BIOEKOLOGI IKAN KETING (Mystus gulio Hamilton 1822) DAN MODEL PENGELOLAANNYA DI MUARA SUNGAI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

Abstract

Mystus gulio (Hamilton 1822), dalam Bahasa lokalnya yaitu ‘Keting atau Lundu merupakan salah satu spesies yang mudah ditemukan di lingkungan perairan muara Sungai Ciujung, Cipandak dan Cidamar yang ada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan potensi budidayanya, ikan ini dapat menjadi salah satu spesies yang dapat dijadikan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki nilai lebih besar daripada pemanfaatan saat ini di wilayah muara sungai yang ada di Kabupaten Cianjur ini. Bioekologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan untuk mengkaji potensi dan gambaran biologis dan ekologis dari ikan ini sebelum selanjutnya dipertimbangkan menjadi spesies yang akan didomestikasi untuk keperluan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bioekologi ikan Keting (Mystus gulio, Hamilton 1822) dan model pengelolaannya di perairan muara sungai Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di muara sungai Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia mulai dari bulan September tahun 2021 hingga Desember tahun 2022. Pengambilan data dilakukan secara in-situ dan ex-situ dimana secara exsitu, penelitian lakukan di Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Laboratorium Sentra UNPAD dan Laboratorium Terpadu IPB. Aspek bioekologi yang diamati terdiri atas karakter morfologi dan molekuler untuk proses identifikasi spesies, pertumbuhan, makanan, reproduksi, uji proksimat dan analisis lingkungan perairannya. Ikan diperoleh dengan menggunakan alat tangkap jaring dengan ukuran mata jaring 0,5 inci dan 1 inci yang kemudian sampel dipreparasi untuk dianalisis selanjutnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus yang tersaji dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies M. gulio baik berdasarkan analisis morfologi maupun molekuler. Analisis molekuler menunjukan bahwa kemiripan (Percent Identity) spesies M. gulio (kode akses KX455898.1) diperoleh nilai berkisar dari 93,06 – 98,13%. Komposisi nukleotida pada ikan keting menunjukan rata-rata jumlah timin paling tinggi dengan jarak genetik sebesar 0,00-0,02 (kategori rendah). Pola pertumbuhan ikan keting di muara sungai Kabupaten Cianjur adalah allometrik. Faktor kondisi (K-value) menunjukan bahwa 90% spesies ikan M. gulio yang diidentifikasi memiliki nilai K di atas 1. Hasil analisis NMDS menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan nilai <0,2 antara variabel perairan dengan K-Value. Komposisi makanan M. gulio terdiri atas insekta, krustase, moluska, ikan, detritus, dan alga. Berdasarkan pengamatan nilai RGL, kebiasaan makan ikan M. gulio menunjukan bahwa ikan ini termasuk pada tipe ikan omnivorous cenderung carnivorous. Intensitas makan ikan M. gulio tinggi pada bulan November di muara Sungai Cidamar dan pada kelompok ikan kedua. M. gulio menunjukan rasio dimana jenis kelamin betina paling mendominasi dibandingkan jantan dengan pola pemijahan total. Ikan ini memijah pada bulan Mei hingga September, dengan lokasi pemijahan terjadi di muara Sungai Ciujung, pemeliharaan ikan dengan TKG I-III di Muara Sungai Cidamar dan pembesaran di muara Sungai Cipandak. Ukuran pertama kali ikan keting matang gonad berkisar antara 6,65-9,41 cm. Aktivitas yang berlangsung di sekitar Muara Cidamar terdiri atas aktivitas perkebunan, pertanian dan aktivitas domestik yang berasal dari aktivitas warga. Karakteristik fisika dan kimia perairan Muara Cidamar, Cipandak dan Ciujung menunjukan nilai yang memenuhi baku mutu air untuk kegiatan perikanan. Masyarakat nelayan di sekitar muara sungai didominasi oleh nelayan dengan usia produktif, kondisi ekonomi yang rendah, memiliki pengetahuan tentang ikan keting dan memanfaatkan ikan keting untuk pemenuhan kebutuhan harian. Strategi yang dapat dilakukan sebagai rekomendasi bagi masyarakat dan pemerintah sekitar muara sungai berupa konservasi spesies, penetapan wilayah penangkapan, pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap dan pengaturan musim penangkapan.

Description

Keywords

Bioekologi, Mystus gulio, Pengelolaan

Citation