi G x E banyak digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh daya adaptasi dan stabilitas yang dimiliki oleh suatu genotip. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan bagaimana interaksi genotip dengan musim pada 61 genotipe kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tiga musim di Jatinangor. Percobaan lapangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 (musim I), bulan Juni sampai September 2011 (musim II) dan bulan Januari sampai Mei 2012 (musim III). Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 61 genotip sebagai perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Karakter-karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil dan hasil. Data dianalisis dengan analisis varians, dan analisis varians gabungan dan analisis AMMI. Analisis uji lanjut dilakukan dengan pengujian Scott-Knott dan uji BNT pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat variasi penampilan yang luas pada karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot dan bobot 100 biji, tetapi untuk semua karakter yang diuji memiliki variabilitas genetik yang rendah. Terjadi interaksi genotip dengan musim pada karakter lebar kanopi, jumlah polong pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot biji perplot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong. Pengaruh genotip dan musim secara mandiri terlihat pada karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, persentase jumlah biji 1 per polong dan persentase jumlah biji 4 per polong. Genotip SNG B, SNT A, MD 1, GR 4, Singa, BM 3 dan Landak merupakan genotip - genotip yang stabil pada tiga musim tanam masing-masing pada karakter lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong.
  • Item
    Interaksi Genotip Dengan Musim dan Korelasi Genetik Beberapa Karakter Sorgum sebagai Basis Pengembangan Dual Purpose Sorgum
    (2013-06-05) JAKTY KUSUMA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen
    ABSTRAK Keragaman genetik dan Interaksi G x E sangat penting untuk diketahui oleh para pemulia tanaman. Keberadaan interaksi G x E banyak digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh daya adaptasi dan stabilitas yang dimiliki oleh suatu genotip. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan bagaimana interaksi genotip dengan musim pada 61 genotipe kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tiga musim di Jatinangor. Percobaan lapangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 (musim I), bulan Juni sampai September 2011 (musim II) dan bulan Januari sampai Mei 2012 (musim III). Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 61 genotip sebagai perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Karakter-karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil dan hasil. Data dianalisis dengan analisis varians, dan analisis varians gabungan dan analisis AMMI. Analisis uji lanjut dilakukan dengan pengujian Scott-Knott dan uji BNT pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat variasi penampilan yang luas pada karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot dan bobot 100 biji, tetapi untuk semua karakter yang diuji memiliki variabilitas genetik yang rendah. Terjadi interaksi genotip dengan musim pada karakter lebar kanopi, jumlah polong pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot biji perplot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong. Pengaruh genotip dan musim secara mandiri terlihat pada karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, persentase jumlah biji 1 per polong dan persentase jumlah biji 4 per polong. Genotip SNG B, SNT A, MD 1, GR 4, Singa, BM 3 dan Landak merupakan genotip - genotip yang stabil pada tiga musim tanam masing-masing pada karakter lebar kanopi, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per plot, bobot 100 biji, persentase jumlah biji 2 per polong dan persentase jumlah biji 3 per polong.
  • Item
    Pengaruh Kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba pada tanah Andisol terhadap pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang granola
    (2014-07-21) YATI SETIATI; Anne Nuraini; Tino Mutiarawati
    Yati Setiati Rachmawati. 2014. Pengaruh Kombinasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Mycorrhiza Helper Bacteria dengan berbagai Dosis Pupuk kandang domba pada Tanah Andisol terhadap Pertumbuhan, dan Komponen Hasil Tanaman kentang Kultivar Granola. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Tino Mutiarawati. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh kombinasi FMA dan MHB dengan berbagai dosis pupuk kandang domba terhadap pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil kentang Granola pada tanah Andisol. Percobaan dilaksanakan di rumah plastik pembibitan kentang Sukahaji, Kayu Ambon, Lembang, Jawa Barat mulai Januari 2012 sampai Mei 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 16 perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap plot terdiri dari dua polibag untuk didestruksi pada umur 52 HST dan 82 HST. Komponen yang diamati adalah komponen pertumbuhan (bobot akar segar, infeksi akar, serapan N dan P, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, dan biomassa tanaman), komponen hasil dan hasil tanaman (jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasarkan kelas). Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians dengan pembanding rata-rata mengikuti prosedur uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan FMA dengan berbagai dosis pupuk kandang domba dapat meningkatkan bobot akar segar, infeksi akar, dan serapan P. Namun semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap serapan N, tinggi tanaman, kandungan klorofil, luas daun, jumlah stolon, persentase stolon membentuk ubi, biomassa tanaman, jumlah ubi, bobot ubi, indeks panen, dan persentase jumlah ubi berdasakan kelas. FMA dengan dosis pupuk kandang 10 tha-1 is perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan bobot akar segar dan infeksi akar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan MHB dengan dosis pupuk kandang domba 10 t ha-1 maupun 20 t ha-1 merupakan perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan serapan P dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Mycorrhiza Helper Bacteria (MHB), Pupuk kandang domba, dan Tanaman Kentang.
  • Item
    WATERING VOLUME, GROWING DESIGN AND CULTIVARS EFFECT ON GROWTH, YIELD AND QUALITY OF CHERRY TOMATO (Solanum lycopersicum cerasiforme)
    (2023-10-12) FARHAN AHMAD; Kusumiyati; Tidak ada Data Dosen
    Cherry tomatoes (Solanum lycopersicum cerasiformae) have become profitable in various Asian countries. Cherry tomatoes producing became interesting from the aspect of watering volume and growing design on growth, yield, and quality of cherry tomatoes (Solanum lycopersicum var cerasiforme). The research aimed to determine watering volume, growing design, and cultivars` effect on cherry tomatoes` growth, yield, and quality (Solanum lycopersicum var cerasiforme). The research was conducted at the Bale Tatanen and Field Laboratory of the Faculty of Agronomy Department of Agriculture, University of Padjadjaran in Jatinangor from December 2022 – July 2023. The method used explorative experiments and data analyzed by RCBD factorial followed by Tukey Post Hoc Test. The investigation consisted of three factors: the first factor was growing designs consisting of 3 levels (Greenhouse (GH), Rain shelter (RS), Screen house (SH)), the second factor was watering volume (100% Evapotranspiration component (ETc), 75% ETc, 50% ETc) consisting of 3 levels and third factor was cherry tomato cultivars comprised of 2 levels (Ruby & Fortesa). All treatments were replicated thrice, and each treatment was planted in four polybag containers; the total number of plants was 108. The parameters recorded throughout the experiment included cherry tomato cultivars` growth, yield, and quality. The result showed that (1) main effect of watering volume was significant of 100% ETc in growth rate, fruit diameter, root length, shoot length, glucose, Total sweetness index, lightness, chroma, elasticity, titratable acid, lycopene, antioxidant activity and capacity, vitamin C, Total soluble sugar. total carotenoid (75% ETc), HUE angle value (75% and 50% ETc), and flavonoid (50% ETc). (2) Growing design was significantly affected by the growth rate (GH), plant height (RS), amount of fruit/plant (GH), fruit yield/plant (GH), root shoot ratio (SH), fructose (GH), glucose (GH), Total sweetness index (GH), firmness (GH), elasticity (GH), titratable acid (GH), phenolic (GH), flavonoid (RS), total carotenoid (SH), β-carotene (RS, SH), lycopene (SH), antioxidant activity (RS). (3) Cultivar significantly affected on fruit diameter (fortesa), single fruit weight (fortesa), fruit yield per plant (Fortesa), biomass (Fortesa), antioxidant activity (Ruby), antioxidant capacity (Fortesa) and elasticity (Ruby) of cherry tomatoes. (4) The interaction between Cultivar and Growing design factors affected plant height, fruit diameter, root length, root shoot ratio, glucose, elasticity, phenolic, antioxidant activity, and vitamine C. The significant interaction between the cultivar and watering volume factors occurred on stem diameter, fruit diameter, glucose, total sweetness index, elasticity, phenolic, flavonoid, antioxidant activity, and antioxidant capacity. The interaction between two factors of watering volume and growing design occurs in the growth rate, amount of fruit per plant, fruit yield per plant, root length, shoot length, root shoot ratio, glucose, chroma, elasticity, flavonoid, β-carotene, antioxidant activity, and total soluble sugar. The interaction of those three factors treatments occurred on the amount of fruit per plant and root shoot ratio (ruby in greenhouse with 100% ETc), fruit yield per plant (fortesa in the greenhouse with 100% ETc), flavonoids (ruby in screen house with 50% ETc), total carotenoid (fortesa in screen house with 75% ETc) and β-carotene (ruby in screen house with 75% ETc).
  • Item
    EVALUASI KOMPONEN HASIL DAN MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING SERTA KETAHANANNYA TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO, PENYAKIT BUSUK BUAH (PHYTOPTHORA PALMIVORA) DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR SULAWESI TENGGARA
    (2013-09-19) IMRAN SP; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosen
    Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa bagi Negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis dan agroindustri kakao. Hal tersebut disebabkan sekitar 1000 ton/tahun biji kakao kering di Sulawesi Tenggara yang diperdagangkan antar negara dan sekitar 142.383 ton/tahun antar pulau di Indonesia, sehingga saat ini kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang diharapkan dapat memacu percepatan pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menjaga stabilitas sosial, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Perluasan areal penanaman kakao terus meningkat, baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memenuhi konsumsi biji kakao yang cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 3,9 % per tahun dan juga untuk memenuhi volume ekspor dalam bentuk biji kakao Indonesia yang dari tahun ke tahun meningkat dengan cepat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Kecamatan Lambandia Desa Lambandia. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi komponen hasil dan kualitas biji klon kakao hasil sambung samping terhadap ketahanan hama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah dengan mulai Januari 2013 sampai Mei 2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 klon yang digunakan sebagai perlakuan. Penentuan populasi untuk tanaman induk yang sudah disambung adalah kakao yang telah berproduksi. Populasi tanaman contoh 108 pohon pada jarak 3x3 m.dari tanaman tersebut diambil 10 buah contoh dari masing - masing klon dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dari masing – masing variabel yang diamati dan dianalisis berdasarkan Analisis rata-rata perbandingan dari Anova apabila F- hitung lebih besar dari F-tabel maka dilanjutkan dengan Uji Scott-Knott pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 12 klon yang dapat meningkatkan produksi dan mutu kakao adalah klon (MT) dan (M04) dengan berat biji kering dalam 100 gram adalah 76 biji dan (M04) 83 biji dengan berat perbiji kedua klon tersebut adalah 1,55 dan 1,64 gram perbiji. Sedangkan klon yang tahan terhadap serangan hama adalah klon K8(Sulawesi 2) dengan tingkat serangan 16,0% dengan biji lengket hanya 5% dan klon yang tahan terhadap serangan penyakit busuk buah adalah klon (M04) dan (PT Ladongi) dengan tingkat serangan hanya 6%. Sehingga klon ini berpotensi untuk dikembangkan baik untuk meningkatkan produksi, mutu maupun ketahanan terhadap hama dan penyakit melalui sambung samping di Sulawesi Tenggara.
  • Item
    Tanaman tomat merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan budaya penting bagi masyarakat Indonesia. Sentra produksi buah tomat di Indonesia berlokasi di dataran tinggi. Akan tetapi, di masa yang
    (2023-04-05) BAYU PRADANA NUR RAHMAT; Syariful Mubarok; Rahmat Budiarto
    Tanaman tomat merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan budaya penting bagi masyarakat Indonesia. Sentra produksi buah tomat di Indonesia berlokasi di dataran tinggi. Akan tetapi, di masa yang akan datang besar kemungkinan sentra produksi buah tomat di Indonesia akan berpindah ke dataran medium dan dataran rendah. Tantangan terbesar bagi budidaya tanaman tomat di dataran medium dan rendah adalah suhu udara yang tinggi (>32â—¦C). Cekaman suhu tinggi menghambat kemampuan fotosintesis tanaman, sehingga produktivitas tanaman tomat menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan toleransi tanaman tomat terhadap cekaman suhu tinggi adalah pemuliaan tanaman. Melalui mutasi dua tanaman tomat mutan baru yang berpotensi toleran terhadap cekaman suhu tinggi, yaitu ; tomat mutan iaa9-3 dan iaa9-5 berhasil didapatkan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk ; 1) mengetahui pengaruh interaksi antara perbedaan genotipe tanaman tomat dengan cekaman suhu tinggi terhadap fisiologi tanaman tomat, 2) mengetahui hubungan antar parameter yang di observasi dengan laju fotosintesis tanaman, 3) menentukan tanaman tomat dengan ketahanan terbaik terhadap cekaman suhu tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; 1) interaksi antara perbedaan genotipe tanaman tomat dengan cekaman suhu tinggi berpengaruh nyata terhadap fisiologi tanaman tomat, 2) hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa laju fotosintesis tanaman pada kondisi cekaman suhu tinggi berkorelasi positif dengan nilai kandungan klorofil daun, kandungan karotenoid daun, luas per daun tanaman, bobot daun per helai, konduktansi stomata, nilai intrinsic water use efficiency, nilai fluorosensi klorofil, aktivitas antioksidan, aktivitas superoksida dismutase, aktivitas katalase, dan aktivitas askorbat peroxidase, sementara nilai suhu daun, kadar malondialdehyde daun, nilai kebocoran elektrolit, dan konsentrasi H2O2 tanaman berkorelasi negatif dengan kemampuan fotosintesis tanaman dalam kondisi cekaman suhu tinggi 3) tanaman tomat mutan iaa9-5 memiliki ketahanan terbaik terhadap cekaman suhu tinggi dan dapat dikembangkan sebagai sumber daya genetik dalam perakitan tanaman tomat tahan cekaman suhu tinggi.
  • Item
    Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Hasil Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) Watani Wado terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk P dan Paklobutrazol pada Dua Musim Tanam yang Berbeda
    (2023-07-14) ARIFA SYAHANNA MAHDYA; Muhamad Kadapi; Tati Nurmala
    Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) merupakan salah satu tanaman pangan fungsional yang dapat dikembangkan untuk substitusi beras sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Hasil dan indeks panen tanaman hanjeli dilaporkan berfluktuatif tergantung musim dan juga teknik budidayanya, sehingga perlu ditingkatkan agar setara dengan tanaman pangan lainnya. Frekuensi pemberian pupuk P dan aplikasi paklobutrazol diharapkan mampu meningkatkan produktivitas hanjeli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pemberian pupuk P dan aplikasi paklobutrazol pada dua musim tanam yang berbeda serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil tanaman hanjeli. Penelitian dilaksanakan bulan November 2021-November 2022 di Kebun Percobaan Ciparanje dan Laboratorium Central, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian pupuk P terdiri dari satu kali, dua kali, dan tiga kali. Faktor kedua adalah frekuensi pemberian paklobutrazol, terdiri dari frekuensi satu kali, dua kali dan tiga kali. Hasil penilitian menunjukkan interaksi pada jumlah anakan produktif dan bobot biji per rumpun pada penanaman musim hujan. Pemberian pupuk P sebanyak dua kali memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah srisip per anakan hanjeli penanaman musim hujan dan nisbah pupus akar saat penanaman musim kemarau, serta pemberian pupuk P sebanyak tiga kali berpengaruh nyata terhadap indeks panen pada penanaman musim hujan. Aplikasi paklobutrazol sebanyak tiga kali berpengaruh nyata pada jumlah anakan per tanaman, jumlah biji per rumpun dan kekerasan biji hanjeli penaman musim hujan serta jumlah srisip per anakan saat penanaman musim kemarau. Penanaman pada musim hujan memiliki komponen pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil yang lebih tinggi dari penanaman hanjeli di musim kemarau.
  • Item
    Respons Fisiologis dan Pertumbuhan Bibit Rami Asal Kultur Jaringan dengan Umur Planlet Berbeda dan Dua Taraf Pupuk Hayati Trichoderma spp. selama Aklimatisasi
    (2023-10-04) EVA APRILIA; Muhamad Kadapi; Anne Nuraini
    Umur planlet dan media tumbuh menjadi faktor penting dalam aklimatisasi untuk produksi bibit secara in vitro. Semakin cepat planlet dapat diaklimatisasi memerlukan kondisi media tumbuh yang tepat. Salah satu pupuk yang baik digunakan dalam aklimatisasi adalah pupuk hayati Trichoderma spp dikarenakan dapat memperbaiki kualitas media tumbuh. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi dan memperoleh interaksi terbaik antara umur planlet dan aplikasi Trichoderma spp. sehingga dapat dijadikan acuan untuk perbanyakan bibit rami secara in vitro. Penelitian ini dilakukan di di Laboratorium Kultur Jaringan dan Teknologi Benih dan Screenhouse Bale Tatanen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor dengan 4 ulangan, faktor pertama adalah umur planlet (4, 8, dan 12 minggu) dan faktor kedua adalah aplikasi Trichoderma spp. (tanpa dan ditambah pupuk Trichoderma). Karakter yang diamati adalah karakter fisiologis seperti konduktansi stomata, fluoresensi klorofil, kandungan klorofil dan kandungan malondialdehide (MDA), serta karakter petumbuhan seperti tinggi, diamater batang, jumlah daun, dan perakaran. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan menggunakan uji F pada taraf signifikan 5% dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% dilakukan jika terdapat signifikan pada uji F. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi perlakuan umur planlet dan aplikasi Trichoderma spp. pada karakter konduktansi stomata dan pertambahan tinggi yang tertinggi, serta dengan persentase bibit hidup. Selain itu, terdapat faktor mandiri dari umur planlet yang ditunjukan oleh karakter pertumbuhan yang tinggi pada pertambahan jumlah daun, dan jumlah akar planlet berumur 4 minggu dan faktor mandiri aplikasi Trichoderma spp. pada karakter kandungan MDA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aplikasi Trichoderma spp. sangat dipengaruhi oleh umur planlet pada aklimatisasi.
  • Item
    Pengendalian Gulma Air Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart). Solms) Menggunakan Herbisida Florpyrauxifen-Benzyl 25 g/L, Penoxsulam 25 g/L, dan 2,4-D Dimetil Amina 825 g/L serta Dampaknya terhadap
    (2023-04-10) NITA NUR REZKIA; Dedi Widayat; Denny Kurniadie
    Gulma air eceng gondok tumbuh secara cepat dan mudah menginvasi suatu badan air sehingga dapat berdampak negatif bagi lingkungan perairan. Pengelolaan gulma di ekosistem perairan menggunakan herbisida menjadi alternatif untuk efisiensi tenaga kerja dan waktu, namun perlu diperhatikan dampak dan toksisitas nya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas herbisida Florpyrauxifen-benzyl, 2,4-D Dimetil Amina (DMA), dan Penoxsulam dalam mengendalikan gulma air eceng gondok (E. crassipes) dan dampaknya pada kualitas air di ekosistem perairan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - Desember 2022 di Rumah Kaca Ciparanje Unpad dan Situ Cangkuang, Kab. Garut, Jawa Barat, Indonesia. Kedua percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 32 satuan percobaan. Perlakuan terdiri dari herbisida berbahan aktif Florpyrauxifen-benzyl dosis 5; 15; 25; 35; 45 g b.a/ha, 2,4-D Dimetil Amina dosis 1.200 g b.a/ha, dan Penoxsulam dosis 12,5 g b.a/ha (Percobaan Rumah Kaca), serta 25 g b.a/ha (Percobaan Situ Cangkuang), dan Kontrol (tanpa herbisida). Hasil percobaan menunjukkan bahwa herbisida Florpyrauxifen- benzyl dan Penoxsulam dapat menekan pertumbuhan gulma air eceng gondok (regrowth) secara menyeluruh hingga kematian gulma pada 42 HSA. Herbisida Florpyrauxifen-benzyl menjadi jenis herbisida paling efektif untuk mengendalikan gulma dimulai dari dosis 5 g b.a/ha (Percobaan Rumah Kaca) dan dosis 15 g b. a/ha (Percobaan Situ Cangkuang) efektif mengendalikan gulma E. crassipes hingga 42 HSA. Herbisida mempengaruhi kualitas air dengan menurunkan DO, meningkatkan nilai TDS, pH, dan kadar amonia di dalam air pada percobaan rumah kaca. Fluktuasi beberapa parameter kualitas air di Situ Cangkuang seperti DO, pH, TDS, suhu, dan kadar amonia dapat dipengaruhi oleh faktor iklim seperti kecepatan angin, curah hujan, dan tutupan awan.
  • Item
    Respons Pertumbuhan dan Hasil Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) G0 Kultivar Medians di Dataran Medium Jatinangor terhadap Komposisi Biochar dan Jenis Retardan
    (2023-04-06) TESSA PRIMA DEWI; Syariful Mubarok; Jajang Sauman Hamdani
    Kentang menempati urutan ketiga sebagai bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Ketersediaan benih kentang berkualitas masih rendah yang berpengaruh terhadap produksi kentang. Terbatasnya areal produksi kentang di dataran tinggi sehingga diperlukan ekstensifikasi ke dataran medium. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi benih kentang G0 di dataran medium diantaranya penggunaan biochar dan retardan yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui interaksi antara komposisi biochar dan jenis retardan yang dapat meningkatkan produksi benih kentang G0 kultivar Medians di dataran medium Jatinangor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2022 di Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama adalah komposisi biochar yaitu m1 (100% kompos), m2 (80% kompos + 20% biochar sekam padi), m3 (80% kompos + 20% biochar tempurung kelapa), dan m4 (80% kompos + 10% biochar sekam padi + 10% biochar tempurung kelapa) dan faktor kedua adalah jenis retardant yaitu r1 (tanpa retardan), r2 (100 ppm paclobutrazol), dan r3 (100 ppm prohexadione-Ca). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi komposisi biochar dan jenis retardan terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0. Aplikasi 80% kompos + 20% biochar sekam padi dapat meningkatkan laju tumbuh ubi, jumlah ubi sebesar 6,18 knol per tanaman dan bobot ubi per tanaman. Perlakuan 100 ppm paclobutrazol menyebabkan tinggi tanaman lebih rendah namun menghasilkan kandungan klorofil total, persentase stolon membentuk ubi, jumlah ubi sebesar 6,38 knol per tanaman dan bobot ubi per tanaman tertinggi.
  • Item
    Respon Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Benih Kentang G0 terhadap Dosis Pupuk K dan 2 Jenis Retardan di Dataran Medium Jatinangor
    (2023-04-08) SELIKA FITRIAN RAMADHANI; Muhamad Kadapi; Anne Nuraini
    Kualitas benih kentang dan hasil kentang dipengaruhi oleh faktor lingkungan iklim mikro dan media tumbuh, selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan pula oleh faktor keseimbangan nutrisi dan hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi dosis pupuk K dan konsentrasi retardan terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas benih kentang G0 asal stek di dataran medium Jatinangor. Percobaan dilakukan di Rumah Plastik Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Agustus 2022 hingga Januari 2023 dengan ketinggian lokasi penelitian ± 685 m dpl. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Faktor pertama merupakan dosis pupuk K meliputi 50% dosis K (50 kg KCl/ha), 100% dosis K (100 kg KCl/ha) dan 150% dosis K (150 kg KCl/ha). Faktor kedua merupakan 2 jenis retardan meliputi tanpa retardan, 100 ppm paclobutrazol, 100 ppm prohexadione-Ca dan 150 ppm prohexadione-Ca. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara dosis pupuk K dan konsentrasi retardan pada kelas benih L dan susut bobot ubi. Pengaruh mandiri 150% dosis K meningkatkan laju tumbuh ubi, jumlah ubi (6,67 knol/tanaman) dan bobot ubi (73,33 g/tanaman). Pengaruh mandiri konsentrasi 100 ppm paclobutrazol meningkatkan indeks kandungan klorofil. Konsentrasi 150 ppm prohexadione-Ca dapat menekan luas daun dan tinggi tanaman namun meningkatkan kondukstansi stomata, mempercepat waktu muncul tunas dan panjang tunas. Konsentrasi 100 ppm prohexadione-Ca menghasilkan jumlah ubi (6,78 knol/tanaman) dan bobot ubi (74,33 g/tanaman) tertinggi.
  • Item
    Araecerus fasciculatus (De Geer) (Coleoptera: Anthribidae): Biologi dan Kerusakannya pada Singkong Kering (Manihot esculenta Crantz) dan Kepekaannya terhadap Fumigan Sulfuryl Fluoride
    (2022-08-20) SALBIAH; Yusup Hidayat; Sudarjat
    Araecerus fasciculatus (De Geer) merupakan salah satu serangga hama yang sering menginfestasi komoditas pertanian di gudang penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi A. fasciculatus dan keefektifan sulfuryl fluoride terhadap semua stadia A. fasciculatus pada singkong kering. Metode lama perkembangan telur diuji dengan menginfestasikan 100 imago A. fasciculatus pada singkong kering dalam kotak uji. Pengamatan perkembangan telur dilakukan pada lama hari infestasi imago ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari. Selanjutnya singkong kering didestruksi segera untuk diamati perkembangan telurnya. Metode yang sama dilakukan untuk mengukur lama perkembangan larva, pupa, dan imago pada hari ke-1, 2, 3, 4, dan 5. Perlakuan sulfuryl fluoride menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas dosis (0, 12, 24, 36, 48, 60, 72 g/m3) dan waktu papar (24 dan 48 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perkembangan telur 5,82 hari, larva 25,40 hari, pupa 7,20 dan imago 28,34 hari. Selain itu, disajikan morfologi gambar berwarna dan morfometri pada semua stadia. Periode penyimpanan selama 3 bulan menyebabkan persentase kehilangan singkong kering berlubang mencapai 61,58% dan bubuk singkong 11,08%. Perlakuan fumigasi sulfuryl fluoride menyebabkan mortalitas 100% imago pada dosis 12 g/m3 selama 24 jam. Sementara itu, mortalitas 100% pupa pada dosis 60 g/m3 selama 24 jam atau 36 g/m3 selama 48 jam, larva dosis 36 g/m3 selama 24 jam, dan telur dosis 60 g/m3 selama 48 jam. Perlakuan fumigasi sulfuryl fluoride pada singkong kering tidak meninggalkan residu ion fluoride yang melebihi batas maksimum residu yang dipersyaratkan oleh European Food Safety Authority (EFSA).
  • Item
    Identifikasi Bakteri yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Batang Jagung di Sumbawa dan Deteksi Kemampuan Penularannya Melalui Benih
    (2023-09-20) ELYSA FITRI; Endah Yulia; Fitri Widiantini
    Jagung merupakan salah satu komoditas penting yang mendukung perekonomian nasional di Indonesia, khususnya bagi masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Adanya penyakit pada tanaman jagung dikhawatirkan menjadi ancaman terhadap produktivitas jagung di NTB. Salah satu penyakit yang dilaporkan menimbulkan kerugian adalah penyakit busuk batang jagung. Penyakit ini merupakan penyakit baru yang keberadaannya masih terbatas dan belum dilaporkan di Sumbawa. Namun, gejala penyakit yang ditemukan di Sumbawa memiliki kemiripan dengan penyakit busuk batang jagung di daerah yang pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi bakteri yang berasosiasi dengan penyebab busuk batang jagung di Sumbawa dan mendeteksi kemampuan penularannya melalui benih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Laboratorium Karantina Tumbuhan dan rumah kaca Stasiun Karantina Pertanian Sumbawa serta Laboratorium Biomolekuler Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian pada bulan Februari hingga bulan Juni 2023. Sebanyak 20 sampel bergejala diambil dari lapangan dan diisolasi. Isolat yang didapatkan memiliki ciri gram negatif, koloni berwarna putih pucat, berlendir, dengan tepian halus. Hasil deteksi molekuler dengan primer spesifik genus Ade1/Ade2 menunjukkan 13 isolat positif sebagai Dickeya spp., sedangkan dengan primer spesifik spesies rpozeae-F/rpozeae-R2m menunjukkan 7 isolat positif sebagai Dickeya zeae. Hasil sekuensing menunjukkan isolat Sumbawa adalah D. zeae dan memiliki kedekatan dengan D. zeae strain A5410 dengan nilai kesamaan 99,42%. Inokulasi D. zeae pada benih menunjukkan adanya gejala ketika tanaman jagung berumur 55 HST. Hasil deteksi molekuler terhadap tanaman bergejala menunjukkan hasil positif baik pada bagian akar, batang dan daun tanaman jagung. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang berasosiasi dengan penyakit busuk batang jagung memiliki potensi untuk ditularkan melalui benih,
  • Item
    Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada Tanaman Padi Hitam (Oryza sativa L.) menggunakan Pupuk Ampas Bungkil Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan Kedalaman Air Secara Mesocosm
    (2022-10-11) NUR FITRIANTI; Vira Kusuma Dewi; Lindung Tri Puspasari
    Keong mas (Pomacea canaliculata L.) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi hitam. Pengendalian keong mas yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan pupuk ampas bungkil mimba dan pengaturan kedalaman air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk ampas bungkil mimba dan kedalaman air terhadap daya makan keong mas berukuran juvenil dan dewasa. Penelitian dilakukan secara mesocosm di Rumah Kaca Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Juli 2022. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari tiga faktor yaitu ukuran keong mas yang terdiri dari dua ukuran yaitu juvenil dan dewasa, dosis pupuk yang terdiri dari 0, 10 ton/ha, 20 ton/ha dan kedalaman air 0, 1 dan 5 cm. Jumlah total perlakuan adalah 54 yang terdiri dari 18 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan daya makan dan mobilitas dilakukan setiap dua jam sekali selama 24 jam dengan menghitung jumlah tanaman yang diserang. Pengamatan lainnya seperti performa tanaman, intensitas kerusakan dan mortalitas dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 30 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ukuran keong mas, dosis pupuk 10 ton/ha dan kedalaman air 0 cm berpengaruh nyata terhadap penurunan daya makan hingga 0%, jarak mobilitas 4,72 cm dan intensitas kerusakan 0% . Pupuk ampas bungkil mimba dosis 10 ton/ha juga dapat meningkatan tinggi tanaman padi hitam dengan tinggi 42,38 cm pada padi berumur 28 HST.
  • Item
    RESPONS FISIOLOGIS, PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN HORMON ENDOGEN SECANG (Caesalpinia sappan. L) TERHADAP APLIKASI ZPT DAN MEDIA TANAM BERBEDA
    (2023-03-28) ALIN ROBIAH AL ADAWIAH; Intan Ratna Dewi Anjarsari; Santi Rosniawaty
    Secang merupakan tanaman obat alami potensial dari famili leguminosa yang tersebar di wilayah Asia Tenggara. Tanaman secang menghasilkan pigmen warna merah dari empulurnya yang mengandung senyawa flavonoid berupa brazilin berfungsi sebagai antioksidan. Upaya perbanyakan secang secara generatif membutuhan benih dan bibit yang bermutu. Oleh karena itu pematahan dormansi dan invigorasi benih dengan perendaman benih menggunakan auksin dan sitokinin pada fase perkecambahan dan modifikasi media tanam serta aplikasi penyemprotan sitokinin dan giberelin pada fase pembibitan diharapkan mampu meningkatkan respons fisiologis, pertumbuhan dan kandungan hormon endogen bibit secang. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) mengetahui interaksi antar perlakuan perendaman benih dengan ZPT dan penggunaan media tanam bibit terhadap respons pertumbuhan bibit secang, 2) mengetahui peningkatan pertumbuhan bibit secang terhadap aplikasi perendaman benih oleh larutan ZPT, 3) menentukan jenis dan konsentrasi ZPT terbaik dalam meningkatkan respons fisiologis, pertumbuhan dan hormon endogen bibit secang. Penelitian dilakukan di kebun percobaan Kec. Kawalu pada ketinggian 317 mdpl dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Perjuangan Tasikmalaya. Penelitian tahap satu dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2021, selanjutnya penelitian tahap dua dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2022. Penelitian tahap pertama menggunakan rancangan percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) Faktorial yang terdiri dari 14 interaksi perlakuan dengan faktor pertama yaitu perendaman larutan ZPT 7 taraf dan yang kedua yaitu penggunaan media tanam 2 taraf, serta penelitian tahap dua menggunakan RAK faktor tunggal terdiri dari 9 taraf jenis dan konsentrasi larutan ZPT dengan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perendaman ZPT dengan penggunaan media tanam memengaruhi pertambahan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dan panjang akar bibit secang. Penggunaan ZPT IAA dan BAP 1,25 ppm secara mandiri memengaruhi tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, dan volume akar sedangkan media tanam campuran top soil+pupuk kandang sapi (2:1) secara mandiri memengaruhi volume akar bibit secang. Aplikasi giberelin 150 ppm memberikan respons terbaik terhadap peningkatan diameter batang, jumlah daun, bobot kering bibit, laju pertumbuhan tanaman secang pada fase pembibitan dan meningkatkan kandungan hormon endogen sitokinin (zeatin) dan giberelin pada bibit secang.
  • Item
    Potensi Limbah Padi dan Buah Kelapa untuk Menekan Penyakit Busuk Pangkal serta Mendukung Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah
    (2023-03-12) TEDDY WAHYANA SALEH; Noor Istifadah; Sri Hartati
    Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Salah satu kendala dalam budidaya bawang merah adalah penyakit busuk pangkal yang disebabkan oleh Fusarium oxysforum f.sp. cepae. Cara pengendalian penyakit secara ramah lingkungan dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik berupa limbah pertanian. Pemanfaatan limbah pertanian dapat dilakukan dengan cara perendaman, fermentasi (pembuatan mikroorganisme lokal/MOL) serta pembuatan arang/biochar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan air rendaman serta MOL batang padi dan sabut kelapa, arang sekam dan tempurung kelapa untuk menghambat pertumbuhan F. oxysporum f.sp. cepae secara in vitro dan menekan penyakit busuk pangkal pada tanaman bawang merah serta kemampuannya dalam mendukung pertumbuhan dan hasil bawang merah. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, serta rumah kaca dan kebun percobaan Balai Penyuluhan Pertanian Pasirwangi, Kabupaten Garut pada bulan Agustus sampai November 2022. Percobaan in vitro menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan, sedangkan percobaan pada tanaman bawang merah menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa air rendaman serta MOL batang padi dan sabut kelapa non steril mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. cepae secara in vitro sebesar 76,52-87,50%. Namun demikian, ketika air rendaman atau MOL disterilkan hanya perlakuan dengan air rendaman batang padi yang dapat menghambat F. oxysporum f.sp. cepae yaitu sebesar 56,78%. Pada percobaan di tanaman bawang merah, kombinasi antara aplikasi biochar sekam atau tempurung kelapa dengan penyiraman MOL batang padi atau sabut kelapa lebih baik dalam menekan insidensi dan perkembangan penyakit busuk pangkal daripada perlakuan secara tunggal. Kedua perlakuan tersebut dapat menekan penyakit busuk pangkal sebesar 71,15%-75,96% serta mendukung pertumbuhan dan hasil bawang merah yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan cara petani yang menggunakan pupuk dan pestisida sintetik.
  • Item
    Respons Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Hasil Tomat terhadap Beberapa Teknik Ekstraksi Basah dan Besaran Medan Magnet Pada Benih
    (2023-04-02) VISIRA DEVA SHAKINA; Anne Nurbaity; Anne Nuraini
    Visira Deva Shakina. 2023. Respons Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Hasil Tomat terhadap Beberapa Teknik Ekstraksi Basah dan Besaran Medan Magnet Pada Benih. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Anne Nurbaity. Tomat adalah sayuran buah dengan nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tomat melalui perbaikan benih. Namun, terdapat kendala pada penyediaan benih tomat, yaitu adanya lendir yang menempel pada biji tomat yang dapat dihilangkan melalui ekstraksi benih. Cara lain untuk meningkatkan produksi tomat, yaitu dengan cara meningkatkan metabolisme tomat melalui pemaparan medan magnet pada benih. Tujuan dari penelitian ini, yaitu 1) mengetahui interaksi antara teknik ekstraksi benih dan besaran medan magnet untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, 2) mengetahui besaran medan magnet terbaik untuk setiap teknik ekstraksi benih. Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) Faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama, yaitu teknik ekstraksi sebanyak empat taraf: tanpa ekstraksi, air 24 jam, HCl 2% 2 jam, dan NaOCl 9% 15 menit. Faktor kedua adalah besaran medan magnet dengan 4 taraf: 0; 0,2; 0,4; 0,6 mT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara faktor teknik ekstraksi dengan faktor besaran medan magnet yang dapat memengaruhi tinggi tanaman pada 3 minggu setelah tanaman (MST) dan konduktansi stomata. Teknik ekstraksi yang disarankan adalah menggunakan air 24 jam yang menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik pada daya kecambah, vigor benih, tinggi tanaman pada 3 MST, konduktansi stomata, dan jumlah buah per tanaman. Besaran medan magnet yang disarankan adalah sebesar 0,2 mT yang menunjukkan pertumbuhan yang baik pada vigor benih, tinggi tanaman pada 2 MST dan 3 MST, konduktansi stomata, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Kata kunci: Tanaman tomat, teknik ekstraksi benih, pemaparan medan magnet.