Pertumbuhan Morfologi Kota-Kota Pusat Pemerintahan di Priangan pada Abad XX Awal Abad XXI

Abstract

Disertasi ini memfokuskan pada kajian pertumbuhan kota-kota pusat pemerintahan di Priangan dalam kurun waktu Abad XX hingga Awal Abad XXI dengan pendekatan morfologi kota. Dalam kajian ini, terdapat empat pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. Pertama, bagaimana proses perluasan wilayah kota-kota pusat pemerintahan di Priangan? Kedua, sejauhmana hubungan antara perubahan tata guna lahan dengan ekspresi keruangan kota-kota pusat pemerintahan di Priangan? Ketiga, bagaimana ruang terbuka dibangun dalam konstelasinya dengan penataan ruang kota? Keempat, sejauhmana bangunan dan monumen dapat memainkan fungsinya sehingga menjadi sebuah simbol kota? Untuk memperoleh jawaban atas pokok permasalahan itu, dilakukan penelitian historis yang dalam prosesnya menggunakan metode sejarah. Dalam tataran operasional, metode sejarah dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk memberikan eksplanasi terhadap perubahan fisik kota, digunakan pendekatan morfologi kota yang mencakup yakni teori perluasan kota dari M. R. G. Conzen dan R. M. Northam, teori ekspresi keruangan dari Rob Krier, teori pola jalan dari R. M. Northam dan Hadi Sabari Yunus, konsep ruang terbuka dari Rob Krier, dan konsep simbol kota dari J. M. Nash. Teori-teori tersebut mendasarkan pada gagasan bahwa tidak ada satu kota pun yang tidak mengalami perubahan fisik kota, terdapat hubungan yang sangat jelas antara pertumbuhan fisik kota dan perluasan kota dan pola jalan sebagai elemen kuat bagi kenampakan fisik sebuah kota. Hasil penelitian menunjukkan perubahan fisik kota-kota di Priangan memiliki korelasi positif dengan masalah kependudukan dan berdampak pada perluasan wilayah administrasi kota-kota pusat pemerintahan di Priangan. Pertambahan jumlah penduduk pun berdampak pada semakin berkurangnya lahan pertanian dan lahan terbuka karena dipergunakan untuk pemukiman, perekonomiam, pendidikan, dan industri. Perencanaan penataan ruang kota, khususnya di Kota Bandung, pernah menunjukkan suatu upaya untuk penguatan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda secara budaya dengan mengadopsi kepercayaan hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Akibat penggunaan lahan pertanian untuk pembangunan gedung-gedung, ruang terbuka hijau di kota-kota pusat pemerintahan di Priangan tidak memenuhi persentase yang berimbang dengan luas wilayahnya. Namun demikian, beberapa taman kota dibangun untuk memberi penguatan terhadap nilai estetika kota dan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial di antara penduduk kota. Bangunan, baik yang lama maupun yang baru, monumen, dan penamaan jalan menunjukkan upaya penguatan jatidiri kota sehingga simbol kota yang begitu khas.

Description

Keywords

Priangan, Morfologi Kota, Perluasan Kota

Citation

Collections