Cirebon 1681-1945 Dinamika Politik, Ekonomi, dan Sosial-Budaya

Abstract

ABSTRAK Judul Disertasi : Cirebon 1681-1945 Dinamika Politik, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Subyek : Cirebon, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya Abstrak Disertasi ini mengkaji dinamika Cirebon semenjak 1681-hingga 1945 dengan fokus bahasan pada (1) latar belakang lahirnya Cirebon, (2) dinamika politik Cirebon, (3) dinamika ekonomi Cirebon, dan (4) dinamika sosial-budaya Cirebon. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan empat tahap metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sementara sebagai alat bantu analisis digunakan beberapa teori ilmu sosial, yakni (1) teori konflik dari Lewis A. Coser (1956) yang menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber kekayaan. Selanjutnya konflik dapat berlangsung antar individu, kumpulan (collectivities), atau antara individu dan kumpulan dan senantiasa ada di tempat orang hidup bersama. (2) Dalam penjabaran dinamika ekonomi Cirebon, J. Thomas Linblad memberikan batasan sejarah ekonomi Indonesia sebagai pola pengulangan sejarah ekonomi kolonial secara umum, seperti eksploitasi negara terhadap sumber daya alam pada abad ke-19, munculnya liberalisme pada akhir abad tersebut, dan Politik Etis awal abad ke-20. (3) Untuk menjelaskan perubahan sosial-budaya Cirebon digunakan teori fungsional yang melahirkan konsep cultural lag dari William. F. Ogburn. Ia menjelaskan bahwa meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan, beberapa unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat, sementara unsur yang lainnya tidak. Hasilnya, Cirebon yang mengalami puncak kejayaan sebagai salah satu kerajaan ternama pada masa Sunan Gunung Jati berangsur-angsur surut wibawanya semenjak pecah menjadi Kasepuhan, Kanoman, dan Panembahan. Keadaan tersebut bertambah rumit dengan kehadiran VOC, pemerintah Hindia Belanda, militer Jepang yang mengganti sistem pemerintahan tradisional menjadi sistem pemerintahan ala barat seraya mempensiunkan raja-raja Cirebon pada tahun 1815. Kehadiran mereka juga menandai suatu transformasi pada perkembangan ekonomi yang ditandai dengan penguasaan atas sumber ekonomi yang memberi keuntungan besar terhadap mereka, tapi pada titik tertentu bagi ekonomi Cirebon terasa eksploitatif dan terlihat seperti pemerasan. Pada sisi yang berbeda, kiranya kolonialisme dapat pula disoroti secara positif sebagai sebuah proses modernisasi. Adanya suatu sikap positif dari masyarakat dalam menilai dan menanggapi masuknya suatu teknologi baru bisa dilihat ketika diperkenalkannya kereta api, air ledeng, serta dibukanya jalan besar pos. Dari sisi sosial-budaya masyarakat Cirebon, keberadaan koloni nyatanya mempengaruhi pertumbuhan, komposisi, dan hubungan antaretnis masyarakatnya. Dengan pola yang berbeda antara Belanda dan Jepang dalam menarik dukungan rakyat, struktur masyarakat Cirebon yang plural bertambah kompleks dengan kehadiran penjajah yang membawa serta kelompok sosial baru, ajaran agama baru, juga sistem pendidikan baru. Abstract: This dissertation examines the dynamics of Cirebon since 1681 until 1945 with its focus on (1) the background of Cirebon establishment, (2) political dynamics of Cirebon, (3) economic dynamics of Cirebon, (4) socio-cultural dynamics of Cirebon. In order to reach the purpose, there are four stages of historical study method used including heuristic, critics, interpretation and historiography. Meanwhile, there are some social science theory used as analytical tools, namely (1) conflict theory by Lewis A. Coser (1956) which describe conflict as a dispute over values or demands related to status, power and source of wealth. Further, conflict can take place between individuals, groups and exist in the place where people living together. (2) In the explanation of economic dynamics of Cirebon, J. Thomas Linblad give limitation of Indonesia economic history as repetition pattern of colonial economic history in general, such as exploitation of the country against natural resources in 19th century, the emergence of liberalism in the end of the century and ethical politics in the beginning of 20th century. (3) In order to explain the changes of socio-cultural in Cirebon, functional theory which gave birth to cultural lag concept by William F. Ogburn used in this study. He explained that even though the elements of society connected each other, some elements can change so fast while the other elements cannot. In result, Cirebon which experienced the peak of glory as one of reputable kingdom on Sunan Gunung Djati era gradually receded its authority since they broke into Kasepuhan, Kanoman and Panembahan. The condition was more complicated by the VOC presence, government of Dutch east Indié, Japan military which changed the traditional governmental system into western governmental system while they retired the kings of Cirebon in 1815. Their presence also marked a transformation in the economic development that is seen by the economic sources control giving them big profits, yet at some point it felt exploitative and looked like blackmail for Cirebon economic. On the other side, colonialism presumably can be positively highlighted as a process of modernization. A positive attitude of the society in assessing and responding to the entry of a new technology can be seen at the introduction of train, tap water as well as the opening of a post large road. By socio-cultural of Cirebon, the existence of colonies in fact affected the growth of composition and relations between ethnic communities. Netherlands and Japan have different pattern in attracting the people support, Cirebon plural society structure was more complicated with the presence of invaders who brought a new social group, new religion along with new education system.

Description

Keywords

Cirebon, Politik, Ekonomi

Citation

Collections