Perbedaan Kekuatan Lekat Antara Dua Sistem Reparasi Keramik Pada Lithium Disilikat.
No Thumbnail Available
Date
2019-10-29
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Perkembangan keramik dalam sepuluh tahun terakhir sangat meningkat karena tingginya minat terhadap restorasi estetik. Walaupun memiliki sifat bahan yang lebih superior, pada dasarnya keramik bersifat getas sehingga sering terjadi kegagalan, terutama chipping dan fraktur. Komposit merupakan bahan pengganti yang digunakan pada kegagalan keramik sebagai solusi yang cepat dan mudah. Kesuksesan komposit sebagai bahan reparasi keramik bergantung pada ikatan antara komposit dan keramik. Banyak penelitian mengenai ikatan komposit pada keramik high-glass, namun hanya sedikit mengenai perlekatan pada keramik low-glass. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan lekat komposit pada keramik low-glass lithium disilikat menggunakan dua sistem reparasi keramik yang beredar di pasaran.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, sepuluh lempeng lithium disilikat dibagi kedalam dua kelompok yaitu grup satu : sistem reparasi keramik yang menggunakan gerinda bur dan primer keramik, dan grup dua yang menggunakan etsa asam hidroflorik dan silane. Uji geser dilakukan pada gaya geser paralel dengan kecepatan 0,5mm/menit hingga komposit terlepas menggunakan alat uji universal.
Hasil penelitian menunjukkan kekuatan geser sistem reparasi keramik yang menggunakan etsa asam hidroflorik dan silane lebih tinggi daripada yang menggunakan gerinda bur dan primer keramik. Analisa statistik dengan uji t-test one tailed didapatkan hasil p value 0,0057 dan p value < 0,05 sehingga hasilnya dinyatakan signifikan.
Simpulan penelitian ini adalah perlekatan komposit pada lithium disilikat lebih baik menggunakan etsa asam hidroflorik dan silane dibanding menggunakan gerinda bur dan primer keramik.
Description
Keywords
asam hidroflorik, kekuatan lekat, lithium disilikat