Perbandingan Pengaruh Pemberian Bupivacain 0.25 % Intraperitoneum Dan Infiltrasi Kulit Dengan Plasebo Terhadap Nilai Visual Analog Pada Pasca Operasi Laparatomi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

Abstract

Nyeri pascaoperasi adalah masalah penting dalam pembedahan. Studi terbaru dalam patofisiologi nyeri telah membentuk suatu hipotesis bahwa pemberian analgetik perioperatif dapat mencegah serta mengurangi nyeri pascaoperasi. Studi ini menjelaskan efek analgetik preemtif dalam penanganan nyeri pascaoperasi laparatomi ginekologi. Jenis penelitian ini adalah prospektif, uji acak terkontrol buta ganda dan uji plasebo-kontrol, dimana 46 pasien status ASA I dan II yang menjalani operasi laparatomi ginekologi secara acak diberikan 50 mL bupivakain 0,25% dengan epineprin 5&micro; per mL atau 50 mL normal salin; setiap 25 mL nya dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dan infiltrasi kulit, berurutan sebelum luka operasi ditutup. Skor nyeri pasien dievaluasi dengan sistem Visual Analog Scale (VAS) saat diam dan mobilisasi, dinilai 6 jam pertama, lalu dilanjutkan jam ke- 8,12 dan 24 pascaoperasi. Lalu dihitung jumlah pemakaian analgetik pertolongan selama 24 jam pertama. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok Bupivakain (B) dan Plasebo (P) dalam hal umur, BMI dan lama operasi. Nyeri saat mobilisasi pada grup P lebih tinggi dibandingkan grup B. Pengukuran nilai VAS saat mobilisasi merupakan penilaian skala nyeri yang lebih baik daripada saat diam. Skor nyeri pada grup P secara signifikan lebih tinggi daripada grup B pada saat mobilisasi (p<0,05). Total penggunaan analgetik pethidin pada grup P lebih tinggi yaitu 18 pasien dibandingkan grup B yang hanya 3 pasien dalam waktu 24 jam pertama. Kombinasi bupivakain secara intraperitoneum dan infiltrasi kulit di akhir operasi laparatomi ginekologi dapat mengurangi nyeri pascaoperasi saat mobilisasi, serta mengurangi kebutuhan analgetik opioid dalam 24 jam pascaoperasi laparatomi ginekologi.

Description

Keywords

bupivakain, intraperitoneum, infiltrasi

Citation