Interaksi Bugis Perantau dengan Masyarakat Setempat di Kota Pontianak.
No Thumbnail Available
Date
2022-03-11
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Disertasi ini berjudul: “Interaksi Bugis Perantau dengan Masyarakat
Setempat di Kota Pontianak. Tujuan penelitian menjelaskan bagaimana identitas
kebugisan (penerapan budaya siri’) digunakan etnis Bugis Perantau dalam proses
interaksinya, berikut cara penyelesaian yang dilakukan jika terjadi konflik atau
kesenjangan sosial yang melibatkan Bugis Perantau dengan masyarakat setempat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan dan
studi dokumentasi. Informan terdiri dari etnis Bugis Perantau dan etnis setempat
lainnya. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, catatan lapangan.
Analisis data melalui reduksi data , penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Pengecekan keabsahan data melalui trianggulasi sumber dan member cek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebugisan orang Bugis di gunakan di
Kota Pontianak, seperti; penggunaan bahasa Bugis, atribut keetnisan dan
kebudayaan Bugis hanya terjadi pada sesama di dalam komunitas Bugis. Sangat
menjaga marwah diri dan keluarga. Marwah itu melekat dalam sistem budaya siri’
khususnya siri’ masiri’ bukan siri’ ripakasiri’ baik dalam interaksi internal sesama
Bugis maupun eksternal dengan etnis setempat. Siri’ menjelma sesuai kultur
masyarakat setempat, menjadi modal sosial ampuh, sehingga mengukir sejarah atas
kontribusi budaya dan peradaban Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak.
Menempatkan etnis Bugis perantau, bahu membahu untuk memajukan Kota
Pontianak bersama etnis setempat. Pengaruh tokoh-tokoh Bugis secara sosial,
budaya, ekonomi, politik dan disegani secara agama, khususnya Islam
menjadikannya ‘diposisikan’ sebagai Melayu Pontianak, dan oleh orang Bugis
Perantau merasa Pontianak sebagai “kampung halaman kedua” setelah Sulawesi
Selatan. Realitas ini semakin meyakinkan karena memang Bugis Perantau tidak
pernah menoreh luka, apalagi terlibat konflik komunal dengan masyarakat setempat.
Mereka selalu berusaha keras bersama pemerintah setempat agar setiap konflik
pribadi tidak meluas menjadi konflik keluarga atau konflik antar etnis. Berusaha
saling mengedukasi pentingnya hidup secara damai antar etnis. Mereka adalah orang
Melayu, sekaligus saudara etnis setempat. Pola pengendalian sosial semakin
bersahaja karena merasa sama-sama berkeluarga dalam “payung” multikulturalisme
Kota Pontianak.
Penelitian ini menemukan bahwa membaur adalah ‘kata kunci’ keberhasilan
Bugis Perantau di Kota Pontianak. Bugis Perantau tidak perlu harus menjadi “etnis
lain” di perantauan. Menjadi Melayu Pontianak, tidak berarti hilang identitas
kebugisannya, tetapi justru meningkatkan martabat Melayu. Dikotomi struktural
antar etnis yang seringkali berujung konflik secara komunal, di jawab etnis Bugis
Perantau melalui misi merantaunya di Kota Pontianak dengan syarat bekal secara
pendidikan, ekonomi, politik, budaya dan agama.
Kata Kunci: Interaksi Sosial, Etnis Bugis, Budaya Siri.’
Description
Keywords
Interaksi Sosial, Etnis Bugis, Budaya Siri.