Ilmu Peternakan (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item KAJIAN PERFORMA KAMBING KACANG DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT KAMBING KACANG DESA NAAS KECAMATAN MALAKA BARAT KABUPATEN MALAKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR(2022-08-08) VERONIKA YUNERIATI BEYLETO; Dedi Rahmat; Denie HeriyadiPenelitian ini bertujuan untuk membentuk populasi dasar Kambing Kacang berdasarkan hasil kajian karakter kuantitatif, kualitatif, reproduksi dan parameter genetik. Penelitian dilaksanakan di lokasi pengembangan bibit Kambing Kacang Desa Naas Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak Februari 2018 sampai Februari 2020 dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk karakter produksi dan reproduksi, sedangkan estimasi nilai parameter genetik menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak. Populasi Kambing Kacang yang merupakan materi penelitian berjumlah 31 induk betina berumur 2 sampai 3 tahun dan 5 ekor pejantan berumur 2,5 sampai 3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kuantitatif bobot badan, panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada belum memenuhi Standar Nasional Indonesia dan memiliki koefisien variasi yang tinggi. Lebar dada, tinggi pinggul dan lebar pinggul memiliki koefisien variai yang tinggi sedangkan dalam dada dan panjang pinggul memiliki koefisien variasi yang rendah. Respons sinkronisasi estrus terhadap kinerja reproduksi induk betina, yaitu intensitas berahi, onset berahi, persentase berahi, persentase kebuntingan, persentase kelahiran dan jumlah anak perkelahiran sangat baik. Karakter reproduksi pejantan, yakni kualitas makroskopis dan mikroskopis dari spermatozoa yang meliputi abnormalitas, viabilitas, konsentrasi, motilitas, bau, warna, volume, konsistensi dan pH termasuk kategori normal pada Kambing Kacang. Hasil estimasi nilai parameter genetik, yakni heritabilitas bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot lahir prasapih termasuk kategori sedang sampai tinggi sedangkan hasil estimasi nilai pemuliaan bobot lahir terdapat 5 ekor cempe betina dan 11 ekor cempe jantan layak dijadikan calon tetua bagi generasi berikut karena memiliki bobot lahir diatas rata-rata populasi dan memiliki nilai pemuliaan positif.Item KAJIAN PERFORMA PUYUH MALON, PUYUH JEPANG TERSELEKSI DAN PERSILANGANNYA DALAM MEMBENTUK BIBIT PUYUH PEDAGING UNGGUL(2021-02-19) ENDANG SUJANA; Tuti Widjastuti; Iwan SetiawanPenelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui performa puyuh pedaging Malon dan puyuh Jepang Terseleksi, dan Persilangannya untuk mendapatkan jenis puyuh pedaging unggul, melalui analisis pengaruh heterosis dan pengaruh kombinasi persilangannya, serta penelaahan pengaruh imbangan energi protein ransum pada puyuh pedaging unggul terpilih. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan seleksi bibit, perbanyakan bibit, mengamati performa pertumbuhan dan produksi telur puyuh Jepang terseleksi dan puyuh Malon. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis deskriptif. Tahap kedua dilakukan proses pembibitan puyuh murni dan persilangannya, dengan pengamatan terhadap telur tetas, hasil tetas dan performa pertumbuhan serta kualitas karkas yang dihasilkan. Pada tahap ini penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap terdiri atas 4 perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perkawinan puyuh Jepang terseleksi ♂ x Jepang terseleksi ♀ (JJ), Malon ♂ x Malon ♀ (MM), Malon♂ x Jepang terseleksi ♀ (MJ), dan Jepang terseleksi ♂ x Malon ♀(JM). Tahap ke tiga dilakukan percobaan imbangan energy protein untuk pertumbuhan dan perhitungan angka Income Over Feed Cost. Analisis Ragam digunakan GLM (General Linear Model) dengan post test Uji Duncan menggunakan program aplikasi SAS 9.0. Hasil penelitian menunjukkan persilangan dari keduanya (puyuh MJ dan JM) dapat meningkatkan performa reproduksi yaitu fertilitas dan daya tetas, serta menurunkan kematian embrio dengan nilai heterosis masing-masing pada fertilitas 1,729%, daya tetas 7,306%, dan kematian embrio -33,456%. Hasil persilangan puyuh Malon dan Jepang terseleksi (MJ) dapat meningkatkan performa pertumbuhan (pertambahan bobot badan 246,74 g) menyamai tetuanya (puyuh Malon), dengan konversi ransum yang rendah (2,8699). Demikian pula hasil persilangan puyuh MJ dapat meningkatkan kualitas karkas dengan bobot potong (251,50 gram) dan bobot karkas yang tinggi (174,80 gram), serta keempukan daging dan kadar kolesterol yang sama dengan kedua tetuanya.Pemberian tingkat protein sebesar 22% dan energi metabolis 3.000 kkal/kg memberikan respon pertumbuhan terbaik pada puyuh pedaging unggul (MJ) dengan pertambahan bobot badan yang tinggi (260,25 gram), dan konversi ransumnya paling rendah (2,656), serta memberikan Nilai Income Over Feed Cost tertinggi yaitu sebesar Rp 3.824,00.Item Mikroenkapsulasi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) dengan Maltodekstrin Pati Aren dan Implementasinya sebagai Feed Additive terhadap Performan dan Perlemakan Itik Cihateup(2022-07-27) ANDRI KUSMAYADI; Lovita Adriani; Ujang Hidayat TanuwiriaPenelitian mikroenkapsulasi ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) dengan maltodekstrin pati aren dan implementasinya sebagai feed additive terhadap performan dan perlemakan itik Cihateup dilakukan melalui tiga tahapan. Penelitian tahap pertama yaitu ekstraksi kulit buah manggis menggunakan pelarut dan waktu ekstraksi yang berbeda, tahap kedua mengenai formulasi mikroenkapsulasi ekstrak kulit manggis dan karakterisasinya. Penelitian tahap tiga yaitu aplikasi produk mikrokapsul ekstrak kulit manggis dalam ransum itik Cihateup. Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh jenis pelarut dan waktu ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan, total xanton dan rendemen antioksidan, (2) mencari formulasi terbaik imbangan ekstrak kulit manggis yang dienkapsulasi dengan maltodekstrin pati aren terhadap karakteristik mikrokapsul secara fisika, kimia maupun biologi, (3) mendapatkan dosis optimal penggunaan mikrokapsul ekstrak kulit manggis terhadap performan pertumbuhan dan perlemakan itik Cihateup. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dan diuji lanjut dengan metode DMRT menggunakan SPSS versi 25.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit manggis yang diekstraksi selama 24 jam menghasilkan rendemen antioksidan dan aktivitas antioksidan terbaik. Rasio ekstrak kulit manggis dan maltodekstrin pada level 30:70 menghasilkan karakterisasi mikrokapsul yang paling optimal. Penambahan mikrokapsul ekstrak kulit manggis pada dosis 1,5% memberikan dampak positif terhadap perbaikan performan pertumbuhan dan perlemakan itik Cihateup.Item KAJIAN KARAKTERISTIK BIOLOGIS DAN TEKNIS ENTOG (Cairina moschata) DI CIAYUMAJAKUNING(2021-03-09) DINI WIDIANINGRUM; Iwan Setiawan; Tuti WidjastutiKarakteristik biologis dan teknis entog sangat penting dalam upaya pengembangan entog di masa yang akan datang. Tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari keragaman karakteristik biologis dan teknis entog di Ciayumajakuning, mempelajari entog yang berasal dari daerah mana yang memiliki performan produksi, telur tetas, dan kualitas DOD dari populasi dasar yang paling baik, serta mempelajari entog yang berasal dari daerah mana yang memiliki performan pertumbuhan dan kualitas karkas pada keturunan pertama yang paling baik. Penelitian terdiri atas 3 tahap. Penelitian Tahap I menggunakan metode survey, pengambilan sampel dilakukan secara multistage probability stratified random sampling terhadap 673 ekor entog terdiri atas jantan 309 ekor dan betina 364 ekor. Analisis data menggunakan metode deskriptif ekploratif dan analisis diskriminan. Penelitian Tahap II menggunakan entog betina 120 ekor dan jantan 20 ekor yang dialokasikan ke dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan yang diulang 5 kali. Penelitian Tahap III menggunakan entog sebanyak 120 ekor terdiri atas betina 60 ekor dan jantan 60 ekor yang dialokasikan ke dalam rancangan acak kelompok pola factorial dengan factor a yaitu kabupaten asal entog (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) dan factor b jenis kelamin (Jantan dan betina). Hasil penelitian Tahap I disimpulkan bahwa karakteristik biologis (sifat kualitatif dan kuantitatif) dan teknis entog di Ciayumajakuning cukup beragam. Hasil penelitian Tahap II disimpulkan bahwa entog dari Kuningan menghasilkan performan produksi, telur tetas, dan kualitas DOD yang paling baik yang didukung oleh data umur dewasa kelamin 167,4 hari, bobot badan saat dewasa kelamin 1.718,6 gram, konsumsi ransum 40,8 kg selama 10 bulan, jumlah telur 127 butir, lama menetas 32,8 hari, dan bobot tetas 44,2 gram. Hasil penelitian Tahap III menunjukkan bahwa entog jantan dan betina keturunan pertama dari Kuningan menghasilkan performan produksi dan kualitas karkas yang paling baik yang didukung oleh data rataan konsumsi ransum 21,92 kg dan 14,11 kg selama 6 bulan, rataan bobot badan 3,48 kg dan 2,14 kg, rataan konversi ransum 6,59 dan 6,30, serta rataan mortalitas 3,17% dan 3,53%. Entog jantan keturunan pertama dari Kuningan memiliki rataan persentase karkas 75,09%, edible 85,04%, inedible 14,96%, protein kasar daging 19,53%, lemak kasar daging 6,89%, dan profil asam lemak total 67,14%. Berdasarkan seluruh hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik biologis dan teknis entog di Ciayumajakuning cukup beragam. Performan produksi, telur tetas dan kualitas DOD yang paling baik terdapat pada entog dari Kuningan. Performan produksi dan kualitas karkas yang paling baik terdapat pada entog keturunan pertama dari Kuningan.Item APLIKASI KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L) PRODUK FERMENTASI SEBAGAI CAMPURAN RANSUM PUYUH(Coturnix-coturnix japonica L)(2019-10-09) SRI UTAMI; Rachmat Wiradimadja; Ana RochanaPenelitian mengenai aplikasi kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L) produk fermentasi sebagai campuran ransum puyuh. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama fermentasi kacang koro pedang oleh Rhizopus oligosporus, bertujuan untuk menghasilkan KKPF(R.o) sebagai bahan pakan campuran ransum puyuh petelur. Tahap kedua, pengukuran nilai retensi nitrogen, retensi kalsium, retensi fosfor dan energi metabolis KKPF(R.o) produk olahan pilihan penelitian tahap pertama, bertujuan untuk menentukan kualitas produk. Penelitian tahap ke tiga, uji ransum, bertujuan untuk menetapkan besaran penggunaan KKPF(R.o) yang optimal melalui pengukuran terhadap performa produksi dan kualitas telur puyuh. Penelitian dengan menggunakan metode eksperimen di Laboratorium dengan rancangan acak lengkap tersarang, yaitu: Faktor A adalah dosis inokulum dosis kapang Rhizopus oligosporus L (0,1; 0,2; dan 0,3%), Faktor B adalah lama fermentasi (24 jam,48 jam, dan 72 jam), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Faktor B tersarang pada faktor A. Pengaruh antar perlakuan diuji dengan analisis ragam dan dilanjutkan uji jarak berganda Duncan. Penelitian tahap kedua dianalisis dengan menggunakan uji t-student. Penelitian tahap ke tiga menggunakan Rancangan Acak Lengkap lima perlakuan KKPF(R.o) (0; 7,5; 15; 22,5; dan 30% dalam ransum), masing-masing diulang sebanyak empat kali. Uji statistik dilakukan dengan sidik ragam, perbedaan pengaruh antar perlakuan dilanjutkan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian pada tahap pertama, kacang koro pedang fermentasi dengan Rhizopus oligosporus dosis 0,2% selama 72 jam menghasilkan peningkatan kandungan protein kasar 42,15%, penurunan kandungan serat kasar 51,63%, penurunan lemak kasar 15,30%, dan penurunan anti nutrisi asam fitat 54,92%, asam sianida 76,32% serta tanin 75,78%. Hasil penelitian tahap kedua, produk KKPF(R.o) memiliki nilai retensi nitrogen 79,79%, retensi kalsium 1,44%, retensi fosfor 1,58% dan, energi metabolis 2655,07 kkal/kg. Hasil penelitian tahap ketiga, penggunaan KKPF(R.o) pada tingkat 22,5% dalam ransum memberikan respons positif terhadap performa produksi dan kualitas telur puyuh, yaitu konsumsi ransum 22,59 g/ekor/hari; umur dewasa kelamin 44 hari; bobot badan dewasa kelamin 183,09 g; bobot telur 11,83 g; produksi Quail day 72,59%, konversi ransum 2,92, kualitas telur tebal kerabang 0,23 mm ; skor intensitas warna kuning telur 8; kolesterol kuning telur 122,69 mg/100 g.Item PENGGUNAAN EKSTRAK KERING PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L) SEBAGAI FEED ADITIVE TERHADAP ORGANISME SALURAN CERNA DAN PERFORMA PRODUKSI AYAM SENTUL(2023-06-08) MARYATI PUSPITASARI; Tuti Widjastuti; Ana RochanaPatikan kebo adalah tanaman herba yang diduga memiliki potensi yang baik sebagai feed additive dalam ransum untuk ternak ayam Sentul. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui jenis daun yang memberikan nilai kesehatan cerna yang paling tinggi dilihat dari aktivitas antioksidan, jumlah E coli, dan antelmintik A. galli, untuk mengetahui perbandingan penggunaan dari ekstrak patikan kebo dan laktosa yang memberikan karakter ekstrak dan implikasi biologis yang optimal pada ayam Sentul, dan untuk mengetahui pengaruh dan penggunaan optimal feed additive ekstrak kering patikan kebo dalam ransum terhadap performa produksi ayam Sentul. Penelitian ini dilaksanakan di Lab. Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia dan Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Lab. Central Universitas Padjadjaran, Lab Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran dan Lab. Kimia Farmasi Analisis Universitas Garut. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan untuk menentukan jenis daun yang terbaik antara daun tua dan muda sebagai feed additive, tahap ke dua dilakukan untuk menentukan perlakuan yang paling optimal terhadap karakter ekstrak kering dan organisme saluran cerna serta performa produksi ayam Sentul. Metode penelitian pada tahap pertama adalah untuk uji anthelmintik menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari faktor A adalah Jenis Daun terdiri dari ekstrak etanol daun tua (DT) yaitu DT (2,5 mg/ml, 5,0 mg/ml, 7,5 mg/m/ dan 10 mg/ml) dan ekstrak etanol daun muda (DM) yaitu DM (2,5 mg/ml, 5,0 mg/ml, 7,5 mg/m/ dan 10 mg/ml). Perlakuan juga menggunakan kontrol positif berupa piperazin 10 mg/ml dan kontrol negatif berupa NaCl fisiologis 0,9 %. Data untuk hasil uji senyawa aktif dalam patikan kebo, uji aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri dikemukakan secara deskriptif. Untuk data jumlah kematian cacing A. galli dilakukan uji statistic dengan uji varian dengan tingkat kepercayaan 95%, sementara untuk uji IC50 dan LT50 dilakukan analisis Probit. Metode pada penelitian tahap ke dua menggunakan metode eksperimetal dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang terdiri dari faktor P (perbandingan ekstrak kental dan laktosa) dan faktor R (komposisi dalam ransum). Faktor P terdiri dari P1 (1: 1 ), P2 (1 : 1,5), P3 (1 : 2 ), P4 (1 : 2,5) dan P5 (1 : 3). Perlakuan R terdiri dari R1 (0,25%), R2 (0,50%), R3 (),75%) dan R4 (1,0%). Data yang diperoleh dianalisis varian dengan tingkat kepercayaan 95%, jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Tes. Hasil penelitian adalah senyawa aktif yang terdapat dalam daun tua dan daun muda adalah fenolik, tanin, flavonoid, saponin, triterpenoid, steroid dan alkaloid. Sebagai feed additive, ekstrak etanol daun tua adalah lebih baik terhadap aktivitas antioksidan (konsentrasi 11 ppm persen inhibitori = 68,17 %, IC50 = 7,713), daya hambat bakteri Echerichia coli (MIC = 3,125%) dibandingkan daun muda ( konsentrasi 11 ppm, persen inhibitorinya 66,92%, IC50 = 7,920), MIC = 6,25%. Dalam membuat ekstrak kering, perbandingan ekstrak etanol kental dan laktosa 1: 3 (P5), adalah yang paling optimal memberikan pengaruh baik terhadap karakter non spesifik (kadar air 2,78%, kadar abu total 1,21%, kadar abu tidak larut asam 0,01% dan susut pengeringan 2,28%) dan karakter spesifik (kadar sari larut etanol 21,66 %, kadar sari larut air 68,67 %). Perlakuan P5R1(perlakuan P5 yang diberikan dengan dosis 0,25%) adalah perlakuan optimal terhadap jumlah bakteri E. coli, kecernaan protein, pertambahan berat badan, konversi pakan dan nilai hematosit darah pada ayam Sentul.Item UTILIZATION OF KANGKUNG SEED WASTE (Ipomoea reptans Poir.) FERMENTED BY Rhizopus oligosporus IN THE RATION ON PERFORMANCE OF QUAIL(2022-04-23) ASTUTI KUSUMORINI; Ana Rochana; Denny RusmanaThis study aimed to evaluate the nutrition of kangkung seed waste fermented by Rhizopus oligosporus and its effect on quail performance. The fermentation of kangkung seeds were done with 2 observation variables, namely time (24, 48, and 72 hours) and inoculum dose (0.1, 0.2, and 0.3%). The best fermentation results were then subjected to biological tests and used as a mixture of quail rations. A total of 240 7 days quail with an initial weight of 20.15 g (variation of less than 10%) were placed into 20 experimental units with 12 each. The study used a completely randomized design with 5 treatments and 4 replications. The feed treatments were RK (commercial feed), R0 (ration with 0% BKF), R1 (ration with 7,5% BKF), R2 (ration with 15% BKF), R3 (ration with 22,5% BKF). The study consisted of three stages with the observed parameters including: 1) Stage I: mold growth, proximate content (protein, fiber and crude fat); 2) Stage II: amino acids, anti-nutritional compounds, metabolic energy and nutrient retention of kale seeds and their fermentation products; 3) Stage III: growth performance, egg production, and egg quality. The performance of the digestive organs and the reproductive organs. The growth of Rhizopus oligosporus reached its peak on the second and third days after inoculation. Fermentation with Rhizopus oligosporus with an inoculum dose of 0,3% for 72 hours increased crude protein 62,53%, decreased crude fiber 51,46% and reduced crude fat 45.15%, decreased tannins and cyanide acid (HCN) by 35,763% and 92,68%, respectively. The BKF product increased the Apparent Metabolic Energy (AME) value by 8.95%, Apparent Metabolic Energy corrected for nitrogen (AMEn) 8,47%, True Metabolic Energy (TME) 7,90%, and True Metabolic Energy corrected for nitrogen (TMEn) value 14.33%. The use of BKF up to 22.5% did not have a significant effect on growth performance (feed consumption, feed conversion, body weight gain) and did not reduce the interior and exterior quality of eggs. The use of BKF up to 22.5% reduced daily egg production, but the use of up to 15% did not reduce egg weight and feed conversion to eggs.The BKF feed increased the proventriculus, the weight of the small intestine, the length of the small intestine, and the length of the large intestine. The treatments did not give a significant impact on the histomorphometry of the small intestine of the duodenum and ileum but decreased significantly on the height and surface area of the jejunal villi. BKF ration did not reduce the biometry and histology of reproductive organs, but at the level of 22,5%, it significantly reduced isthmus weight and uterine length.Item SUKSESI USAHA SAPI PERAH KELUARGA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI (Survey di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan Kabupaten Bandung)(2019-04-08) ACHMAD FIRMAN; Maman Paturochman; Mumun Munandar SulaemanUsaha sapi perah telah menjadi usaha pokok bagi para peternak dan telah berjalan secara turun menurun di Kecamatan Pangalengan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses suksesi usaha sapi perah keluarga, faktor-faktor apa yang berpengaruh atas putusan anak peternak (successors) untuk melanjutkan usaha sapi perah keluarga, dan model suksesi usaha sapi perah keluarga. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret – April 2018 di Kecamatan Pangalengan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif atau mixed method. Jumlah peternak dan anak peternak yang menjadi responden masing-masing 123 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses sosialisasi primer menjadi waktu krusial dalam proses suksesi, namun persepsi anak peternak terhadap keberlanjutan usaha sapi perah keluarga kurang positif karena mereka lebih cenderung untuk memilih bekerja di luar usaha sapi perah dibandingkan dengan beternak sapi perah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pilihan anak peternak untuk melanjutkan usaha sapi perah keluarga adalah jumlah anggota keluarga dan lama waktu membantu orang tua di usaha sapi perah. Ada tiga model suksesi usaha sapi perah yang terjadi di Kecamatan Pangalengan dari generasi ke generasi, yaitu mandiri, fasilitas orang tua, dan hibah. Model suksesi usaha sapi perah keluarga yang berkelanjutan dibangun berdasarkan variabel yang signifikan (jumlah anggota keluarga dan lama anak membantu orang tua) yaitu model mandiri dan fasilitas orang tua.Item SINERGITAS PERAN PROBIOTIK DAN PEPTIDA BIOAKTIF YANG DIISOLASI DARI PRODUK FERMENTASI DAGING KELINCI SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL(2023-04-06) EKA WULANDARI; Husmy Yurmiati; Kusmayadi SuradiBekasam merupakan produk fermentasi pangan hewani tradisional Indonesia. Penggunaan daging kelinci sebagai bahan baku bekasam merupakan upaya penganekaragaman produk pangan fungsional olahan asal daging kelinci. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri asam laktat probiotik dan peptida bioaktif yang bersifat antimikroba dari bekasam daging kelinci dan mempelajari sinergitas dari keduanya secara in vitro dan in vivo. Penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat kandidat probiotik dari bekasam daging kelinci, tahap kedua penapisan, karakterisasi dan identifikasi peptida antimikroba dan tahap ketiga pengujian sinergitas probiotik dan ekstrak peptida secara in vitro dan in vivo. Penelitian menggunakan metode eksperimen di laboratorium, penelitian tahap pertama dan kedua dilakukan dengan eksploratif sedangkan pada tahap ketiga dengan eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Uji statistik dilakukan menggunakan sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian tahap pertama yaitu diperoleh isolat 9 isolat bakteri asam laktat dan 2 isolat diantaranya adalah probiotik. Hasil analisis gen 16S rRNA diperoleh hasil bahwa 2 isolat tersebut adalah Lactobacillus buchneri dan Weisella paramesenteroides. Lactobacillus buchneri dipilih sebagai isolat terbaik karena sudah dinyatakan aman (Generally Recognice As Save). Hasil penelitian dari tahap kedua yaitu aktivitas antimikroba terhadap Salmonella typhimurium peptida meningkat sejalan dengan proses pemurnian peptida, zona hambat terbesar diperoleh dari fraksi 5-HPLC yaitu sebesar 12,5 mm yang memiliki berat molekul sebesar 353.2967 Da dengan urutan asam aminonya asam glutamat, glisin dan isoleusin. Hasil penelitian dari tahap ketiga yaitu terdapat sinergitas antara L. buchneri dan peptida bioaktif pada semua kombinasi perlakuan (in vitro) dan pada kombinasi pemberian L. buchneri 109 CFU/g dan peptida 5% (in vivo). Dari hasil yang diperoleh tersebut maka disimpulkan bahwa bekasam daging kelinci merupakan produk pangan fungsional memiliki kandungan probiotik dan peptida bioaktif yang saling bersinergi pada kombinasi konsentrasi L. buchneri 109 CFU/mL dan peptida 5% dan dapat meningkatkan sistem imun terhadap S. typhimurium.Item Modifikasi Penetasan Telur Burung Maleo Gunung (Aepypodius arfakianus) Berdasarkan Karakteristik Habitat Mikro di Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Papua Barat(2023-02-25) HOTLAN MANIK; Indrawati Yudha Asmara; Husmy YurmiatiMaleo gunung merupakan burung endemik Papua, membangun sarang dengan memanfaatkan panas dari hasil dekomposisi mikroba dari serasah dedaunan dilingkungan mikro habitat alaminya. Populasi burung Maleo gunung dikhawatirkan semakin menurun, akibat perubahan iklim, perburuan liar dan alih fungsi hutan. Kegiatan penangkaran sangat diperlukan sebagai alternatif untuk mempertahankan keberlangsungan hidup di habitat. Salah satu cara untuk mengatasi penurunan populasi di alam diperlukan modifikasi penetasan alami dengan penetasan buatan yang secara fungsional bekerja sesuai pola ritme mikrohabitat di alam Penelitian bertujuan mengkaji pengetahuan masyarakat tradional tentang musim berkembangbiak burung Maleo gunung, sarang burung, mendapatkan pola suhu dan kelembaban penetasan alami, mengkaji pengaruh perlakuan suhu dan kelembaban terhadap kualitas hasil tetasan dan kualitas fisik anak burung serta mendapatkan suhu dan kelembaban terbaik untuk penetasan buatan. Penelitian metode wawancara dengan teknik semi-struktur pada pengetahuan musim berkembangbiak dan metode eksploratif dengan teknik observasi pada karakteristik iklim mikro dan karakteristik sarang serta telur tetas sedangkan penelitian penetasan buatan dilaksanakan secara eksperimental dengan 3 macam perlakuan suhu dan kelembaban masing-masing A(31oC/90%), B(33oC/80%), dan C(35oC/70%). Data dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam rata-rata dan standar deviasi (SD). Hasil penelitian: masyarakat tradisional mengetahui musim berkembangbiak burung Maleo gunung dengan memperhatikan musim berbuah Pometia pinnata dan Litsea ledermanii. karakteristik habitat mikro sarang alami yaitu suhu udara rerata 33,7±0,4°C dengan variasi (30,2-37,8°C); kelembaban nisbi udara rerata 97,6±0,5% dengan variasi (70,0-100%); lama penetasan rerata 45,0± 1,1 hari dengan variasi (43-46 hari). Ukuran diameter sarang rerata 2,1±0,5 m dengan variasi (1,5-2,7 m); tinggi sarang yaitu rerata 0,7 ±0,2 m dengan variasi (0,4-1,1 m);bentuk sarang elips. Bahan penyusun sarang: daun (70,9%);kayu/ranting (23,6%);humus (4,3%);batu/kerikil (1,2%);tumbuhan dominan: Lithocarpus ruvofilosus; Spathoglottis plicata; Decaspermum fruticosum; Dicksonia blumei; Adiantum Sp.; Castanopsis acuminatissima; Litsea ledermanii. Struktur telur dalam sarang: posisi telur menyebar di dalam sarang; kedalaman telur rerata 36,4±3,3 cm; kemiringan telur rerata 5,3±5,8o; posisi telur bagian tumpul pada bagian atas; intensitas cahaya rerata 330,6± 184,1lux. Karakteristik fisik telur tetas: bobot 178,3±9,6 g; panjang 92,0 ± 4,1 mm;lebar 59,3±1,4 mm; tebal kerabang 354±11,2 µm; indeks telur 64,7±3,8%; Pola suhu penetasan alami: awal penetasan suhu rendah hingga pertengahan dan suhu meningkat tinggi pada ¼ akhir penetasan; Pola kelembaban penesan alami: awal hingga pertengahan kelembaban tinggi dan kelembaban menurun tinggi pada ¼ akhir penetasan. Hasil eksperimen terhadap modifikasi perlakuan suhu dan kelembaban pada penetasan buatan terbaik pada perlakuan B(33oC/80%) daya tetas 100%, lama penetasan 43,3±0,6 hari, bobot tetas 152,8±2,6g, tebal kerabang 310±1,5µm, kualitas fisik anak burung: panjang kepala 30,0±0,0 mm; tarsus 31,0,±0,0 mm; jari tengah 25,0±0,0 mm; cakar 11,0±0,0 mm. Kualitas tampilan anak burung: aktif dan warna bulu serta mata yang cerah.Item PEMBERDAYAAN PETERNAK DALAM MENUNJANG KEMANDIRIAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA(2022-08-15) ASEP PERMADI GUMELAR; Lilis Nurlina; Mumun Munandar SulaemanPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis model pemberdayaan yang tepat dalam menunjang kemandirian dan keberlanjutan usaha peternak domba Garut di Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan di empat kecamatan yang dianggap mewakili wilayah Kabupaten Garut dalam hal pengembangan ternak domba Garut. Dari masing-masing kecamatan diambil satu kelompok peternak penerima hibah usaha ternak tahun 2017-2018 yang masih aktif hingga saat ini, yaitu Kelompok Kampung Domba Indonesia (Kecamatan Cikajang), Kelompok Lembur Sauyunan (Kecamatan Leles), Kelompok Rahmah (Kecamatan Wanaraja), dan Kelompok Rindu Alam (Kecamatan Tarogong Kidul). Penelitian ini merupakan suatu studi kasus dengan menggunakan metode survey secara kuantitatif dan kualitatif (mix method analysis). Secara kuantitatif, dilakukan dengan mengkaji aspek-aspek pemberdayaan, kemandirian, dan keberlanjutan usaha para peternak dari empat kelompok tersebut dengan populasi sebanyak 106 orang. Seluruh populasi diambil sebagai sampel dan dianggap sebagai penelitian sensus. Teknik analisis yang digunakan adalah mengevaluasi secara deskriptif tingkat kecocokan Goodness of Fit (GoF) antara data dengan model yang diajukan secara statistik (Likelihood-Ratio Chi-Sqare Statistic). Seluruh analisis kuantitatif menggunakan Sturctural Equation Modelling (SEM) melalui software Lisrel Ver 10.2. Sementara secara kualitatif, dilakukan melalui tahapan orientasi, eksplorasi, serta analisis data melalui reduksi data, display data, dan verifikasi data untuk mendukung hasil analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa antara pemberdayaan dengan kemandirian peternak domba Garut menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Hal ini berarti pemberdayaan berpengaruh positif dan cukup signifikan terhadap kemandirian peternak domba Garut. Sementara antara pemberdayaan dengan keberlanjutan usaha peternak domba Garut menunjukkan hubungan yang lemah dan pengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan usaha peternak domba Garut. Hasil tersebut memberikan implikasi, bahwa program pemberdayaan peternak domba Garut harus lebih mengikutsertakan dan melibatkan para peternak, baik dalam perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan program, tranparansi kegiatan pemberdayaan, dan pengawasan hasil pemberdayaan.Item Penerapan sinkronisasi estrus dan superovulasi untuk meningkatkan jumlah anak sekelahiran pada kambing peranakan etawah (PE)(2023-10-02) USMAN BUDI; Didin Supriat; Raden Siti DarodjahUpaya peningkatan produktivitas kambing Peranakan Etawah (PE), maka perlu dicari bioteknologi reproduksi yang diterapkan oleh para peternak kambing, yaitu untuk meningkatkan jumlah anak sekelahiran. Salah satu bioteknologi tersebut adalah Sinkronisasi Estrus. Penelitian dilakukan di kandang penelitian kambing Laboratorium Reproduksi Ternak dan IB Universitas Padjadjaran, Ciparanje, Jatinangor. Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap I bertujuan mengidentifikasi estrus dengan mengamati onset dan persentasenya serta mengamati level hormon esterogen. Metode penelitian tahap I menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2x2 dengan dosis progesteron (MPA) 40 dan 60 mg/ekor dan densitas spons yaitu lunak dan keras, dengan 5 kali ulangan. Menggunakan 20 ekor kambing PE betina yang tidak bunting namun sudah pernah beranak dan berumur 2 sampai 3 tahun dengan bobot badan 30 sampai 42 kg. Tahap II bertujuan untuk membandingkan pelaksanaan superovulasi menggunakan sinkronisasi estrus satu kali dan dua kali dengan mengamati level hormon progesterone dalam darah, pertumbuhan ambing, bobot hidup induk, persentase kebuntingan, lama kebuntingan dan jumlah anak sekelahiran. Metode penelitian tahap II menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2x3 dengan sinkronisasi satu kali dan dua kali dan dosis superovulasi dengan GnRH 10, 30 dan 50 µg/ml, dengan 4 kali ulangan. Menggunakan 24 ekor kambing PE betina yang tidak bunting yang sudah pernah beranak, umur 2 sampai 3 tahun dengan bobot badan 30 sampai 42 kg. Hasil pengamatan tahap I menunjukkan bahwa pengaruh sinkronisasi estrus terhadap onset estrus, persentase Estrus dan kandungan hormon esterogen tidak berbeda nyata (p>0,05). Hasil pengamatan tahap II menunjukkan bahwa pengaruh superovulasi dengan dosis GnRH yang berbeda dan jumlah sinkronisasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (p0,05) pada tingkat kebuntingan, lama kebuntingan dan jumlah anak sekelahiran. Hasil penelitian dianalisis menggunakan Anova dan Manova dengan uji lanjutan menggunakan uji BNT pada program SPSS 16. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa: 1. Sinkronisasi estrus dengan spons vagina dan hormon progesteron MPA dapat menyerentakkan estrus kambing PE namun tidak meningkatkan produktivitas kambing PE. 2. Superovulasi dengan dosis GnRH yang berbeda dan jumlah sinkronisasi yang berbeda mampu meningkatkan kandungan hormon progesteron, perkembangan ambing dan bobot hidup induk, namun belum meningkatkan tingkat kebuntingan, lama kebuntingan dan jumlah anak sekelahiran kambing PE.