Interaksi Bugis Perantau dengan Masyarakat Setempat di Kota Pontianak.

Abstract

Disertasi ini berjudul: “Interaksi Bugis Perantau dengan Masyarakat Setempat di Kota Pontianak. Tujuan penelitian menjelaskan bagaimana identitas kebugisan (penerapan budaya siri’) digunakan etnis Bugis Perantau dalam proses interaksinya, berikut cara penyelesaian yang dilakukan jika terjadi konflik atau kesenjangan sosial yang melibatkan Bugis Perantau dengan masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Informan terdiri dari etnis Bugis Perantau dan etnis setempat lainnya. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, catatan lapangan. Analisis data melalui reduksi data , penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data melalui trianggulasi sumber dan member cek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebugisan orang Bugis di gunakan di Kota Pontianak, seperti; penggunaan bahasa Bugis, atribut keetnisan dan kebudayaan Bugis hanya terjadi pada sesama di dalam komunitas Bugis. Sangat menjaga marwah diri dan keluarga. Marwah itu melekat dalam sistem budaya siri’ khususnya siri’ masiri’ bukan siri’ ripakasiri’ baik dalam interaksi internal sesama Bugis maupun eksternal dengan etnis setempat. Siri’ menjelma sesuai kultur masyarakat setempat, menjadi modal sosial ampuh, sehingga mengukir sejarah atas kontribusi budaya dan peradaban Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak. Menempatkan etnis Bugis perantau, bahu membahu untuk memajukan Kota Pontianak bersama etnis setempat. Pengaruh tokoh-tokoh Bugis secara sosial, budaya, ekonomi, politik dan disegani secara agama, khususnya Islam menjadikannya ‘diposisikan’ sebagai Melayu Pontianak, dan oleh orang Bugis Perantau merasa Pontianak sebagai “kampung halaman kedua” setelah Sulawesi Selatan. Realitas ini semakin meyakinkan karena memang Bugis Perantau tidak pernah menoreh luka, apalagi terlibat konflik komunal dengan masyarakat setempat. Mereka selalu berusaha keras bersama pemerintah setempat agar setiap konflik pribadi tidak meluas menjadi konflik keluarga atau konflik antar etnis. Berusaha saling mengedukasi pentingnya hidup secara damai antar etnis. Mereka adalah orang Melayu, sekaligus saudara etnis setempat. Pola pengendalian sosial semakin bersahaja karena merasa sama-sama berkeluarga dalam “payung” multikulturalisme Kota Pontianak. Penelitian ini menemukan bahwa membaur adalah ‘kata kunci’ keberhasilan Bugis Perantau di Kota Pontianak. Bugis Perantau tidak perlu harus menjadi “etnis lain” di perantauan. Menjadi Melayu Pontianak, tidak berarti hilang identitas kebugisannya, tetapi justru meningkatkan martabat Melayu. Dikotomi struktural antar etnis yang seringkali berujung konflik secara komunal, di jawab etnis Bugis Perantau melalui misi merantaunya di Kota Pontianak dengan syarat bekal secara pendidikan, ekonomi, politik, budaya dan agama. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Etnis Bugis, Budaya Siri.’

Description

Keywords

Interaksi Sosial, Etnis Bugis, Budaya Siri.

Citation

Collections