Ilmu Pertanian (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item Studi Potensi Ekstrak Daun Kelor Sebagai Biostimulan pada Perkecambahan, Pertumbuhan, Hasil, Kualitas Hasil dan Pasca-Panen Cabai Besar (Capsicum annuum L.)(2024-01-12) NITA YUNIATI; Bambang Nurhadi; KusumiyatiJawa Barat merupakan provinsi yang berkontribusi besar dalam produksi cabai besar nasional, salah satunya jenis cabai besar. Namun demikian, terdapat penurunan produksi dan produktivitas cabai di tahun 2021, yang dapat disebabkan oleh perkecambahan yang tidak serempak, praktik budidaya yang belum optimal, serta iklim yang tidak menentu. Selain itu, sifat buah cabai yang mudah rusak juga masih menjadi kendala yang harus dihadapi di tahap pasca-panen. Aplikasi biostimulan yang berasal dari ekstrak daun kelor (moringa leaf extract/MLE) merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan konsentrasi terbaik dari agen priming ekstrak daun kelor dalam meningkatkan perkecambahan benih cabai, (2) mengetahui bagaimana pengaruh aplikasi ekstrak daun kelor melalui priming benih, penyemprotan ke daun, dan kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil cabai hijau, dan (3) untuk melihat perubahan fisik dan kandungan metabolit buah cabai hijau selama penyimpanan setelah diaplikasikan ekstrak daun kelor pada waktu yang berbeda. Penelitian terdiri dari 3 tahap dan dilaksanakan pada bulan JuliDesember 2022 di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa priming benih dengan MLE 1:20 (MLE priming) mampu meningkatkan persentase kecambah normal, indeks berkecambah, indeks kecepatan berkecambah, keserempakan tumbuh kecambah, indeks vigor, panjang hipokotil, bobot segar akar dan hipokotil + plumula, serta menurunkan rata-rata waktu berkecambah. Pada penelitian tahap 2 di lapangan, seluruh perlakuan kombinasi MLE priming + penyemprotan MLE ke daun (foliar MLE) memberikan respons yang lebih baik dibandingkan aplikasi secara mandiri. Terkait hal ini, perlakuan MLE priming + foliar MLE 1:30 efektif meningkatkan parameter fisiologis tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun, hasil, dimensi buah, kekerasan, dan vitamin C buah. Berdasarkan hasil penelitian tahap 3, perlakuan MLE pra-panen dan kontrol menunjukkan perubahan fisik dan kandungan metabolit yang hampir serupa saat disimpan. Perlakuan MLE pasca-panen melalui coating menunjukkan nilai L*, a*, susut bobot, kekerasan, dan vitamin C buah paling baik dibandingkan kedua perlakuan tersebut saat 7 hari setelah disimpan. Perlakuan ini juga berhasil memperlambat laju perubahan kualitas pasca-panen buah cabai hijau selama penyimpanan.Item DAMPAK LIMBAH KEGIATAN KARAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KARAKTERISTIK BIOLOGIS IKAN ENDEMIK DI SEKITAR KJA WADUK KOTO PANJANG, RIAU(2014-11-04) ENI SUMIARSIH; Otong Suhara Djunaedi; ZahidahBahan pencemar organik maupun anorganik di Waduk Koto Panjang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) dan kegiatan KJA. Pada kegiatan budidaya KJA pakan diberikan terus menerus, akibatnya ada makanan yang tidak termakan dan terbuang ke perairan sehingga mempengaruhi kondisi perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak KJA terhadap karakteristik biologis ikan endemik yang hidup di sekitar KJA tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2012 – November 2013. Pada penelitian ini ditetapkan 5 stasiun, dimana St1 dan St 2 pada area natural (tidak ada KJA), sedangkan St3, St4 dan St5 di areal KJA. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan selama setahun. Pengamatan ikan endemik dilakukan dengan melakukan penangkapan ikan selama 24 jam (interval 1 jam) dengan ulangan 3 kali. Ikan ditangkap menggunakan gill net serta jala, dan kemudian dipelajari aspek biologisnya seperti jenis dan kelimpahan, analisis isi lambung, lingkaran pertumbuhan pada otolith, struktur jaringan usus dan biologi reproduksinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa O2 terlarut, CO2 bebas, Amoniak, Nitrat, Fosfat dan kelimpahan fitoplankton di area natural lebih rendah daripada di areal KJA. Pada penelitian ini ikan yang tertangkap terdiri dari 30 jenis dan yang paling banyak adalah ikan kapiek (Puntius schwanenfeldii). Isi lambung ikan kapiek di areal natural adalah debris (96,4%) dan di areal KJA berupa pelet ikan (94,8%), menunjukkan bahwa ikan tersebut bersifat opportunis. Ikan yang hidup di sekitar karamba mempunyai bobot yang lebih berat daripada ikan dari areal natural. Dinding usus ikan kapiek dari areal KJA lebih tebal dengan villi yang lebih panjang. Pada otolith ikan kapiek dari areal KJA tidak terdapat lingkaran gelap di otolith, sedangkan pada otolith ikan kapiek dari areal natural dijumpai 1 atau 2 lingkaran gelap. Biologi reproduksi ikan kapiek tidak dipengaruhi oleh KJA. Fakta ini menunjukkan bahwa ikan kapiek mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bio-stabilisator untuk mengelola kualitas perairan di KJA di perairan tawar. Key words : Puntius schwanenfeldii, bio-stabilisator, Waduk Koto Panjang, karakteristik biologis, karamba jaring apungItem IDENTIFIKASI SILIKA (Si) TERSEDIA PADA TANAH SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI KABUPATEN SUBANG(2023-07-11) BUDY FRASETYA TAUFIK QURROHMAN; Abraham Suriadikusumah; Rija SudirjaImplementasi pemupukan Silikon (Si) sebagai strategi meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap cekaman biotik dan abiotik memerlukan dukungan basis data spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kandungan dan sebaran Si tersedia (SiAP) tanah sawah, mengidentifikasi hubungan beberapa sifat fisik-kimia tanah, sifat kimia air irigasi terhadap SiAP, SiAP terhadap hasil tanaman padi dan menentukan optimasi pemupukan Si pada status SiAP berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengambil sampel tanah sawah dari 48 lokasi yang tersebar di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sampel tanah yang diperoleh dianalisis di laboratorium dan sisanya digunakan sebagai media tanam. Metode pengujian pertumbuhan tanaman padi pada tahap 2 menggunakan metode uji beda dua nilai-rata dan tahap 3 menggunakan metode penelitian rancangan acak lengkap. Hasil analisis laboratorium tanah sawah dari 48 lokasi sampel kandungan Si tersedianya berkisar antara 70-378 ppm. Status SiAP tanah sawah di Kabupaten Subang berdasarkan analisis spasial 26,395 ha (25%) termasuk kategori rendah, 61.744 ha (59%) kategori sedang dan 15.952 ha (15%) kategori tinggi. Wilayah yang memiliki kandungan SiAP rendah sampai sedang berada di wilayah Subang bagian Utara (lowland area) dan wilayah Subang bagian Selatan (upland area) kandungan SiAP sedang sampai tinggi. Hubungan antara SiAP terhadap kandungan total SiO2, N-total, pH (H2O); pH (KCl), C-organik, fraksi liat, fraksi pasir, fraksi debu berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson termasuk kategori rendah sampai sedang. Hasil analisis korelasi Pearson antara SiAP terhadap jumlah malai (umur 84 dan 98 hari setelah tanam), berat kering tanaman padi, berat 1000 butir dan gabah kering panen menunjukkan hubungan lemah dan tidak nyata (p> 0,05). Pengaruh pemupukan Si pada status Si tersedia berbeda menunjukkan pengaruh nyata pada parameter jumlah malai 84 dan 98 HST, gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), sedangkan berat kering jerami dan berat 1.000 butir tidak menunjukkan pengaruh nyata. Respons pemupukan Si pada tanaman padi berbeda untuk setiap status SiAP tanah sawah. Pemupukan Si pada status Si tersedia rendah, produktivitas tanaman padi optimal dicapai tanpa pemupukan Si, status Si tersedia sedang optimal pada konsentrasi 11 mL L-1 dan status Si tersedia tinggi produktivitas optimal dicapai pada konsentrasi pupuk Si 28 mL L-1.Item KAJIAN KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) UNTUK PENGEMBANGAN URBAN FARMING PERIKANAN DI WILAYAH JABODETABEK(2024-01-12) HARYANTI; Iskandar; Achmad RizalKajian Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk Pengembangan Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi) dilakukan selama kurang lebih 6 bulan (September 2021-Februari 2022) dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis kualifikasi sumberdaya manusia (SDM) yang terlibat dalam pengembangan urban farming perikanan di Wilayah Jabodetabek, mengkaji dan menganalisis kinerja berbagai jenis urban farming perikanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangannya, mengkaji dan menganalisis manfaat urban farming perikanan dalam memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi masyarakat perkotaan di Wilayah Jabodetabek dalam masa pandemi atau pasca pandemi Covid 19. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian Riset I tentang Kajian Kualifikasi Sumberdaya Manusia (SDM) Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek, diketahui bahwa pelaku urban farming perikanan memiliki latar belakang pendidikan formal mulai dari SD sampai dengan Diploma (S0) hingga Sarjana (S1) dan tidak memiliki latar belakang keilmuan bidang perikanan. Pelaku urban farming perikanan baik ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH) didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan SLA dengan kisaran umur 28-60 tahun. Produktivitas Urban Farming Perikanan ikan konsumsi (IK) dipengaruhi Pendidikan Formal (PF) dan sebaliknya untuk ikan hias (IH). Kemampuan SDM untuk pengembangan Urban Farming Perikanan dapat diperoleh melalui Pendidikan Informal (PI) dan Pengalaman (P). Training Need Analysis (TNA) dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan para anggotanya Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) untuk mengurangi gap atau kesenjangan pengetahuan yang dimiliki anggota. Berdasarkan hasil penelitian Riset II tentang Kinerja Urban Farming Perikanan di Wilayah Jabodetabek, model usaha urban farming perikanan telah menghasilkan pendapatan bersih yang cukup baik, baik per siklus maupun per unit produksi, dan bervariasi sesuai dengan model usahanya. Untuk model usaha ikan konsumsi (IK), pendapatan bersih perbulan terbesar diperoleh pada model usaha urban farming perikanan Pembesaran Ikan Lele dengan dengan media Kolam Plastik (IK-2), model usaha pembesaran Ikan Nila dengan media Kolam Plastik (IK-3), model usaha Pembesaran Ikan Lele menggunakan Tong Plastik (IK-4), Pembenihan Ikan Lele di Kolam Tanah (IK-5), Pembenihan Ikan Patin di Kolam Beton (IK-6) dan Pembesara Ikan Lele dalam Ember (IK-1). Untuk model usaha ikan hias (IH), hampir semua model usaha menunjukkan pendapatan bersih yang lebih baik dibandingkan dengan model usaha ikan konsumsi (IK). Pendapatan bersih tertinggi diperoleh dari usaha ikan hias Manfish (IH-1), diikuti oleh usaha ikan Goldfish (IH-2), Guppy (IH-4), Cupang (IH-5) dan Platis (IH-3). Usaha urban farming perikanan untuk semua model, baik untuk usaha ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH), telah memberikan keuntungan bulanan kepada para pelaku usaha urban farming perikanan dan keuntungan terbesar diperoleh dari usaha ikan hias (IH). Urban farming perikanan ikan konsumsi (IK) bisa diandalkan untuk memperkuat ketahanan pangan dan urban farming perikanan ikan hias (IH) untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan kapasitas produksinya melalui penambahan unit produksi 5-10 unit. Hasil Riset III tentang Urban Farming Perikanan Sebagai Alternatif Usaha Untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Ekonomi di wilayah Jabodetabek telah menunjukkan bahwa urban farming perikanan baik ikan konsumsi (IK) maupun ikan hias (IH) dapat dikembangkan sebagai asalah satu alternatif usaha untuk memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat perkotaan. Urban farming perikanan di wilayah Jabodetabek telah memberikan manfaat kepada masyarakatnya dalam memperoleh pendapatan tambahan baik pada masa krisis ekonomi seperti pandemi Covid 19, maupun setelahnnya. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan pengembangannya dengan memberikan fasilitas pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia (SDM), bimbingan teknis dan organisasi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemberian akses terhadap pendanaan atau permodalan untuk pengembangan usahanya.Item TUBERISASI UBI MINI KENTANG MEDIANS DI DATARAN MEDIUM MELALUI PEMANGKASAN, APLIKASI NITROGEN, SITOKININ, PROHEXADIONE-Ca, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI GEN StGA2ox1 DAN StGA3ox2(2024-01-16) DEWI HERNAWATI; Jajang Sauman Hamdani; Syariful MubarokUbi mini kentang merupakan benih yang menjadi kunci sukses budidaya kentang. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan menjadi kendala produksi kentang di Indonesia adalah ketersediaan benih kentang yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik serta belum memenuhi permintaan masyarakat. Permasalahan produksi benih kentang generasi ke nol (G0) masih rendah terutama jumlah ubi yang dihasilkan. Percobaan dilakukan di Screenhouse Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut dan rumah kaca Fakultas Pertanian UNPAD Kampus Jatinangor. Percobaan pertama untuk menguji perlakuan pemangkasan, menguji konsentrasi sitokinin dan pupuk nitrogen. Percobaan kedua menguji konsentrasi prohexadion-Ca dan waktu, serta ekspresi gen StGA2ox1 dan StGA3ox2. Metode penelitian Tahap I menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design), Tahap II menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan Tahap III menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Hasil pengamatan menunjukan terdapat pengaruh interaksi antara aplikasi pemangkasan, sitokinin dan nitrogen terhadap pertumbuhan, luas daun, konduktansi stomata, laju fotosintesis dan parameter kualitas seperti jumlah stolon, persentase stolon yang terbentuk oleh ubi, jumlah ubi per tanaman, Bobot ubi dan bobot kering tanaman. Pemangkasan (p2) 30 HST disertai aplikasi sitokinin dan nitrogen berpengaruh terhadap jumlah ubi per tanaman tertinggi sebesar 12,33 ubi, persentase stolon pembentuk ubi tertinggi dan bobot ubi per tanaman tertinggi. Dosis dan waktu aplikasi prohexadione-Ca terhadap komponen fisiologis, komponen hasil dan komponen mutu. Prohexadione-Ca dengan penyemprotan daun konsentrasi 50 ppm memberikan pengaruh terbaik terhadap indeks kandungan klorofil dan konduktansi stomata serta perlakuan waktu aplikasi 40 HST memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah ubi per tanaman, Bobot ubi per tanaman, dan panjang tunas. Ekspresi gen StGA2ox1 dan StGA3ox2, sangat dipengaruhi oleh sitokinin, paklobutrazol dan prohexadione-Ca. Hormon yang diberikan pada tanaman mempengaruhi proses tuberisasi, terutama pada jumlah tuber yang terbentuk dan ukuran atau bobot tuber. Gen yang terlibat dalam biosisntesa GA dan pengaruhnya terhadap perkembangan tanaman, biosintesa gen merupakan jaringan komplek dari jalur interaksi yang terdiri dari lebih 120 prekusor dan GA bio aktif yang telah diidentifikasi, GA3 Oxidasi mengkatalisis 2 langkah bio sintesis GA aktif dengan mengubah bentuk GA yang tidak aktif seperti GA20 menjadi aktif bentuknya seperti GA1, sementara GA2ox mengkatalisis pemecahan GA bio aktif. Biosintesa GA terbukti memainkan peranan penting dalam mengatur tuberisasi dalam tanaman kentang, degradasi GAS aktif terjadi diujung stolon sesaat setelah induksi ke tuberisasi. Ekspresi berlebih dari degradasi GA menghasilkan lebih awal penotif tuberisasi. Ekspresi berlebih dari yang terlibat dalam biosintesa GA menghasilkan tuberisasi yang tertunda, sementara penurunan ekspresi gen menghasilkan tuberisasi dini. StGA3ox2 yang mengubah bentuk inaktif GA menjadi GA1 dan GA4 aktif.Item BIOEKOLOGI IKAN KETING (Mystus gulio Hamilton 1822) DAN MODEL PENGELOLAANNYA DI MUARA SUNGAI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT(2024-01-25) EPA PAUJIAH; Iskandar; Yayat DhahiyatMystus gulio (Hamilton 1822), dalam Bahasa lokalnya yaitu ‘Keting atau Lundu merupakan salah satu spesies yang mudah ditemukan di lingkungan perairan muara Sungai Ciujung, Cipandak dan Cidamar yang ada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan potensi budidayanya, ikan ini dapat menjadi salah satu spesies yang dapat dijadikan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki nilai lebih besar daripada pemanfaatan saat ini di wilayah muara sungai yang ada di Kabupaten Cianjur ini. Bioekologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan untuk mengkaji potensi dan gambaran biologis dan ekologis dari ikan ini sebelum selanjutnya dipertimbangkan menjadi spesies yang akan didomestikasi untuk keperluan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bioekologi ikan Keting (Mystus gulio, Hamilton 1822) dan model pengelolaannya di perairan muara sungai Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di muara sungai Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia mulai dari bulan September tahun 2021 hingga Desember tahun 2022. Pengambilan data dilakukan secara in-situ dan ex-situ dimana secara exsitu, penelitian lakukan di Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Laboratorium Sentra UNPAD dan Laboratorium Terpadu IPB. Aspek bioekologi yang diamati terdiri atas karakter morfologi dan molekuler untuk proses identifikasi spesies, pertumbuhan, makanan, reproduksi, uji proksimat dan analisis lingkungan perairannya. Ikan diperoleh dengan menggunakan alat tangkap jaring dengan ukuran mata jaring 0,5 inci dan 1 inci yang kemudian sampel dipreparasi untuk dianalisis selanjutnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus yang tersaji dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies M. gulio baik berdasarkan analisis morfologi maupun molekuler. Analisis molekuler menunjukan bahwa kemiripan (Percent Identity) spesies M. gulio (kode akses KX455898.1) diperoleh nilai berkisar dari 93,06 – 98,13%. Komposisi nukleotida pada ikan keting menunjukan rata-rata jumlah timin paling tinggi dengan jarak genetik sebesar 0,00-0,02 (kategori rendah). Pola pertumbuhan ikan keting di muara sungai Kabupaten Cianjur adalah allometrik. Faktor kondisi (K-value) menunjukan bahwa 90% spesies ikan M. gulio yang diidentifikasi memiliki nilai K di atas 1. Hasil analisis NMDS menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan nilai <0,2 antara variabel perairan dengan K-Value. Komposisi makanan M. gulio terdiri atas insekta, krustase, moluska, ikan, detritus, dan alga. Berdasarkan pengamatan nilai RGL, kebiasaan makan ikan M. gulio menunjukan bahwa ikan ini termasuk pada tipe ikan omnivorous cenderung carnivorous. Intensitas makan ikan M. gulio tinggi pada bulan November di muara Sungai Cidamar dan pada kelompok ikan kedua. M. gulio menunjukan rasio dimana jenis kelamin betina paling mendominasi dibandingkan jantan dengan pola pemijahan total. Ikan ini memijah pada bulan Mei hingga September, dengan lokasi pemijahan terjadi di muara Sungai Ciujung, pemeliharaan ikan dengan TKG I-III di Muara Sungai Cidamar dan pembesaran di muara Sungai Cipandak. Ukuran pertama kali ikan keting matang gonad berkisar antara 6,65-9,41 cm. Aktivitas yang berlangsung di sekitar Muara Cidamar terdiri atas aktivitas perkebunan, pertanian dan aktivitas domestik yang berasal dari aktivitas warga. Karakteristik fisika dan kimia perairan Muara Cidamar, Cipandak dan Ciujung menunjukan nilai yang memenuhi baku mutu air untuk kegiatan perikanan. Masyarakat nelayan di sekitar muara sungai didominasi oleh nelayan dengan usia produktif, kondisi ekonomi yang rendah, memiliki pengetahuan tentang ikan keting dan memanfaatkan ikan keting untuk pemenuhan kebutuhan harian. Strategi yang dapat dilakukan sebagai rekomendasi bagi masyarakat dan pemerintah sekitar muara sungai berupa konservasi spesies, penetapan wilayah penangkapan, pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap dan pengaturan musim penangkapan.Item PERFORMA KLON UNGGUL BARU UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN DAN PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL(2023-04-13) MURGAYANTI; R. Ukun M.S. Soedjana Atmadja; Agung KaruniawanABSTRAK Ubi jalar adalah salah satu komoditas pangan potensial karena mengandung karbohidrat, vitamin, mineral dan protein yang tinggi serta menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh klon ubi yang memiliki performa terbaik dengan perlakuan interval pemberian air dan konsentrasi Paclobutrazol yang tepat untuk menunjang pertumbuhan dan hasil ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Ciparanje dan Arjasari Universitas Padjadjaran. Penelitian terdiri dari 3 percobaan, yaitu percobaan 1 menguji pertumbuhan dan hasil empat klon ubi jalar (Awachy, Nyai, Mojang, Biang) dan pada dua lokasi, percobaan 2(a) menguji interval pemberian air pada dua klon terbaik dari hasil percobaan 1 dan percobaan 2(b) menguji pengaruh konsentrasi Paclobutrazol pada dua klon terbaik yang diperoleh pada hasil percobaan 1. Hasil dari penelitian menunjukkan: (1) (Seleksi performa klon ubi jalar harus dilakukan pada wilayah yang spesifik lokasi. Pada lokasi Arjasari dan Ciparanje, jumlah ubi per tanaman dan bobot basah ubi terbesar diperoleh pada klon Biang. 2) Interval pemberian air 3 hari masih mampu menghasilkan pertumbuhan ubi jalar yang baik yang terlihat dari nilai panjang sulur, panjang ruas, jumlah daun dan luas daun yang lebih besar dari perlakuan lain. Hasil ubi dengan bobot kering, diameter ubi, serta kadar gula dan karbohidrat yang tertinggi juga diperoleh pada interval pemberian air 3 hari. (3) Aplikasi Paclobutrazol meningkatkan pertumbuhan klon Awachy pada beberapa parameter pertumbuhan seperti panjang sulur, panjang ruas, dan luas daun dengan dosis 100 ppm. Pemberian Paclobutrazol cenderung meningkatkan komponen hasil klon Biang. Kata kunci : ubi jalar, performa, klon, interval air, paclobutrazol.Item RESISTENSI GULMA Monochoria vaginalis (Burm. f.) C. Presl TERHADAP HERBISIDA DI KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT(2023-03-08) RYAN WIDIANTO; Dedi Widayat; Denny KurniadieMonochoria vaginalis (Burm. f.) C. Presl adalah gulma yang ditemukan di banyak negara dengan iklim tropis dan sub-tropis di Asia, termasuk Indonesia, India, Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Malaysia, Korea, Jepang, dan Cina. M. vaginalis merupakan gulma umum di sawah, berdaya saing tinggi dan menyebabkan penurunan produksi padi yang signifikan. Oleh karena itu, M. vaginalis dianggap sebagai gulma invasif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mekanisme resistensi M. vaginalis terhadap herbisida penghambat enzim acetolactate synthase (ALS). Benih M. vaginalis sensitif dan resisten dikumpulkan dari Kabupaten Subang, Indonesia. Aplikasi herbisida dilakukan menggunakan tujuh dosis (0; 0,25; 0,5; 1; 2; 4; dan 8 kali dosis rekomendasi) pada 2 minggu setelah tanam. Bioassay seluruh tanaman dilakukan untuk mengetahui ketahanan terhadap inhibitor ALS dan herbisida lainnya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa populasi M. vaginalis asal desa Kalentambo dan Kediri teridentifikasi resisten terhadap herbisida metil bensulfuron, penoksulam, natrium bispiribak, dan 2,4-D sedangkan M. vaginalis asal desa Gandasari teridentifikasi resisten terhadap herbisida metil bensulfuron dan 2,4-D. Seluruh populasi M. vaginalis yang diuji dapat dikendalikan oleh herbisida Sulfentrazon dan Herbisida campuran. Sekuensi gen ALS M. vaginalis resisten dan sensitif dilakukan untuk mengkonfirmasi terjadinya mutasi pada gen ALS pada biotipe resisten. Subtitusi asam amino Val143Iso, Val148Iso dan Val170Iso ditemukan pada M. vaginalis resisten. Selanjutnya, ditemukan mutasi delesi nukleotida pada biotipe resisten dan menyebabkan perubahan urutan nukleotida maupun urutan asam amino dari gen ALS M. vaginalis resisten. Penelitian lebih lanjut seperti transformasi gen ALS M. vaginalis diperlukan untuk membuktikan mutasi situs target tersebut menyebabkan sifat resistensi.Item MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN DI KABUPATEN LABUHANBATU PROVINSI SUMATERA UTARA(2023-02-13) TENNISYA FEBRIYANTI SUARDI; Lies Sulistyowati; Trisna Insan NoorKajian agribisnis kelapa sawit sebagai suatu sistem harus dilakukan terkait kendala yang dapat menghambat perkembangan serta keberlanjutannya. Isu kelapa sawit yang merusak lingkungan dan masalah penggunaan input hingga panen yang dihadapi petani menjadi perhatian dari sisi kendala yang harus diselesaikan. Tujuan penelitian ini adalah a) Menganalisis rasionalitas petani kelapa sawit dari empat aspek rasionalitas, b) Menganalisis kinerja agribisnis kelapa sawit berdasarkan lima subsistem agribisnis, c) Menganalisis tingkat keberlanjutan agribisnis kelapa sawit dari lima dimensi keberlanjutan, d) Merancang bangun model konseptual dan implementatif pengembangan agribisnis kelapa sawit berkelanjutan. Desain penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode survey. Teknik penarikan sampel menggunakan Cluster Random Sampling dengan jumlah responden sebanyak 249 petani kelapa sawit rakyat. Pengolahan data rasionalitas petani dan kinerja sistem agribisnis dilakukan dengan pendekatan analisis statistik deskriptif. Pengukuran tingkat keberlanjutan agribisnis kelapa sawit menggunakan alat analisis Multi Dimensional Scaling (MDS), sedangkan perumusan model keberlanjutan agribisnis kelapa sawit dilakukan dengan pendekatan metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Rasionalitas petani kelapa sawit termasuk dalam kategori tinggi, 2) Kinerja agribisnis kelapa sawit termasuk dalam kategori baik dan berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan agribisnis kelapa sawit, 3) Tingkat keberlanjutan agribisnis kelapa sawit berada pada kategori cukup berkelanjutan, 4) Model konseptual dan implementatif yang dihasilkan dalam penelitian ini diyakini dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambil kebijakan guna pengembangan agribisnis kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu. Perlu dilakukan penguatan pada masing-masing subsistem agribisnis yang didukung oleh rasionalitas petani agar agribisnis kelapa sawit berjalan dengan baik dan terjamin keberlanjutannya.Item Penentuan Daya Dukung Waduk Jatigede dalam Pengembangan Perikanan Tangkap Berkelanjutan(2023-07-13) HETI HERAWATI; Sunardi; ZahidahRiset ini bertujuan untuk menetapkan daya dukung Waduk Jatigede, menentukan dan mengestimasi bobot dan jenis benih ikan yang dapat ditebarkan ke dalam Waduk Jatigede dengan mendeskripsikan struktur komunitas ikan dan ketersediaan pakan alami serta mengembangkan konsep perikanan tangkap berkelanjutan di Waduk Jatigede. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, penentuan titik sampling dan stasiun pengambilan berdasarkan masukan air sungai yang masuk kedalam Waduk Jatigede, nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan zonasi perairan waduk membagi menjadi 6 stasiun. Metode riset yang digunakan adalah metode non eksperimental (survey) yaitu meneliti fenomena alami dan memahami interaksi antara komponen-komponen yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi. Hasil riset menunjukkan bahwa baku mutu air Waduk Jatigede dengan hampir seluruh parameter uji telah sesuai dengan peruntukan perikanan yaitu untuk baku mutu air kelas II dan III. Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air pada perairan Waduk Jatigede bahwa perairan Waduk Jatigede pada baku mutu air kelas II dan III memiliki rentang nilai IP sebesar 0,86-3,34 sedangkan untuk nilai IP menggunakan baku mutu air kelas III memiliki rentang nilai 0,6-2,54. nilai total DTBPA Waduk Jatigede maka daya dukung Waduk Jatigede untuk dapat menerima beban fosfor adalah 7.656,53 tonP/tahun. Estimasi produktivitas primer Waduk Jatigede yang dihitung berdasarkan metode botol gelap terang sebesar 2.849,73 grC/m2/tahun dengan potensi produksi sebesar 3.151,43 ton/tahun. Berdasarkan nilai tersebut maka banyaknya ikan yang dapat ditebarkan ke dalam perairan Waduk Jatigede dengan bobot rata-rata 25 gr/ekor sebanyak 15.624.119 ekor/tahun dengan asumsi dipanen pada saat berukuran 250 gr. Akan tetapi jika akan dipanen dengan ukuran 125 gr maka jumlah ikan yang dapat diterbarkan sebanyak 35.150.000 ekor/tahun. Berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan indikator EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) kondisi keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Waduk Jatigede secara umum berada pada kategori moderat atau sedang. Capaian domain ekonomi memiliki nilai lebih buruk dibandingkan dengan domain lainnya sehingga akan menghambat pencapaian tujuan dari pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam upaya perbaikan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan maka perlu dilakukan perbaikan indikator domain ekonomi yang menjadi prioritas. Strategi rekomendasi yang dapat dilakukan di Waduk Jatigede adalah dengan melakukan koordinasi dengan semua stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan Waduk Jatigede tersebut.Item PENINGKATAN DAYA TARIK ESTRAGOL TERHADAP SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT Elaeidobius kamerunicus Faust(2023-10-10) FIZRUL INDRA LUBIS; Ichsan Nurul Bari; Unang SupratmanProses penyerbukan kelapa sawit melibatkan interaksi serangga penyerbuk dan senyawa volatil aromatik estragol dari bunga mekar. Penurunan populasi dan ketertarikan E. kamerunicus terhadap aroma bunga kelapa sawit mengakibatkan berkurangnya efisiensi penyerbukan. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi pola pelepasan senyawa volatil pada bunga kelapa sawit dan hubungannya dengan aktivitas E. kamerunicus; mengidentifikasi senyawa aromatik yang bersifat atraktan selain estragol; menganalisis ketertarikan E. kamerunicus terhadap senyawa atraktan secara tunggal dan senyawa campuran; serta menganalisis ketertarikan E. kamerunicus di lapangan terhadap campuran senyawa atraktan terpilih. Penelitian dilakukan di perkebunan PT. Sawit Sumbermas Sarana, Tbk., Kalimantan Tengah. Analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa volatil dilakukan di Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat. Pengukuran pola pelepasan senyawa volatil menggunakan Handheld VOC Gas Detector. Proses ekstraksi bunga kelapa sawit menggunakan metode destilasi uap, selanjutnya dianalisis menggunakan Gas Cromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). Uji hayati E. kamerunicus terhadap senyawa tunggal dan campuran sintetis menggunakan olfaktometer, serta tahap terakhir dilakukan uji lapangan. Kebaharuan dalam penelitian ini adalah puncak pelepasan senyawa volatil pada bunga jantan terjadi pada pukul 14.00 dan 12.00 WIB pada bunga betina. Kunjungan E. kamerunicus meningkat seiring dengan peningkatan senyawa volatil. Senyawa atraktan teridentifikasi dari hasil GC-MS diantaranya estragol, anisol, anetol, metil eugenol, dan etil oleat secara tunggal dapat menarik E. kamerunicus. Senyawa atraktan GEN 2 (bahan sintetis: estragol 97,74%; anisol 0,04%; anetol 0,77%; metil eugenol 0,40%; dan etil oleat 0,04%) yang dikemas dalam plastik berpori ukuran 250 µm sebanyak 0,5 ml/kemasan dapat lebih menarik E. kamerunicus dan berbeda nyata dibandingkan estragol tunggal sintetis.Item STUDI GENETIK, RESPONS FISIOLOGIS, DAN EKSPRESI GEN SlMTP8 DAN SlMTP10 PADA TANAMAN TOMAT YANG TERCEKAM MANGAN (Mn)(2023-08-30) SITI ZAHARA; Rija Sudirja; Mochamad Arief SolehToksisitas mangan (Mn) merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan tanaman tomat pada tanah masam. Kendali genetik pada mekanisme toleransi masih sedikit diketahui karena terbatasnya penelitian terkait hal tersebut. Selanjutnya, respons fisiologis dan pertumbuhan, serta mekanisme toleransi yang dimediasi oleh gen SlMTP8 dan SlMTP10, yang menentukan toleransi antar genotipe tomat terhadap toksisitas Mn masih belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotip tomat yang toleran terhadap cekaman Mn, respons fisiologis, pola pewarisan dan ekspresi dari kedua gen tersebut pada genotip tomat khas yang tumbuh di bawah cekaman Mn. Percobaan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah skrining empat genotip tomat yaitu Opal, Mirah, Ratna dan Mutiara dengan empat perlakuan konsentrasi Mn yaitu 0,3 ppm (kontrol), 50 ppm, 100 ppm dan 200 ppm. Skrining dilakukan dengan menggunakan kultur hidroponik. Tahap kedua berupa kegiatan karakterisasi populasi F2 persilangan genotip Mirah (toleran) dan genotip Mutiara (peka) hasil skrining. Karakterisasi dilakukan berdasarkan pertumbuhan, daya hasil, respons fisiologis, analisis genetik serta pendekatan secara molekuler dengan gen SlMTP8 dan SlMTP10. Penanaman pada tahap kedua dilakukan dalam polybag dengan tanah Ultisol yang mengandung Mn tinggi. Selanjutnya, penelitian tahap ketiga dilakukan untuk mengetahui ekspresi gen SlMTP8 dan SlMTP10 pada genotip Mirah dan Mutiara yang tercekam Mn. Perlakuan Mn 50 ppm dan kultur hidroponik digunakan pada penelitian tahap ketiga. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan toleransi terhadap toksisitas Mn antara genotip Mirah, Mutiara, Opal dan Ratna dengan tingkatan toleransi Mirah > Opal > Ratna > Mutiara. Perbedaan respons fisiologis antara genotip Mirah (toleran Mn) dan genotip Mutiara (peka Mn) terutama ditunjukkan oleh karakter floresensi klorofil dan kadar klorofil. Kadar klorofil dan fruit set merupakan karakter-karakter yang dikendalikan oleh banyak gen (karakter kuantitatif). Sementara itu, floresensi klorofil, umur berbunga, umur panen, total berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan berat per buah merupakan karakter-karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen (karakter kualitatif). Seleksi berdasarkan floresensi klorofil, umur berbunga, umur panen, total berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan berat per buah dapat dilakukan pada generasi awal, sedangkan seleksi berdasarkan kadar klorofil dan fruit set harus dilakukan pada generasi lanjut. Ekspresi gen SlMTP8 dan SlMTP10 dapat membedakan antara genotip tomat yang toleran dan peka terhadap cekaman Mn. Ekspresi gen SlMTP8 dan SlMTP10 pada Mirah meningkat (up-regulated) saat tercekam Mn (50 ppm), sedangkan pada Mutiara, SlMTP8 terekspresi hanya pada kondisi stres Mn, dan ekspresi SlMTP10 menurun (down-regulated) saat tercekam Mn. Informasi ini diharapkan berkontribusi untuk perbaikan sifat genetik dan perakitan genotip tomat toleran Mn di tanah masam khususnya di Indonesia.Item PERILAKU KONSUMEN TERHADAP RANTAI PASOK PANGAN PENDEK DENGAN SOCIAL COMMERCE(2023-04-14) AGRIANI HERMITA SADELI; Yosini Deliana; Tomy PerdanaPenerapan rantai pasok pangan pendek /short food supply chain (SFSC) dapat didukung dengan penggunaan social commerce. Saat ini, SFSC menggunakan social commerce masih dalam perkembangan, termasuk di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan faktor yang berpotensi mempengaruhi minat adopsi dan perilaku pembelian konsumen SFSC dengan social commerce serta mengetahui perilaku konsumen dengan mempertimbangkan interaksi antar individu. Mixed method digunakan dengan desain sequential explanatory. Data dikumpulkan dari individu yang memiliki kebiasaan berbelanja di rantai pasok pangan panjang dan konsumen yang tergabung dalam chat group SFSC dengan social commerce. Data dianalisis menggunakan partial least squares structural equation modeling (PLS- SEM) dan agent based modelling simulation. Kerangka konseptual dibangun dari Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 dengan moderator demografi konsumen, Theory of Planned Behavior dan Alphabet Theory, dengan penambahan persepsi terhadap keberlanjutan SFSC. Hasil penelitian menunjukan bahwa performance expectancy, effort expectancy, dan hedonic motivation merupakan prediktor bagi minat perilaku adopsi penggunaan social commerce untuk membeli hasil pertanian di SFSC. Pendidikan merupakan moderator yang memperkuat pengaruh performance expectancy. Persepsi terhadap keberlanjutan SFSC dipengaruhi oleh pengetahuan, yang memiliki hubungan positif dengan perilaku pencarian informasi. Keberlanjutan SFSC yang dirasakan memengaruhi sikap yang merupakan prediktor minat beli. Konsumen dengan minat beli yang kuat akan melakukan pembelian. Pembelian hasil pertanian untuk pangan merupakan kegiatan rutin dilakukan sehingga perceived behavioral control hanya mempengaruhi minat untuk membeli. Simulasi menunjukan bahwa kriteria keputusan (termasuk social influence) dapat meningkatkan minat adopsi SFSC dengan social commerce pada hampir seluruh konsumen potensial. Konsumen potensial yang bergabung pada komunitas SFSC menggunakan social commerce, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan pembelian. Penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang perilaku konsumen terhadap SFSC yang menggunakan social commerce, memperluas teori perilaku konsumen dalam konteks SFSC dengan social commerce dan memberikan gambaran perilaku pada tingkat makro berdasarkan interaksi. Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen agar melakukan pembelian ulang.Item Model Intensi Membeli Produk Pangan Halal Konsumen dan Keputusan Mengajukan Sertifikasi Halal Produsen Pangan di Jawa Barat, Indonesia(2023-10-13) SULISTYODEWI NUR WIYONO; Yosini Deliana; Eliana WulandariSULISTYODEWI NUR WIYONO. Model Intensi Membeli Produk Pangan Halal Konsumen dan Keputusan Mengajukan Sertifikasi Halal Produsen Pangan di Jawa Barat, Indonesia. Dibawah bimbingan Yosini Deliana, Eliana Wulandari, dan Nitty Hirawaty Kamarulzaman. Negara dengan mayoritas penduduk muslim harusnya memiliki lebih banyak produk bersertifikat halal untuk dikonsumsi masyarakatnya. Di Indonesia, baru sepuluh persen produk yang telah tersertifikat halal dari seluruh produk yang beredar di masyarakat, sehingga banyak produk yang belum bersertifikat halal, namun tetap dikonsumsi oleh umat Islam. Riset ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor religiusitas dan pengetahuan halal terhadap perceived behavior control konsumen produk halal; menganalisis pengaruh faktor religiusitas, pengetahuan halal, norma subjektif, dan perceived behavior control terhadap attitude konsumen produk halal; menganalisis pengaruh faktor religiusitas, pengetahuan halal, norma subjektif, perceived behavior control, dan attitude terhadap intensi membeli konsumen produk halal; menentukan kriteria dan alternatif keputusan mengajukan sertifikasi halal produsen pangan di Jawa Barat; merancang model keputusan mengajukan sertifikasi halal produsen pangan di Jawa Barat. Riset ini menggunakan pendekatan explanatory sequential mixed methods dengan strategi kuantitatif pada tahapan pertama dan strategi kualitatif pada tahapan kedua. Desain riset survey dan studi kasus dengan ukuran sampel 402 konsumen dan 38 produsen UMKM produk pangan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan panduan wawancara melalui daring dan wawancara langsung. Pengolahan data menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM), Analytical Hierarchy Process (AHP), dan Agent-based Modeling (ABM). Hasil riset konsumen menunjukkan keyakinan individu konsumen bahwa perilaku tersebut berada di bawah kendalinya (perceived behavior control) dipengaruhi positif dan signifikan oleh religiusitas dan pengetahuan halal yang dimilikinya. Pada attitude konsumen produk halal yang terwujud dalam sikap bahwa dengan membeli produk yang berlabel halal akan bermanfaat bagi lingkungan ditemukan pengaruh positif dan signifikan dari faktor religiusitas dan perceived behavior control, sedangkan faktor pengetahuan, meskipun memiliki pengaruh secara signifikan namun pengetahuan halal ini tidak membuat konsumen menjadi berniat hanya membeli produk halal. Pada faktor norma subjektif yang berasal dari keluarga, para ahli, konsumen lain dan media sosial ditemukan tidak dapat memengaruhi attitude konsumen produk halal tersebut. Suatu intensi membeli produk halal ditemukan dipengaruhi positif dan signifikan oleh faktor religiusitas. Pada faktor attitude, norma subjektif, perceived behavior control, dan pengetahuan ditemukan tidak berpengaruh positif dan signifikan secara langsung terhadap intensi membeli produk halal, maka faktor lain mungkin memiliki dampak yang lebih kuat pada intensi pembelian dalam konteks spesifik produk halal. Hasil riset produsen menunjukkan perolehan angka bobot prioritas tertinggi ada pada kriteria informasi dan tindakan alternatif dengan menerapkan proses produk halal. Pemodelan berbasis agen menghasilkan perilaku produsen yang dapat diprediksi dan menjadi analisis kebijakan penerapan sertifikasi halal pada produk pangan.Item Perilaku Intensi Wirausaha Dan Model Interaksi Aktor Terhadap Perusahaan Rintisan Pertanian(2023-07-25) ELSY LEDIANA; Tomy Perdana; Yosini DelianaELSY LEDIANA. 2023. Perilaku Intensi Wirausaha dan Model Interaksi Aktor Terhadap Perusahaan Rintisan Pertanian. Di bawah bimbingan Tomy Perdana, Yosini Deliana, dan Tuhpawana P. Sendjaja. Perkembangan kewirausahaan di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia. Sehingga, kewirausahaan menjadi isu penting di Indonesia karena dianggap dapat mengatasi berbagai masalah pembangunan, seperti penciptaan lapangan kerja baru dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang proses perusahaan rintisan di industri pertanian, penelitian ini berfokus pada kegiatan kewirausahaan di sektor pertanian. Penelitian ini juga akan menyelidiki minat wirausaha terhadap startup di industri pertanian dengan menggunakan analisis Agent-Based Modeling pada petani di Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang kemudian disimulasikan melalui Agent Based Modeling Simulation (ABSM) serta indepth interview dengan petani di Jawa Barat. Lingkungan penelitian ini merupakan no contrived setting dan penarikan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling, yaitu dengan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil studi terhadap 220 petani di Jawa Barat, ditemukan bahwa sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi wirausaha pada petani di Jawa Barat. Model Intensi Wirausaha Pertanian terhadap Tipe Perusahaan Rintisan Pertanian di Jawa Barat menunjukkan bahwa Startup Collecting Product memiliki keuntungan stabil dengan risiko rendah, sedangkan Startup Agritech memiliki keuntungan tinggi dengan risiko yang juga tinggi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai optimal untuk tipe Startup Collecting Product adalah 20%, tipe Fintech sebesar 80%, dan tipe Agritech sebesar 100%. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara nilai saat ini dan nilai optimal menurut simulasi, sehingga potensi untuk meningkatkan intensi petani terhadap startup masih dapat dioptimalkan. Kata Kunci : Theory of Planned Behavior, Intensi Wirausaha, Agent-Based Modeling.Item Model Kolaborasi Petani Muda Hortikultura Dalam Ekosistem Kewirausahaan Pertanian Di Jawa Barat(2023-10-11) GEMA WIBAWA MUKTI; Dini Rochdiani; Yosini DelianaPetani muda skala kecil dihadapkan pada tantangan untuk dapat tetap bertahan dan kompetitif di tengah segala keterbatasan yang mereka hadapi. Oleh karena itu diperlukan sebuah lingkungan atau ekosistem kewirausahaan yang dapat mendukung bisnis petani. Ekosistem kewirausahaan pertanian adalah lingkungan yang dapat memberikan informasi, sumber pengetahuan dan jaringan yang lengkap bagi petani. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kapasitas kewirausahaan petani muda, menganalisis jaringan kolaborasi petani muda dalam dan mengembangkan model kolaborasi petani muda dalam Ekosistem kewirausahaan pertanian berdasarkan perspektif network theory pada sentra bisnis pertanian di Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method research (MMR). Desain penelitian yang digunakan dalam MMR ini adalah eksploratory. Desain exploratory dilaksanakan dalam dua fase atau berurutan sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods). Petani muda memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan aktivitas usahatani, namun belum percaya diri dalam mengembangkan usahatani nya. Model kolaborasi petani muda hortikultura pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan kondisi dan karakteristik petani muda yang terdapat di lokasi penelitian. Model yang dikembangkan adalah, 1) Model kolaborasi petani muda skala usaha kecil memperlihatkan bahwa petani fokus pada interaksi dan kolaborasi dengan aktor keluarga, komunitas, pasar dan petani champion, sedangkan aktor pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga keuangan menjadi aktor prioritas selanjutnya dalam aktivitas kolaborasi.; 2) Model kolaborasi petani muda skala usaha menengah memperlihatkan bahwa petani muda mulai mengurangi interaksi dengan keluarga, komunitas petani, dan petani champion, dan mulai memperbanyak interaksi dengan aktor yang dapat mendorong pengembangan bisnis secara positif. Interaksi dan kolaborasi mulai dialihkan kepada aktor pelaku pasar, lembaga keuangan, pemerintah dan perguruan tinggi. Petani muda mulai memperbanyak akses kepada pembiayaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan akses pasar yang lebih luas; 3) Model kolaborasi pada petani muda skala usaha besar/sukses memperlihatkan bahwa petani muda mulai mengurangi interaksi dengan keluarga dan komunitas petani, dan memperbanyak interaksi dengan aktor yang dapat membantu pengembangan bisnis mereka. Interaksi dan kolaborasi mulai dialihkan kepada aktor pelaku pasar, lembaga keuangan, pemerintah dan perguruan tinggi.Item Model Proses Keputusan Pembelian Secara Online Melalui Social Commerce (Suatu Kasus Pada Pembelian Beras Hitam Organik)(2023-06-20) KUSWARINI KUSNO; Yosini Deliana; Yosini DelianaBeras hitam organik (BHO) merupakan pangan fungsional ramah lingkungan yang memiliki kandungan antioksidan dimana tidak terdapat pada beras putih maupun merah. Pesatnya peningkatan pengguna media sosial di Indonesia menyebabkan BHO diperdagangkan secara online melalui social commerce (s-commerce). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik konsumen yang membeli dan mengonsumsi BHO, mengembangkan model konseptual proses keputusan pembelian BHO secara online melalui s-commerce, menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap proses tersebut, dan faktor dominan yang memengaruhi kepuasan terhadap produk BHO, serta tingkat kepuasan terhadap atribut BHO. Desain penelitian menggunakan metode campuran. Populasi penelitian adalah konsumen BHO yang berdomisili di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten yang membeli BHO secara online via s-commerce. Sampel penelitian terdiri dari 6 produsen yang dipilih secara purposive, 7 reseller dipilih secara gethok tular, serta 200 responden konsumen akhir yang ditarik menggunakan kombinasi stratified random dan convenience sampling. Data dianalisis dengan metode distribusi frekuensi, Analisis Faktor Eksploratori, Analisis Jalur, Importance Performance Analysis, dan Consumer Satisfaction Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang paling sering membeli BHO secara online melalui s-commerce adalah anggota keluarga yang paham internet dan mayoritas yang mengonsumsi adalah konsumen dan keluarganya. Model konseptual proses keputusan pembelian BHO secara online melalui s-commerce (PKPBOS) terdiri dari 24 variabel dimana tidak terdapat platform berbayar. Pengenalan kebutuhan dilakukan dengan menjelajahi internet, instagram, blog, situs artikel, melalui teman, dan melalui keluarga. Pencarian informasi dengan membaca review (ulasan) konsumen lain, melihat-lihat produk BHO di internet, bertanya pada teman, bertanya pada keluarga, dan memikirkan berbagai opsi BHO di internet. Evaluasi alternatif dilakukan dengan membandingkan berbagai media sosial penjual BHO, bertanya pada teman, dan membandingkan situs-situs pembandingan. Keputusan pembelian BHO dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan bertransaksi, kemanan fungsional BHO, keamanan data diri konsumen, risiko kerusakan produk BHO, risiko produk BHO tidak terkirim, dan garansi pengembalian produk BHO. Evaluasi pasca pembelian dilakukan dengan memberi peringkat bintang, pembelian ulang BHO, memperhatikan komentar dari mulut ke mulut (word of mouth), dan menyarankan teman untuk membeli BHO. Faktor dominan yang memengaruhi kepuasan terhadap PKPBOS berturut-turut adalah 1) faktor keamanan dalam keputusan pembelian, 2) faktor media sosial dan situs pembandingan, 3) faktor teman, 4) faktor kepuasan terhadap hasil, 5) faktor internet, 6) faktor referensi dari teman dan keluarga serta pertimbangan rasa dan aroma, 7) faktor daya tarik, serta 8) faktor pengobatan penyakit. Faktor dominan yang memengaruhi kepuasan terhadap produk BHO adalah harga, pelayanan, dan faktor yang merepresentasikan atribut derajat kehitaman warna beras, keseragaman bentuk butiran beras, daya tahan beras, dan kemasan yang memudahkan penyimpanan beras (faktor kinerja fisik serta daya tahan BHO). Atribut tercantumnya nomor sertifikasi organik merupakan prioritas utama yang perlu diperbaiki kinerjanya. Secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap atribut BHO. Temuan riset ini dapat dijadikan pertimbangan penting dalam pemasaran dan bisnis BHO secara online melalui s-commerce.Item POTRET PETANI PADI SAWAH MASA KINI(2023-05-24) YAYAT SUKAYAT; Ganjar Kurnia; Iwan SetiawanMeski beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, namun pertanian padi di Indonesia masih tidak lepas dari berbagai permasalahan yang mengancam keberlanjutannya di masa yang akan datang. Permasalahan tersebut bersifat multi dimensi yang meliputi segala unsur yang termasuk ke dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, baik dari internal maupun eksternal pertanian padi itu sendiri. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengurai salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pertanian padi Indonesia, khususnya dari segi aspek sosial ekonomi. Dengan mengambil studi kasus di Kabupaten Tasikmalaya, yang merupakan salah satu kontributor perberasan nasional, penelitian ini mengilustrasikan bagaimana dinamika pertanian padi secara historis berkontribusi terhadap pergeseran orientasi dan motivasi petani padi sawah saat ini. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari wawancara terstruktur yang dilakukan pada responden petani, dan wawancara mendalam yang dilakukan pada informan kunci aktor yang terlibat dalam perberasan di lokasi studi; serta data sekunder yang didapatkan dari studi literatur dan dokumen terkait. Berlandas pada teori struktur sosial, teori migrasi, teori perilaku, adaptasi dan orientasi, serta teori perubahan sosial, penelitian ini menganalisis data yang tersedia secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani padi sawah masa kini merupakan petani yang berorientasi ekonomi dengan rasional kapitalis, transaksional, serta kreatif dalam tindakan usahataninya yang didorong oleh derasnya tekanan kebutuhan eksternalItem Pekerja Migran Perempuan, Pertanian dan Pembangunan Pedesaan(2023-10-11) RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO; Iwan Setiawan; Ganjar KurniaTerdapat fenomena perbedaan tingkat mobilitas internasional perempuan pada daerah berbasis pertanian dengan tingkat kemiskinan tinggi di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan perempuan untuk bekerja sebagai pekerja migran; 2) Livelihood outcomes pada rumah tangga pekerja migran perempuan; 3) Dampak mobilitas internasional perempuan terhadap sektor pertanian; 4) Dampak mobilitas internasional perempuan terhadap pembangunan pedesaan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif, dengan teknik studi kasus. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu, dan Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat, purna migran perempuan, perwakilan PJTKI, serta broker. Data dianalisis secara deskriptif. Pendekatan system thinking digunakan untuk menganalisis migrasi sebagai keterkaitan antar variabel yang menjadi penyebab dan juga dampak dari migrasi perempuan. Hasil penelitian menunjukkan faktor ekonomi menjadi pendorong terbesar migrasi perempuan, namun saat ini terjadi pergeseran dimana relative deprivation merupakan kerentanan baru yang mendorong terjadinya mobilitas perempuan. Nilai terhadap peran gender merupakan faktor penahan atau justru pendorong terjadinya migrasi internasional perempuan. Berkembangnya jaringan sosial dan kemudahan untuk mengakses sumber pembiayaan, menjadi faktor pelancar terjadinya terjadinya mobilitas internasional perempuan. Pengelolaan remitan merupakan titik kritis keberhasilan rumah tangga untuk mencapai penghidupan berkelanjutan. Pada ranah mikro, remitan belum banyak digunakan untuk investasi produktif, akibatnya banyak rumah tangga yang belum berhasil membangun penghidupan berkelanjutan dan masih terus bergantung pada remitan; hal ini membawa kemungkinan rumah tangga mereproduksi generasi migran yang baru. Pada ranah meso, remitan mendorong permintaan dan kenaikan harga lahan. namun belum memberikan dampak nyata bagi sektor pertanian di desa. Konsumsi barang dan jasa dari remitan belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan secara lebih luas. Hal ini dikarenakan sebagian besar barang dan jasa yang dikonsumsi bukan merupakan produksi lokal, sehingga nilai tambah dari konsumsi lebih banyak tertarik ke luar desa. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas purna migran agar mampu mengelola remitan untuk membangun penghidupan berkelanjutan di daerah asal; selain itu pembentukan ekosistem kewirausahaan juga merupakan faktor penting untuk mendorong purna migran mampu menjalankan usaha produktif.Item KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL AGRO PADA PENGUSAHA SUNDA(2023-07-12) ANNE CHARINA; Asep Mulyana; Ganjar KurniaPenelitian ini mengeksplorasi perjalanan usaha yang dilalui oleh industri kecil agro milik etnis Sunda sehingga mampu berumur panjang dan bertahan lintas generasi. Studi ini penting karena tingginya tingkat kegagalan industri kecil terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat empat industri kecil agro terpilih yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini, yaitu: Industri Kerupuk Pancarasa di Kabupaten Ciamis, Industri Dodol Sarinah di Kabupaten Garut, Industri Kerajinan Anyaman Binangkit di Kabupaten Tasikmalaya, dan Industri Tahu Sari Bumi di Kabupaten Sumedang. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Data primer didapat melalui indepth interview, wawancara semi terstruktur dan Foccus Group Discussion. Kinerja obyektif ditunjang dari berbagai sumber sekunder seperti laporan keuangan perusahaan. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan prinsip Analisis Tematik yang dibantu dengan perangkat lunak N-Vivo 12, sementara pengukuran indeks dan status keberlanjutan dianalisis dengan RAP-IK 2016 software versi R. Hasil penelitian menjunjukan bahwa pada industri kecil agro yang berumur panjang, pembentukan pengusaha Sunda didasarkan pada faktor keturunan, berasal dari golongan elit tradisional, latar belakang agraris, dalam kemunculannya, membangun usaha secara mandiri, tanpa intervensi pemerintah. Proses industrialisasi pada industri kecil agro lintas generasi cenderung berjalan lamban dan mengalami transformasi mode produksi yaitu dari mode produksi pra-komersil, komersil, hingga hybrid komersil modern. Di sisi lain, kebijakan pemerintah terkait industrialisasi sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi dan politik rezim yang berkuasa, yang kemudian memberikan beberapa pengaruh pada perkembangan industri kecil agro. Pada industri kecil agro lintas generasi juga telah terjadi penurunan kinerja dan penurunan pertumbuhan usaha, yang terjadi karena faktor: persaingan, kebijakan pemerintah yang dianggap memberatkan, serta guncangan/ resesi ekonomi. Hadirnya industri rumah tangga menjadi pesaing kuat yang menggoyahkan industri kecil agro. Kuatnya eksistensi industri rumah tangga, disebabkan oleh faktor: kuatnya motivasi berbisnis, penggunaan tenaga kerja keluarga, fleksibel, biaya operasional yang rendah serta memiliki ceruk pasar yang tepat yaitu banyaknya golongan masyarakat menengah ke bawah sebagai konsumen. Penelitian ini juga menghasilkan proposisi bahwa pada dasarnya konsep “sustainability” tidak bisa direpresentasikan dengan kemampuan bertahan lintas generasi, umur panjang perusahaan atau “longevity”. Industri kecil yang mampu bertahan lintas generasi dan berumur panjang, belum tentu berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Minat generasi penerus, Orientasi konservatif, Prestise, Komitmen, Perencanaan Suksesi, Adaptasi, Mode Produksi, Lingkungan fisik dan Nilai budaya Sunda (yang meliputi: tingginya orientasi jangka panjang, tingginya kolektivitas, rendahnya jarak kekuasaan, serta tingginya rasa syukur), merupakan faktor-faktor yang berperan positive pada umur panjang industri kecil agro (Longevity). Sementara nilai budaya Sunda yang meliputi tingginya penghindaran ketidakpastian dan tingginya maskulinitas justru menghambat kinerja ekonomi industri kecil agro di dalam mencapai keberlanjutan usaha (Sustainability). Kinerja sosial industri kecil agro lebih didasari oleh aspek normatif dan nilai religius pengusaha, sedangkan kinerja lingkungan lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pengusaha yang didapat dari jalur pendidikan formal. Pengembangan industri kecil agro melalui perintisan pengusaha generasi penerus yang bernalar kritis, kreatif, inovatif, kompetitif dan kolaboratif, serta Pengelolaan budaya bisnis berbasis komunitas dan perancangan Inovasi Terbuka disarankan untuk mewujudkan industri kecil agro yang berkelanjutan.