PERUBAHAN SOSIAL KOTA SAWAHLUNTO: DARI KOTA TAMBANG BATUBARA MENJADI KOTA WISATA TAMBANG BERBUDAYA DI SUMATERA BARAT
No Thumbnail Available
Date
2021-06-09
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan sosial kota tambang batubara menjadi kota wisata tambang yang berbudaya di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Permasalahan ini menarik, karena Sawahlunto adalah satu dari sedikit kota tambang di dunia yang berhasil bangkit dari ancaman kematian kota, pasca berakhirnya industri pertambangan batubara dengan mengubah visi pengembangan kota menjadi kota wisata tambang yang berbudaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, FGD, observasi partisipasi, dan teknik dokumentasi. Pemilihan informan ditentukan dengan teknik purposive sampling, dengan mewawancarai 46 orang informan dari berbagai tingkatan status sosial, etnis, jenis kelamin dan usia. Analisis data menggunakan empat tahap analisis yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Temuan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori-teori praktik sosial, terutama teori strukturasi dan agensi dari Antonie Giddens.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Sawahlunto menjadi kota wisata tambang yang berbudaya terjadi melalui tiga proses penting, yaitu pertama, proses legitimasi yang mencakup perubahan visi kota yang diikuti oleh terbentuknya berbagai tata aturan yang dilembagakan sebagai landasan bagi tindakan dalam mewujudkan perubahan. Kedua, proses dominasi yang meliputi penguasaan, pemanfaatan dan optimalisasi atas sumber daya, serta ketiga proses signifikansi yang meliputi perubahan branding dan citra sebagai penanda atas perubahan identitas Kota Sawahlunto menjadi kota wisata tambang yang berbudaya. Hal ini juga berdampak pada perubahan berbagai dimensi kehidupan sosial budaya masyarakat Sawahlunto, yang meliputi dua dimensi perubahan yaitu dimensi kultural dan dimensi struktural. Dimensi kultural meliputi perubahan pada fungsi dan eksistensi kebudayaan, tumbuh dan berkembangnya berbagai komunitas sebagai media integrasi sosial antar masyarakat yang multietnis, perubahan habitus masyarakat, serta perubahan citra dan identitas kota. Sementara perubahan pada dimensi struktural meliputi perubahan pada struktur mata pencaharian, status dan peran dalam masyarakat, perubahan sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat, perubahan struktur dominasi dalam masyarakat serta perubahan pemanfaatan ruang kota yang ditandai dengan terbentuknya ruang-ruang sosial di Kota Sawahlunto. Dalam waktu 15 tahun Sawahlunto telah bertransformasi menjadi kota wisata tambang yang diperhitungkan di Indonesia, bahkan sejak Juli 2019 warisan pertambangan batubara Sawahlunto telah ditetapkan menjadi Warisan Dunia UNESCO kategori situs budaya. Perubahan yang relatif cepat ini terjadi karena tiga faktor pendukung yaitu innovative leader sebagai aktor penggerak perubahan, struktur sosial warisan pertambangan sebagai sumber daya perubahan, serta dukungan masyarakat yang terbuka terhadap perubahan.
Description
Keywords
Perubahan Sosial, Kota Tambang, Wisata Warisan Tambang