Modifikasi Penetasan Telur Burung Maleo Gunung (Aepypodius arfakianus) Berdasarkan Karakteristik Habitat Mikro di Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Papua Barat

Abstract

Maleo gunung merupakan burung endemik Papua, membangun sarang dengan memanfaatkan panas dari hasil dekomposisi mikroba dari serasah dedaunan dilingkungan mikro habitat alaminya. Populasi burung Maleo gunung dikhawatirkan semakin menurun, akibat perubahan iklim, perburuan liar dan alih fungsi hutan. Kegiatan penangkaran sangat diperlukan sebagai alternatif untuk mempertahankan keberlangsungan hidup di habitat. Salah satu cara untuk mengatasi penurunan populasi di alam diperlukan modifikasi penetasan alami dengan penetasan buatan yang secara fungsional bekerja sesuai pola ritme mikrohabitat di alam Penelitian bertujuan mengkaji pengetahuan masyarakat tradional tentang musim berkembangbiak burung Maleo gunung, sarang burung, mendapatkan pola suhu dan kelembaban penetasan alami, mengkaji pengaruh perlakuan suhu dan kelembaban terhadap kualitas hasil tetasan dan kualitas fisik anak burung serta mendapatkan suhu dan kelembaban terbaik untuk penetasan buatan. Penelitian metode wawancara dengan teknik semi-struktur pada pengetahuan musim berkembangbiak dan metode eksploratif dengan teknik observasi pada karakteristik iklim mikro dan karakteristik sarang serta telur tetas sedangkan penelitian penetasan buatan dilaksanakan secara eksperimental dengan 3 macam perlakuan suhu dan kelembaban masing-masing A(31oC/90%), B(33oC/80%), dan C(35oC/70%). Data dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam rata-rata dan standar deviasi (SD). Hasil penelitian: masyarakat tradisional mengetahui musim berkembangbiak burung Maleo gunung dengan memperhatikan musim berbuah Pometia pinnata dan Litsea ledermanii. karakteristik habitat mikro sarang alami yaitu suhu udara rerata 33,7±0,4°C dengan variasi (30,2-37,8°C); kelembaban nisbi udara rerata 97,6±0,5% dengan variasi (70,0-100%); lama penetasan rerata 45,0± 1,1 hari dengan variasi (43-46 hari). Ukuran diameter sarang rerata 2,1±0,5 m dengan variasi (1,5-2,7 m); tinggi sarang yaitu rerata 0,7 ±0,2 m dengan variasi (0,4-1,1 m);bentuk sarang elips. Bahan penyusun sarang: daun (70,9%);kayu/ranting (23,6%);humus (4,3%);batu/kerikil (1,2%);tumbuhan dominan: Lithocarpus ruvofilosus; Spathoglottis plicata; Decaspermum fruticosum; Dicksonia blumei; Adiantum Sp.; Castanopsis acuminatissima; Litsea ledermanii. Struktur telur dalam sarang: posisi telur menyebar di dalam sarang; kedalaman telur rerata 36,4±3,3 cm; kemiringan telur rerata 5,3±5,8o; posisi telur bagian tumpul pada bagian atas; intensitas cahaya rerata 330,6± 184,1lux. Karakteristik fisik telur tetas: bobot 178,3±9,6 g; panjang 92,0 ± 4,1 mm;lebar 59,3±1,4 mm; tebal kerabang 354±11,2 µm; indeks telur 64,7±3,8%; Pola suhu penetasan alami: awal penetasan suhu rendah hingga pertengahan dan suhu meningkat tinggi pada ¼ akhir penetasan; Pola kelembaban penesan alami: awal hingga pertengahan kelembaban tinggi dan kelembaban menurun tinggi pada ¼ akhir penetasan. Hasil eksperimen terhadap modifikasi perlakuan suhu dan kelembaban pada penetasan buatan terbaik pada perlakuan B(33oC/80%) daya tetas 100%, lama penetasan 43,3±0,6 hari, bobot tetas 152,8±2,6g, tebal kerabang 310±1,5µm, kualitas fisik anak burung: panjang kepala 30,0±0,0 mm; tarsus 31,0,±0,0 mm; jari tengah 25,0±0,0 mm; cakar 11,0±0,0 mm. Kualitas tampilan anak burung: aktif dan warna bulu serta mata yang cerah.

Description

Keywords

habitat mikro, maleo gunung, modifikasi

Citation