HAJI MOEHAMAD BASIOENI IMRAN (1885-1976): Ulama Pembaru dari Kerajaan Sambas Kalimantan Barat

dc.contributor.advisorNina Herlina Sukmana
dc.contributor.advisorWidyonugrahanto
dc.contributor.authorZULKIFLI
dc.date.accessioned2024-05-22T04:45:34Z
dc.date.available2024-05-22T04:45:34Z
dc.date.issued2018-01-22
dc.description.abstractMoehamad Basioeni Imran adalah seorang ulama yang pernah belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha. Berbekal pendidikan dari dua ulama yang berbeda tipologi tersebut, pada 1913 Basioeni Imran diangkat sebagai Maharaja Imam, pejabat kerajaan Sambas yang mengurusi agama Islam. Sebagai Maharaja Imam, Basioeni Imran tetap menyampaikan pemikiran pembaruan Islam ke tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, muncul masalah: Bagaimana Basioeni Imran memainkan perannya sebagai ulama pejabat atau pejabat agama sekaligus ulama yang melakukan pembaruan? Pertanyaan utama ini kemudian dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana konteks sosial, budaya dan politik kehadiran Basioeni Imran sebagai pembaru? (2) Bagaimana pemikiran Basioeni Imran dalam berbagai aspek (teologi, hukum, tafsir, pendidikan)? (3) Bagaimana pendapat Basioeni Imran tentang kemunduran umat Islam? Untuk menjawab masalah dan pertanyaan tersebut digunakan teori cultural broker dari Eric Wolf yang kemudian diperkuat oleh Clifford Geertz, konsep tiga sumber legitimasi otoritas Max Weber dan konsep tiga model ulama: ulama bebas, pejabat agama dan tokoh organisasi dari Taufik Abdullah. Secara teknis, penelitian ini menerapkan metode sejarah yang dimulai dengan penelusuran sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun berkedudukan sebagai ulama pejabat atau pejabat agama, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi Basioeni Imran dalam menyampaikan pemikiran pembaruannya sebagai katalisator budaya. Hal ini terkait dengan kondisi lokal kerajaan Sambas yang menempatkan para pejabat keagamaan juga berkedudukan sebagai ulama pembimbing umat yang bergerak di bidang tabligh dan pendidikan. Sosio kultural yang dihadapi Basioeni Imran adalah umat yang terbelakang dengan maraknya perselisihan, perbantahan dan perpecahan. Sumber masalahnya adalah merebaknya sikap taklid dan fanatisme sempit. Jalan keluar yang ditawarkan sebagai bagian dari proyek pembaruannya adalah perlunya membuka kembali pintu ijtihad. Pemikiran keagamaan Basioeni Imran masih dalam kerangka bermazhab, yaitu dalam bingkai besar Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, khususnya dalam lingkup mazhab Asy`ariyah (teologi) dan Syafi’iyah (fikih). Meskipun masih dalam koridor bermazhab, pemikiran Basioeni Imran banyak dipengaruhi pemikiran gurunya Rasyid Ridha. Gerakan pembaruan nyata yang dilakukannya adalah melakukan transformasi lembaga pendidikan Madrasah al-Sulthaniyah menjadi Sekolah Tarbiatoel Islam yang berciri pendidikan modern. Reformasi yang dilakukannya adalah reformasi yang lembut (soft reformation), untuk memajukan masyarakat dengan tidak menimbulkan perselisihan, perbantahan dan gejolak yang kontra produktif bagi proyek pembaruannya itu sendiri.
dc.identifier.urihttps://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180130130002
dc.subjectMoehamad Basioeni Imran
dc.subjectMaharaja Imam
dc.subjectUlama Pembaru
dc.titleHAJI MOEHAMAD BASIOENI IMRAN (1885-1976): Ulama Pembaru dari Kerajaan Sambas Kalimantan Barat

Files

Original bundle
Now showing 1 - 5 of 10
No Thumbnail Available
Name:
S3-2018-180130130002-Cover.pdf
Size:
177.43 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
No Thumbnail Available
Name:
S3-2018-180130130002-Abstrak.pdf
Size:
210.64 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
No Thumbnail Available
Name:
S3-2018-180130130002-DaftarIsi.pdf
Size:
351.37 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
No Thumbnail Available
Name:
S3-2018-180130130002-Bab1.pdf
Size:
894.84 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
No Thumbnail Available
Name:
S3-2018-180130130002-Bab2.pdf
Size:
1.24 MB
Format:
Adobe Portable Document Format

Collections