Konsep Pengelolaan Kebun Campuran dalam Rangka Penyediaan Bahan Baku Alat Musik Tradisional Jawa Barat, Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Penyimpanan Karbon

Abstract

Alat musik tradisional di Jawa Barat digunakan sebagai pengiring pada upacara tradisional dimana mempertegas hubungan harmonis antara manusia, lingkungan alam dan Tuhan. Sarana hiburan dan pengiring dalam pertunjukkan tari, wayang, vokal, alat komunikasi, dsb. berkaitan erat dengan alat musik tradisional Jawa Barat. Banyak faktor terjadinya penurunan penggunaan alat musik tradisional tersebut. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku yang semakin berkurang. Hal tersebut tidak terlepas dari krisis keanekaragaman hayati. Pengelolaan lahan dengan kebun campuran dapat digunakan untuk menanam jenis kayu-kayuan (pohon) dan bambu sebagai bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah kondisi exsisting kebun campuran yang digunakan sebagai bahan baku serta menyusun konsep pengelolaan kebun campuran untuk mendukung upaya pelestarian alat musik tradisional Jawa Barat, dimana kebun campuran dapat direvitalisasi (menggiatkan kembali) dan ditingkatkan kuantitasnya dalam rangka mensuplai kebutuhan bahan baku tersebut, sekaligus mengkonservasi keanekaragaman hayati dan meningkatkan simpanan karbon pada tanaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran kualitatif dan kuantitatif (mixed methods) dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara semiterstruktur, studi pustaka dan observasi. Pengambilan sampel untuk wawancara semiterstruktur dengan purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, Jawa Barat memiliki keragaman alat musik tradisional yang terdiri dari 31 alat musik. Bahan baku kayu (pohon) yang digunakan terdapat 23 spesies dan 5 spesies bambu. Kondisi existing di Kecamatan Rancakalong terdiri dari 13 spesies pohon dan 2 spesies bambu dengan total simpanan karbon 24.885,65 kg/ha, sedangkan Kecamatan Jatigede terdiri dari 10 spesies pohon dan 1 spesies bambu dengan total simpanan karbon 150.468,06 kg/ha. Dari 2 kecamatan tersebut memiliki kriteria nilai (H’) sedang, nilai (C) tidak terdapat spesies yang mendominasi, nilai (R1) rendah dan nilai (E) cukup merata. Nilai kerapatan dan frekuensi masih tergolong rendah. Konsep pengelolaan kebun campuran yang harus dilakukan adalah program pengayaan tanaman bahan baku penambahan kuantitas, memperbanyak nilai kerapatan dan frekuensi tanaman dan membuat kontrak kerjasama antara petani dan swasta.

Description

Keywords

Alat Musik Tradisional, Keanekaragaman Hayati, Kebun Campuran

Citation