Prostodonsia (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item PENGARUH PENAMBAHAN FIBER ZIRKONIA-POLIMETILMETAKRILAT DENGAN BERAT ZIRKONIA BERBEDA TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL DAN MODULUS ELASTISITAS FIBER-REINFORCED COMPOSITE(2024-01-14) ERIS DIAN NOVIANTI; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariPendahuluan: Saat ini, protesa Resin-Bonded Fiber-Reinforced Composite (RBFRC) merupakan satu-satunya restorasi protesa cekat dengan teknik langsung yang menawarkan kekuatan fleksural dan kapasitas menahan beban tinggi, indikasi klinis yang serbaguna dan dapat menggantikan kehilangan satu atau dua gigi. Tujuan penelitian: Melihat pengaruh penambahan fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat hasil sintesis metode wet spinning dengan komposisi zirkonia berbeda terhadap kekuatan fleksural dan modulus elastisitas fiber-reinforced composite. Metode: Sampel terdiri dari 50 spesimen yang dibagi menjadi lima kelompok dengan berat zirkonia berbeda. Kelompok 1: tanpa fiber (kontrol negatif); kelompok 2: dengan fiber polimetilmetakrilat tanpa zirkonia (kontrol positif); kelompok 3: dengan fiber zirkonia 0,1 gr-polimetilmetakrilat; kelompok 4: dengan fiber zirkonia 0,3 gr-polimetilmetakrilat; dan kelompok 5 dengan fiber zirkonia 0,5 gr-polimetilmetakrilat. Kekuatan fleksural dan modulus elastisitas diukur menggunakan uji tekuk tiga titik. Data dianalisis dengan ANOVA diikuti oleh uji t-independent dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil: kekuatan fleksural fiber Zirkonia 0,3 gr-polimetilmetakrilat (108±14 MPa) secara signifikan lebih besar daripada kelompok kontrol negatif (86±13 MPa) dan kontrol positif (84±15 MPa). Modulus elastisitas juga meningkat secara signifikan pada kelompok zirconia 0,3 gr-polimetilmetakrilat (13±12 GPa) daripada kelompok kontrol negatif (7±2 GPa) dan kontrol positif (6,29±1,03 GPa). Simpulan: Penambahan fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat efektif untuk meningkatkan kekuatan fleksural dan modulus elastisitas dengan berat optimal zirkonia 0,3 gram. Kata kunci: Fiber Zirkonia-polimetilmetakrilat, fiber-reinforced composite, kekuatan fleksural, modulus elastisitasItem Korelasi Antara nilai DC/TMD Aksis II dengan Kadar Enzim Alfa Amilase Saliva serta Skor NRS pada Pasien Myofascial Pain Syndrome(2024-01-11) DAISY WULANSARI; Lisda Damayanti; Rasmi RikmasariMyofascial Pain Syndrome (MPS) prevalensinya masih tinggi, gejala yang umum adalah nyeri pada otot-otot pengunyahan. Salah satu etiologi utamanya adalah stres psikologi. Stres dapat menyebabkan perubahan biokimia salah satunya adalah kadar enzim alfa amilase saliva. Tingkat stres juga dapat didiagnosis dari pemeriksaan DC/TMD pada Aksis II. Gejala utama MPS adalah nyeri, pemeriksaan nyeri dapat menggunakan NRS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan kadar enzim alfa amilase saliva, menganalisis korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan skor NRS, menganalisis korelasi antara kadar enzim alfa amilase saliva dengan skor NRS. Penelitian menggunakan metode penelitian korelasional, yang dilakukan terhadap 42 orang naracoba. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik non parametrik dengan koefisien korelasi rank Konkordal Kendall. Selanjutnya jika korelasinya bersifat signifikan dilakukan uji lanjutan yaitu analisis korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan ada korelasi antara empat variabel dengan nilai koefisien korelasi rank Konkordal Kendall yaitu W = 0,845 (84,5%) yang bersifat bermakna dengan nilai p =6,50E-23= 0,0000 < 0,05. Selain itu hasil korelasi satu variabel dengan variabel lain bernilai p<0,05. Simpulan dari penelitian ini terdapat korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan kadar enzim alfa amilase, terdapat korelasi antara DC/TMD Aksis II dengan skor NRS, dan terdapat korelasi antara kadar enzim alfa amilase saliva dengan skor NRS.Item PENGARUH PENAMBAHAN FILLER TITANIUM DIOKSIDA DAN PIGMEN INTRINSIK TERHADAP SIFAT MEKANIS SILIKON FOOD-GRADE SEBAGAI MATERIAL PROTESA MAKSILOFASIAL(2024-01-07) DESI NATALIA; Lisda Damayanti; Veni TakariniProtesa maksilofasial mengalami degradasi sifat mekanis dan warna sehingga membutuhkan penggantian secara periodik. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanis silikon maksilofasial, yaitu kekuatan tarik, kekerasan, dan kekuatan sobek. Peningkatan sifat mekanis dapat dicapai dengan penambahan filler Titanium Dioksida (TiO2) dan pigmen intrinsik. Silikon medis sebagai bahan protesa maksilofasial sulit didapatkan di pasaran dan harganya mahal, oleh sebab itu, silikon food-grade dijadikan sebagai material alternatif protesa maksilofasial. Silicone food-grade merupakan silikon non toksik yang sifat mekanisnya dapat dimodifikasi dengan penambahan filler TiO2 dan pigmen intrinsik agar memiliki sifat mirip seperti silikon medis. Sampel dibuat dari silikon food-grade, filler TiO2 dan pigmen intrinsik. Sampel dibagi menjadi 6 kelompok terdiri dari silikon food-grade sebagai kontrol negatif, campuran silikon dengan pigmen intrinsik 0,25wt% sebagai kontrol positif, kelompok uji terdiri dari campuran silikon, TiO2 pada konsentrasi 0,2; 0,25; 1; dan 2 wt% ditambahkan pigmen intrinsik 0,25 wt%. Dilakukan pengujian kekuatan tarik, kekerasan dan kekuatan sobek. Hasil menunjukan kekuatan tarik, kekerasan dan kekuatan sobek terbaik didapatkan pada kelompok silikon+TiO2 0,25 wt%+ pigmen intrinsik 0,25 wt% masing-masing 3,35 N/mm2 ,24,32 Shore A dan 24,35 N/mm. Simpulan penelitian ini adalah penambahan filler TiO2 dan pigmen intrinsik 0,25 wt% menunjukan perubahan sifat mekanis silikion food-grade sehingga dapat diterima sebagai bahan protesa maksilofasial.Item Perbedaan Kekuatan Ikat Geser Logam dan Komposit antara Tiga Bahan Adhesi pada Reparasi Fraktur Restorasi Logam Porselen(2024-01-10) DETIN NITAMI; An-Nissa Kusumadewi; Setyawan BonifaciusFraktur lapisan porselen hingga terlihatnya permukaan logam pada restorasi logam porselen (PFM) sering menimbulkan masalah karena mengganggu penampilan. Penanganan yang paling cepat dan sederhana dari masalah tersebut adalah melalui reparasi intraoral menggunakan komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikat geser antara logam dan komposit yang diaplikasikan metal primer dari produk kit reparasi komersial (Z-Prime Plus/ ZPP), dan dua buah adhesif universal yaitu yang mengandung monomer 10-MDP (Single Bond Universal/ SBU) dan monomer 3D-SR (Tokuyama Universal Bond/ TUB). Sebanyak 30 sampel lempeng logam nikel-kromium (Ni-Cr) yang telah di-sandblast dibagi menjadi tiga kelompok lalu masing-masing diberikan ZPP, SBU atau TUB, kemudian komposit diaplikasikan di atasnya. Setiap spesimen diuji kekuatan ikat geser hingga fraktur, kemudian jenis kegagalan dianalisis dan dikatagorikan menjadi kegagalan adhesi, kohesi dan campuran. Data dianalisis menggunakan ANAVA dan hasilnya memperlihatkan ketiga perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan (p0,05). Semua kelompok memiliki efek yang sama secara statistik terhadap jenis kegagalan ikatan (p>0,05). Simpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa adhesif universal memiliki kemampuan ikatan yang serupa dengan metal primer pada ikatan komposit dan Ni-Cr. Adhesif universal terutama yang mengandung 3D-SR, dapat dijadikan alternatif bahan adhesi untuk perbaikan fraktur PFM.Item Pengaruh Penambahan Fiber Zirkonia-Polimetilmetakrilat Dengan Konsentrasi Berbeda terhadap Kekuatan Fleksural dan Modulus Elastisitas Fiber-Reinforced Composite(2024-01-16) ALDA ARIFIALDA; Rasmi Rikmasari; Nina DjustianaBerkembangnya Fiber-Reinforced Composite (FRC) telah memberikan kesempatan kepada prostodontis untuk mengembangkan gigi tiruan cekat estetik yang menggunakan sistem adhesif, bahkan untuk gigi posterior. Pada pasien yang menghendaki restorasi non logam, jembatan FRC dapat dipilih sebagai alternatif perawatan jembatan logam konvensional. FRC tersusun atas matriks resin yang diperkuat dengan fiber. Pemilihan zirkonia sebagai fiber didasarkan kepada sifat mekanis yang unggul sehingga diharapkan dapat memperbaiki kekuatan mekanis jembatan FRC dalam menahan gaya pengunyahan. Fiber zirkonia akan digabungkan sebagai bikomponen dengan polimetilmetakrilat. Lima puluh buah sampel penelitian dihasilkan dari 5 perlakuan berbeda. Kelompok kontrol negatif adalah sampel resin komposit 3M Filtek Supreme Ultra Flowable; Kelompok kontrol positif adalah sampel resin komposit 3M Filtek Supreme Ultra Flowable yang ditambahkan fiber PMMA 4 wt%; Kelompok pertama adalah sampel resin komposit 3M Filtek Supreme Ultra Flowable yang ditambahkan fiber ZrO2-PMMA 3 wt%; Kelompok kedua adalah sampel resin komposit 3M Filtek Supreme Ultra Flowable yang ditambahkan fiber ZrO2-PMMA 4 wt%; dan kelompok yang ketiga adalah sampel resin komposit 3M Filtek Supreme Ultra Flowable yang ditambahkan fiber ZrO2-PMMA 5 wt%. Sampel diuji kekuatan fleksural dan modulus elastisitas menggunakan Universal Testing Machine. Hasil analisis ANOVA untuk kekuatan fleksural menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada Kelompok 1 dengan p-value < 0,05 (0,0005) dan tidak memberikan hasil yang signifikan pada modulus elastisitas kelima kelompok atau hasilnya dianggap sama secara statistik. Simpulan penelitian ini adalah terdapat peningkatan kekuatan fleksural pada resin komposit yang ditambahkan fiber ZrO2-PMMA 3 wt% dan penambahan tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap modulus elastisitas Fiber-Reinforced Composite.Item PERBANDINGAN STABILITAS PRIMER IMPLAN PANJANG DENGAN POSISI MIRING DAN IMPLAN PENDEK DENGAN POSISI TEGAK PADA DENSITAS TULANG D2 DAN D4(2023-01-07) KALEB ADIGUNA YOUNG; Setyawan Bonifacius; Lisda DamayantiTujuan : Penelitian ini bertujuan ntuk menilai serta membandingkan stabilitas primer implant panjang dengan posisi miring dibandingkan dengan implant pendek dengan posisi tegak vertikal yang ditanam pada bone block artificial yang menyerupai tulang D2 dan D4. Material dan metode : Penelitian eksperimental laboratoris murni menggunakan Implan Superline Dentium dengan panjang 12 mm berdiamter 4mm ditanam dengan posisi miring (0,15, 30 dan 45) dan implant Superline Dentium dengan panjang 7 mm berdiameter 4 mm ditanam dengan posisi tegak vertikal (0) digunakan dalam uji labiratorium ini. Balok tulang poliuretan (PU) buatan 20 PCF (0,32 g/cm3) menyerupai tulang D4 dan 50 PCF (0,80 g/cm3) menyerupai tulang D2 disiapkan, dan setiap implan dimasukkan mengikuti instruksi pabrik. Pengukuran stabilitas primer implan menggunakan alat Osstell dan dilakukan pencatatan. Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas, uji Anava, dan uji Post Hoc Analyisis. Hasil : Pada bone block D2 maupun D4, Implant panjang 12 mm dengan posisi miring menghasilkan stabilitas primer yang lebih tinggi dibandingkan implant panjang 7 mm dengan posisi tegak. Implant panjang 7mm yang dipasang pada blok tulang polyurethane setara D4 dan dipasang secara vertical 0° mendapatkan nilai rata-rata ISQ terendah yaitu 50,17. Sedangan Implant dengan panjang 12 mm yang dipasang pada blok tulang polyurethane setara D2 dengan kemiringan 45° mendapatkan nilai rata-rata ISQ tertinggi yaitu 75,92. Kesimpulan : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas tulang mempengaruhi stabilitas primer, dimana stabilitas primer implant yang ditanam pada bone block menyerupai D2 mendapatkan nilai ISQ yang lebih tinggi dibandingkan pada bone block menyerupai D4. Dari data penelitian juga didapatkan implant panjang (12 mm) dengan posisi miring mendapatkan stabilitas primer yang lebih tinggi daripada implant pendek (7 mm) dengan posisi tegak vertikal.Item Penetapan diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD pada mantan penyalahguna methamphetamine di Lapas Perempuan Bandung(2023-01-12) SANI KUSUMA WIJAYA; Erna Kurnikasari; Rasmi RikmasariPendahuluan: Prevalensi gangguan sendi temporomandibula 1,5-2 kali lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki serta etiologinya komplek dan multifaktor. Perempuan dengan riwayat penyalahguna methamphetamine yang menjalani hukuman di dalam Lapas menghadapi masalah psikologis dan fisik. Masalah ini meningkat seiring bertambah lamanya riwayat penyalahgunaan, yang berkaitan dengan pembebanan berlebih dan berkelanjutan pada aktivitas sendi temporomandibula dan otot mastikasi, dan menjadi etiologi gangguan sendi temporomandibula. Tujuan: Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis gangguan sendi temporomandibula berdasarkan DC/TMD pada mantan penyalahguna methamphetamine di Lapas Perempuan Bandung Metode: Penelitian ini dilakukan pada 124 orang subyek penelitian narapidana perempuan mantan penyalahguna methamphetamine, berusia 19–61 tahun di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi deskriptif dan penegakan diagnosis gangguan sendi temporomandibula menggunakan DC/TMD Aksis I dan II. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan DC/TMD Aksis I, Gangguan intra artikular paling banyak adalah Disc Displacement with Reduction (DDWR), diikuti dengan Degenerative Joint Disease. Pada gangguan nyeri, paling banyak adalah arthralgia, diikuti dengan: myalgia, myofascial pain with referral dan headache attributed to TMD. Pada aksis I, hanya 10,48% subyek penelitian tanpa diagnosis gangguan nyeri dan intra artikular. Berdasarkan Aksis II, diagnosis terbanyak adalah tidak ada distress, depresi, dan kecemasan serta low somatic symptom severity, high intensity pain without disability dan low parafunction. Pembahasan: Kerusakan fisik dan psikis akibat penyalahgunaan methamphetamine memerlukan waktu untuk pemulihan, sehingga meskipun sudah menjadi mantan penyalahguna, gangguan sendi temporomandibula Aksis I dan II masih tinggi. Simpulan: Berdasarkan DC/TMD, diagnosis gangguan sendi temporomandibula Aksis I dan II pada perempuan mantan penyalahguna methamphetamine tinggi dan meningkat seiring dengan semakin lamanya riwayat penyalahgunaan.Item Pengaruh Penambahan Filler Titanium Dioksida Terhadap Sifat Mekanis Silikon Food Grade sebagai Alternatif Protesa Maksilofasial(2023-07-11) EDWINA MAHARANI; An-Nissa Kusumadewi; Lisda DamayantiSilikon merupakan material yang cocok digunakan sebagai protesa maksilofasial, khususnya untuk mengganti area kulit karena memiliki durabilitas yang baik, mudah dimanipulasi, dan bersifat inert. Namun material ini juga memiliki beberapa kelemahan sepertia adanya degradasi mekanis seiring pemakaian, stabilitas warna yang kurang, dan waktu pemakaian yang pendek karena faktor lingkungan sehingga memerlukan penggantian yang lebih sering. Filler dapat ditambahkan ke dalam material silikon untuk mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek penambahan filler titanium dioksida (TiO2) terhadap kekuatan tarik, persen elongasi, kekerasan, dan kekuatan sobek dari silikon food grade sebagai material alternatif protesa maksilofasial. Silikon food grade dan TiO2 digunakan dengan lima konsentrasi filler yang berbeda (0%,0,2%,0,25%, 1%, dan 2%). Masing-masing konsentrasi dilakukan tiga jenis uji yaitu kekuatan tarik, kekuatan sobek, kekerasan, dan perhitungan persentase elongasi. Masing-masing grup uji terdiri dari lima sampel setiap konsentrasi filler. Kemudian sampel dievaluasi, data dianalisa menggunakan analisis statistic deskriptif dan analisis variansi (ANOVA). Nilai kekuatan tarik dan kekuatan sobek menunjukkan perbedaan yang signifikan antara konsentrasi filler 0,2% dengan 1%, dan 0,2% dengan 2%. Nilai persen elongasi dan kekerasan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara silikon tanpa pengisi (kelompok kontrol) dengan semua kelompok lain. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, penambahan filler TiO2 meningkatkan kekuatan tarik, persen perpanjangan, kekerasan, dan nilai kekuatan sobek silikon.Item Pengaruh Panjang dan Diameter Implan Terhadap Stabilitas Primer Implan Gigi yang Miring pada Densitas Tulang D4(2023-01-08) MUHAMMAD IQBAL BAIHAQI; Taufik Sumarsongko; Setyawan BonifaciusTujuan : Untuk mengetahui pengaruh panjang dan diameter serta derajat kemiringan implan terhadap stabilitas primer implan yang miring pada densitas tulang D4. Material dan metode : Implan Superline dengan panjang (12 dan 14 mm) dan diameter (4 dan 5 mm) yang berbeda serta kemiringan arah pasang implan (0, 15, 30 dan 45) digunakan dalam uji labiratorium ini dan dibagi menjadi 16 kelempok. Balok tulang Polyurethane (PU) buatan 20 pounds per cubic foot (0,32 g/cm3) disiapkan, dan setiap implan dimasukkan mengikuti instruksi pabrik. Pengukuran stabilitas primer implan menggunakan alat Osstell. Prosedur ini diulang 3 kali untuk setiap implan dengan empat orientasi 90o yang berbeda atau dari arah bukal, lingual, mesial, dan distal. Nilai rata-rata implant stabiltity quotient (ISQ) dihitung untuk analisis statistik. Hasil : Hasil pada penelitian ini menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata stabilitas primer pada implan gigi yang miring dengan panjang dan diameter yang berbeda. Implan dengan panjang 14 mm dan diameter 5 mm pada kemiringan 45° menghasilkan nilai ISQ tertinggi dengan rata-rata 72,25. Implan dengan panjang 12 mm dan diameter 4 mm pada kemiringan 15° memilki nilai ISQ terendah dengan rata-rata 63,58. Implan dengan kemiringan 45° menunjukkan tidak ada perbedaan nilai rata-rata stabilitas primer terhadap implan dengan posisi tegak (0). Kesimpulan : Semakin panjang dan semakin lebar serta kemiringan 45° pada implan gigi yang miring memiliki stabilitas primer yang lebih baik pada densitas tulang D4.Item Perbedaan Kekuatan Lekat Sayap Logam Jembatan Adesif Anterior antara yang Dikasarkan dengan di Etsa Asam(2023-01-10) HUSNA INDRIYANI; Lisda Damayanti; Deddy FirmanJembatan adesif merupakan salah satu restorasi jembatan pendek baik dianterior maupun posterior. Keunggulan dari restorasi ini adalah preparasi yang minimal dengan mempertahankan struktur gigi penyangga, waktu pengerjaan relatif singkat, terjangkau dan tidak memerlukan anestesi. Tetapi sejumlah kegagalan restorasi jembatan adesif seringkali terjadi, yaitu terlepasnya restorasi dari gigi penyangga sebagai akibat terlepasnya ikatan antara semen resin adesif dengan permukaan gigi ataupun logam restorasi. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kekuatan lekat jembatan adesif baik secara makro, mikro, kimiawi ataupun kombinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perlekatan antara sayap logam jembatan adesif yang diberi perlakuan kombinasi sandblast dan etsa asam dengan sayap logam jembatan adesif yang diberi perlakuan sandblast dan kekasaran permukaan dengan guratan. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris murni. Dua puluh tujuh sayap logam jembatan adesif anterior dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok sebanyak 9 sampel. Kelompok A merupakan kelompok kontrol dengan perlakuan menggunakan partikel Al2O3 dengan ukuran 50 mikron, kelompok B merupakan kelompok dengan perlakuan sandblast dan etsa asam, serta kelompok C merupakan kelompok dengan perlakuan sandblast dan pengasaran permukaan dengan guratan. Sampel kemudian dilakukan uji kekuatan geser (shear strength) menggunakan alat Universal Testing Machine. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji ANOVA dan uji T-test. Pada penelitian ini didapat rata-rata shear strength SS-A 10,97 MPa, SS-B 9,68 MPa dan SS-C 11,99 MPa. Nilai p-value terhadap SS-A, SS-B, SS-C adalah 0,1212 > 0,05 (tidak signifikan), namun antara SS-B dengan SS-C didapat nilai p-value 0,0425 < 0,005 (signifikan). Simpulan dari penelitian ini adalah kombinasi sandblast menggunakan partikel Al2O3 dengan ukuran 50 mikron dan pemberian guratan merupakan teknik yang memberikan nilai shear strength tertinggi.Item PENGARUH APLIKASI SEMEN OPAK TERHADAP WARNA DAN TRANSLUSENSI VENEER LITHIUM DISILICATE HIGH TRANSLUCENT(2023-01-12) RINA CRISTINA EVELIANA MANURUNG; Setyawan Bonifacius; Rasmi RikmasariSifat translusensi menjadi karakteristik yang diinginkan pada bahan keramik gigi agar tampak lebih alami, namun menjadi kontradiktif karena memengaruhi kemampuan masking terlebih jika didigunakan pada gigi yang mengalami perubahan warna. Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent diharapkan dapat membantu memasking gigi yang mengalami perubahan warna namun tetap memiliki tampilan yang alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi semen resin opak terhadap warna akhir, translusensi, dan chroma veneer keramik lithium disilicate high translucent dan kemampuan masking gigi yang berwarna gelap Spesimen keramik IPS e.max (10x10x1 mm) dengan warna BL1, A1, B1, C1, D2 (berdasarkan vita classic) dibuat masing-masing sebanyak 12 buah. Kemudian dibuat 60 spesimen komposit (Filtek Z-250, 3M ESPE) dengan warna C4 (10x10x4 mm). Spesimen keramik dan komposit digabungkan kemudian diukur dengan kolorimeter. Setelah itu, setiap kelompok warna keramik dibagi 3, masing masing 4 buah, kemudian kelompok pertama disementasi dengan semen resin light cure Rely X Veneer berwarna white opaque, kelompok kedua dengan yellow opaque, kelompok ketiga dengan warna dark opaque dari Variolonik Estetik LC dan diberi pemberat logam 64 gram untuk mendapatkan tekanan yang sama. Setelah penyemenan dilakukan pengukuran kembali dengan kolorimeter (Color Reader 10 plus, Konica Minolta) untuk mendapatkan perbedaan warna (ΔE), translusensi dan chroma kedua spesimen sebelum dan sesudah sementasi. Kemudian dilakukan analisis ANOVA diikuti oleh uji t independent dengan tingkat signifikansi 5%. Terdapat perbedaan warna yang signifikan (p-value0,05. Untuk chroma, nilai p-value<0,05 bersifat signifikan. Terdapat 68 % dari semua kelompok yang memiliki nilai perbedaan warna kurang dari 3,3. Simpulan penelitian ini yaitu aplikasi semen opak mempengaruhi perbedaan warna dan chroma keramik lithium disilicate high translucent tetapi tidak berpengaruh terhadap translusensi Aplikasi semen opak pada keramik lithium disilicate high translucent memiliki kemampuan memasking substrat gigi yang gelap.Item Perbedaan ketepatan marginal antara porcelain laminate veneer pressed dan CAD/CAM hasil pencetakan konvensional dan digital(2023-01-09) VERA ARYANTI; Taufik Sumarsongko; Rasmi RikmasariLatar belakang: Porcelain Laminate Veneer (PLV) adalah suatu restorasi estetik yang biasa dilakukan pada gigi anterior. Prinsip restorasi veneer yaitu preparasi minimal untuk mencapai hasil estetik, oleh sebab itu proses pencetakan hasil preparasi sangatlah penting untuk mendapatkan model kerja yang tepat, sehingga didapat ketepatan marginal yang akurat. Ketepatan marginal yang kurang akurat dapat menyebabkan penumpukan plak di margin gusi, sehingga dapat menyebabkan gangguan periodontal dan karies sekunder. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan ketepatan marginal antara PLV pressed dan CAD/CAM hasil pencetakan konvensional dan digital dan kombinasi mana yang menghasilkan ketepatan marginal yang paling akurat. Bahan dan metode: Tiga puluh PLV dihasilkan dari 5 kelompok perlakuan: Kelompok 1: pencetakan digital intraoral dengan metode CAD/CAM; Kelompok 2: pencetakan digital intraoral dengan metode pressed; Kelompok 3: pencetakan ekstraoral dengan metode CAD/CAM; Kelompok 4: pencetakan ekstraoral dengan metode pressed; serta Kelompok 5: pencetakan konvensional dengan metode pressed. Kemudian diuji ketepatan marginalnya menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Data diuji dengan ANOVA dan t-test. Hasil: Berdasarkan analisis ANOVA, didapatkan p-value<0,05 (8,81x10-17) yang menunjukkan sifat pengujian signifikan, artinya terdapat perbedaan ketepatan marginal dari kelima perlakuan secara statistik, oleh sebab itu dilakukan uji lanjutan (post hoc) untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Nilai rata-rata kelompok 5: 58.611,11 yang jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok 4: 118.055,56 memberikan besaran p-value<0,05, sehingga disimpulkan pengujian bersifat signifikan secara statistik yang berarti ada perbedaan antara kelompok 5 dibandingkan dengan kelompok 4. Demikian juga bila dibandingkan dengan kelompok 1, 2 dan 3 menunjukkan sifat pengujian yang signifikan (p-value<0,05). Simpulan: Dari hasil SEM didapat perbedaan ketepatan marginal antara PLV hasil pencetakan konvensional dan digital dengan metode CAD/CAM dan pressed. Dari uji statistik dapat disimpulkan kelompok 5 kombinasi pencetakan konvensional dengan metode pressed menghasilkan ketepatan marginal yang lebih akurat, dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain.Item PENGARUH PENAMBAHAN FILLER NANO SILIKA TERHADAP STABILITAS PIGMEN INTRINSIK DAN TOKSISITAS MATERIAL SILIKON CLEAN GRADE SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL PROTESA MAKSILOFASIAL(2023-01-09) FARISAH ATSARI; Veni Takarini; Lisda DamayantiProtesa maksilofasial merupakan prosedur penatalaksanaan defek yang bertujuan untuk merehabilitasi atau menggantikan bagian struktur wajah yang mengalami defek. Material protesa harus memenuhi prinsip estetika wajah dan bersifat non toksik bagi jaringan sekitar. Silikon merupakan material yang memiliki sifat mekanis paling menyerupai kulit wajah. Namun, silikon medis saat ini sulit didapatkan di dalam negeri. Oleh karena itu dibutuhkan material alternatif silikon yang dapat memenuhi syarat protesa maksilofasial yang lebih mudah didapat dan murah. Penambahan filler nano silika pada silikon dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pigmen material silikon dan diharapkan tidak toksik pada jaringan sekitar. Penelitian ini menggunakan 54 spesimen silikon RTV clean grade yang dibagi menjadi 2 kelompok uji yaitu uji stabilitas pigmen intrinsik dan uji toksisitas material. Uji stabilitas pigmen intrinsik dilakukan pada 6 kelompok perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 spesimen sebelum dan setelah proses penuaan artifisial. Stabilitas warna diukur menggunakan coloreader dan dihitung menggunakan rumus perubahan warna (E). Uji toksisitas metode MTT menggunakan 30 spesimen terhadap sel line 3T3. Nilai rata-rata E perubahan warna terdapat pada kelompok A yaitu kelompok silikon P25 tanpa penambahan pigmen dan filler nanosilika. Kelompok perlakuan B,C,D,E, dan F memiliki nilai rerata 0-0,5 yang berarti interpretasi warna jejak dan sangat sedikit perubahan. Hasil uji toksisitas menunjukan viabilitas sel terbesar yaitu pada kelompok silikon P25 dengan penambahan pigmen intrinsik dan filler nanosilika 6% (F) sebesar 91,78%. Nilai viabilitas sel terendah terdapat pada kelompok silikon P25 tanpa penambahan pigmen dan filler nanosilika (A) yaitu 76,84%. Maka dapat disimpulkan bahwa penambahan pigmen intrinsik dan filler nano silika pada silikon clean grade bersifat non toksik dan dapat meningkatkan stabilitas warna protesa.Item PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK, KEKUATAN SOBEK, DAN KEKERASAN SILIKON CLEAN GRADE SETELAH PENAMBAHAN FILLER NANO SILIKA SEBAGAI BAHAN PENGGANTI MATERIAL SILIKON MAKSILOFASIAL(2023-01-09) INEZ KIANTORO; Taufik Sumarsongko; Lisda DamayantiProtesa maksilofasial membutuhkan penggantian periodik karena tear strength yang buruk, inelastisitas, dan kekerasan yang berlebihan. Peningkatan sifat mekanis dapat dicapai dengan penambahan filler nano silika. Silikon medis sebagai bahan protesa maksilofasial sulit didapatkan di pasaran dan harganya mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif yang lebih mudah dan murah sebagai bahan pengganti material protesa maksilofasial. Silikon clean grade merupakan silikon non toksik yang dapat dimodifikasi dengan penambahan filler nano silika supaya memiliki sifat mirip seperti silikon sehingga dapat diterima sebagai alternatif material protesa maksilofasial. Sampel dibuat dari silikon clean grade dengan penambahan pengisi nanosilika: 0% (kontrol), 1, 2, 3, dan 6%. Kekuatan tarik diuji sesuai ISO 37:2017 untuk silikon elastomer; kekuatan sobek diuji pada setiap sampel menurut ASTM D624. Sampel bentuk dumbbell untuk uji kekuatan tarik dan sampel bentuk double pants untuk uji kekuatan sobek diuji pada Llyod Universal Testing Machine dengan laju transversal 500 mm/menit. Kekerasan diuji menurut ASTM D2240 untuk silikon rubber. Enam indentasi dilakukan pada sampel persegi panjang (36 x 60 x 6 mm) menggunakan Durometer tipe A. Kekerasan meningkat dari 15,7 menjadi 42,8 Shore A, sedangkan hasil kekuatan tarik menurun dari 3,38 menjadi 2,14 MPa. Hasil kekuatan sobek juga mengalami penurunan dari 189,84 N/cm menjadi 51,62 N/cm. Hal ini dapat terjadi karena adanya aglomerasi konsentrasi bahan pengisi silika dan perlu penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan dan metode pencampurannya. Dapat disimpulkan bahwa penambahan filler nanosilika 2 dan 3% menghasilkan nilai kekuatan tarik dan kekerasan yang dapat diterima sebagai pengganti bahan protesa maksilofasial.Item Pengaruh Pemasangan Presurgical Nasoalveolar Molding Dengan Nasal Stent Terhadap Koreksi Deformitas Nasal Bayi Celah Bibir dan Langit-Langit Unilateral Komplit Pra-Labioplasti(2021-12-31) GIAN NUR ALAMSYAH; An-Nissa Kusumadewi; Lisda DamayantiPendahuluan: Bayi dengan celah bibir dan langit-langit komplit memperlihatkan deformasi nasal yang khas. Penanganan pra bedah dengan pembuatan presurgical nasoalveolar molding (PNAM) dengan nasal stent bertujuan untuk membantu fungsi menghisap dan menelan bayi dengan CBL serta menggerakkan secara pasif segmen alveolar yang terpisah dan mengoreksi deformitas nasal agar didapat hasil bedah yang lebih memuaskan secara fungsi maupun estetik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemasangan PNAM dengan nasal stent terhadap koreksi deformitas nasal pada bayi celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Metode: Penelitian ini merupakan quasi-eksperimental dengan rancangan satu kelompok pra perlakuan dan pasca perlakuan (One-group pretest-posttest design). Lima bayi CBL dilakukan pengukuran antopometri nasal dengan pemindaian tiga dimensi pada saat sebelum (T1) dan sesudah (T2) pemasangan PNAM dengan nasal stent. Hasil: Analisis uji students t-test secara keseluruhan menunjukkan p-value=0,006, dimana terdapat signifikansi perubahan columella displacement, lebar nasal, proyeksi nasal tip, protrusi nasal tip, alar displacement, tinggi columella, lebar nostril, tinggi nostril, inklinasi basis nasal, defleksi alar, deviasi columella, serta inklinasi kemiringan nostril sehingga secara signifikan dapat mengoreksi deformitas nasal bayi CBL unilateral komplit. Pemasangan PNAM dengan nasal stent mensimetriskan morfologi nasal bayi CBL unilateral komplit pra labioplasti dengan meningkatnya rasio tinggi columella, lebar dan tinggi nostril serta inklinasi aksis nostril antara sisi bercelah dan tidak bercelah. Simpulan: Pemasangan PNAM dengan nasal stent dapat mengoreksi deformitas nasal para-labioplasti.Item Pengaruh Disain Akhiran Coping Logam Terhadap Ketahanan Fraktur Mahkota Porcelain-Fused-To-Metal(2022-01-04) MARIA SUTJIATI VOLVINA; Taufik Sumarsongko; Deddy FirmanMahkota porcelain-fused-to-metal menjadi standar restorasi indirek karena ketahanan fraktur yang tinggi dan biaya yang ekonomis. Bahan ini kurang disukai karena estetika yang buruk pada margin labial. Collar logam menimbulkan diskolorisasi keabuan yang diperparah dengan resesi gingiva. Modifikasi coping logam pada margin labial dikembangkan untuk menggabungkan sifat ketahanan fraktur logam yang tinggi dengan estetika porselen. Modifikasi konstruksi mahkota PFM dalam struktur dan komposisi alloy nikel kromium dan porselen feldspathic, serta aplikasi semen resin self-adhesive dan teknik digital bertujuan untuk meningkatkan nilai estetik tanpa mengurangi ketahanan fraktur mahkota PFM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20 buah dibagi menjadi 4 kelompok yang dibagi berdasarkan disain coping logam berbeda. Kelompok 1 dengan disain full metal collar sebanyak 5 buah; Kelompok 2 dengan disain full metal collarless sebanyak 5 buah; Kelompok 3 dengan disain modified metal collarless reduksi 1,5 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah; dan Kelompok 4 dengan disain modified metal collarless reduksi 2 mm ke arah insisal sebanyak 5 buah. Uji ketahanan fraktur menggunakan Universal Testing Machine (LRXPlus, Lloyd). Nilai rerata ketahanan fraktur Kelompok 1 yaitu 988,42 N; Kelompok 2 1180,15 N; Kelompok 3 1089,47 N; Kelompok 4 1202,61 N. Uji statistik ANOVA menunjukkan adanya perbedaan ketahanan fraktur mahkota PFM dengan disain coping logam berbeda tetapi tidak bermakna secara statistik. Simpulan penelitian ini adalah semakin tinggi reduksi coping logam, semakin tinggi rata-rata ketahanan fraktur mahkota PFM, dengan standar deviasi yang semakin tinggi.Item Perbedaan antara volume kondilus normal dengan disc displacement with reduction(2021-12-29) AZKYA PATRIA NAWAWI; Rasmi Rikmasari; Erna KurnikasariDisc displacement adalah satu manifestasi dari gangguan internal sendi temporomandibula. Biasanya berkembang dari reduction menjadi non reduction dan dapat menyebabkan gejala, seperti kliking, krepitasi, nyeri, dan keterbatasan pergerakan rahang. Pusat pertumbuhan mandibula yang paling penting terletak pada permukaan artikular kepala kondilus, oleh sebab itu peradangan kronis dan kerusakan jaringan ikat sendi temporomandibular dianggap sebagai penyebab utama anomali pertumbuhan mandibula dan maloklusi parah. Resorpsi dapat mempengaruhi volume kondilus serta berdampak terhadap posisinya pada fosa glenoidalis. Volume kondilus berhubungan secara signifikan dengan terjadinya Disc Displacement with Reduction (DDwR), volume akan semakin berkurang bila DDwR berubah menjadi Disc Displacement without Reduction (DDwoR) Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 28 orang pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran (RSGM UNPAD) yang masuk kedalam kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan kondilus tanpa gangguan sendi/normal dan kelompok dengan kondilus DDwR. Penentuan kelompok sampel berdasarkan hasil pemeriksaan klinis menggunakan kuisioner DC/TMD Axis 1. Pencitraan CBCT kemudian dilakukan pada kedua sampel. Untuk menentukan wilayah pemeriksaan dan volume dari kondilus menggunakan perangkat lunak open source ITK-SNAP. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik t-test yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara volume kondilus normal dengan DDwR. Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada volume kortikal dan trabekular. Terdapat perbedaan volume kondilus yang signifikan berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki memiliki volume kondilus yang lebih besar dibandingkan perempuan. Simpulan penelitian ini adalah kondilus normal memiliki volume yang lebih besar dibandingkan kondilus dengan Disc Displacement with Reduction.Item Perbedaan Daya Antijamur (Candida albicans) antara Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) dan Alkali Peroksida sebagai Bahan Pembersih Gigi Tiruan(2022-01-06) ISTA MEIDARLINA; Lisda Damayanti; Rasmi RikmasariDenture stomatitis merupakan reaksi peradangan jaringan lunak pendukung gigi tiruan disebabkan jamur Candida albicans. Denture stomatitis dapat dicegah melalui pembersihan yang adekuat, diantaranya dengan merendam gigi tiruan dalam bahan pembersih kimia maupun herbal. Penelitian ini bertujuan mengetahui daya antijamur (Candida albicans) ekstrak daun sirih merah sebagai bahan pembersih gigi tiruan, serta perbedaan daya antijamur (Candida albicans) antara ekstrak daun sirih merah dan alkali peroksida sebagai bahan pembersih gigi tiruan. Metode yang digunakan yaitu pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) serta simulasi perendaman 30 plat akrilik yang terkontaminasi Candida albicans dalam ekstrak daun sirih merah (10, 20, 30, dan 40%), larutan alkali peroksida, dan aquades steril. Jumlah Candida albicans setelah direndam dalam ketiga pembersih gigi tiruan yang berbeda dihitung. Hasil uji KHM ekstrak daun sirih merah terdapat pada konsentrasi 0,29% (0,45 µg/mL). Hasil uji perendaman pada ekstrak daun sirih merah menunjukkan jumlah koloni jamur semakin menurun dengan semakin meningkatnya konsentrasi sirih. Jumlah koloni terkecil pada konsentrasi sirih 30% dan 40%. Jumlah koloni pada larutan alkali peroksida paling sedikit dibanding sirih merah dan aquades steril. Analisis statistik anova p-value (0,0000…179)<0,01 menunjukkan karakter uji signifikan. Uji lanjut post hoc menunjukkan p-value berbeda bermakna (p <0,05) untuk semua kelompok ekstrak daun sirih merah dan alkali peroksida, tetapi pada konsentrasi 30% dan 40% ekstrak daun sirih merah tidak jauh berbeda (p=0,89). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah memiliki daya antijamur (Candida albicans) sebagai pembersih gigi tiruan. Daya antijamur (Candida albicans) alkali peroksida lebih tinggi dari ekstrak daun sirih merah (10, 20, 30, dan 40%).Item PENGARUH PITCH DAN KEDALAMAN ULIR IMPLAN DENTAL PENDEK TERHADAP STABILITAS PRIMER PADA DENSITAS TULANG D4(2021-12-29) EVANDER REINALDO; Setyawan Bonifacius; Aprillia AdenanKeberhasilan implan dental dipengaruhi kualitas dan kuantitas tulang, disain implan, dan teknik pembedahan. Disain implan dapat memengaruhi stabilitas primer dan distribusi tekanan saat proses osseointegrasi. Stabilitas primer implan dapat ditingkatkan dengan mengubah geometrik ulir diantaranya pitch dan kedalaman ulir. Metode pengukuran stabilitas primer implan non invasif salah satunya adalah Resonance Frequency Analysis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pitch dan kedalaman ulir implan dental pendek terhadap stabilitas primer pada tulang dengan densitas D4. Implan BT Safe (pitch 2,4 mm berganda dan kedalaman 0,35 mm dan Superline (pitch 1,8 mm berganda dan kedalaman 0,5 mm) diinsersikan pada blok polyurethane 0,32 gr/cm3 yang telah dipreparasi sesuai instruksi masing-masing pabrik. Smartpeg kemudian disekrup pada fixture implan dan transduser Osstell diarahkan pada magnet kecil di atas Smartpeg, dipegang stabil sampai alat berbunyi dan menunjukkan nilai Implant Stability Quotient (ISQ). Prosedur tersebut diulang 20 kali setiap jenis implan dengan 4 orientasi berbeda dengan sudut 90o. Nilai rata-rata dihitung dan dianalisis secara statistik. Implan Superline dengan pitch ulir lebih kecil dan kedalaman ulir lebih dalam mendapatkan nilai rata-rata ISQ akhir 65,9±0,76. Implan BT safe dengan pitch ulir lebih panjang dan kedalaman ulir lebih dangkal mendapatkan nilai rata-rata ISQ akhir 63,3±0,95. Hasil ISQ rata-rata implan Superline menunjukkan SP lebih baik dibandingkan implan BT Safe dengan nilai p-value <0,05 yang berarti hasil pengujian sangat bermakna. Simpulan penelitian ini adalah implan dental pendek dengan pitch lebih pendek dan kedalaman ulir lebih dalam memiliki stabilitas primer yang lebih baik pada tulang dengan densitas D4.Item Perbedaan Kekasaran Permukaan Zirkonia Setelah Perlakuan Sandblasting, Etsa Asam Hidroflorik dan Kombinasi(2022-01-04) NOVI SAGITA RIZKY; Rasmi Rikmasari; Setyawan BonifaciusZirkonia digunakan sebagai salah satu bahan restorasi prostetik pilihan karena sifat fisik, mekanis, kimia, dan biologis yang baik. Zirkonia memerlukan perlakuan permukaan untuk mendapatkan kekasaran permukaan sebagai retensi dengan bahan semen. Perlakuan permukaan zirkonia dapat secara mekanis, yaitu grinding, sandblasting, dan laser, maupun secara kimia yaitu silane dan etsa asam. Kombinasi perlakuan permukaan secara kimia dan mekanis dapat meningkatkan kekasaran permukaan sehingga ikatan dengan semen resin juga meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan zirkonia setelah perlakuan sandblasting, etsa asam hidroflorik, dan kombinasi. Dua puluh lima zirkonia berbentuk lempeng berukuran 10x10x2 mm, dibagi dalam 5 kelompok, Kelompok 1 dengan perlakuan permukaan sandblasting saja; Kelompok 2, dengan sandblasting kemudian etsa asam hidroflorik 9,5% pada suhu 250C selama 60 menit; Kelompok 3, sandblasting kemudian etsa asam hidroflorik 1000C selama 1 menit; Kelompok 4, etsa asam hidroflorik 9,5% pada suhu 250C selama 60 menit; dan Kelompok 5, etsa asam hidroflorik 1000C selama 1 menit. Sampel dibersihkan dengan ultrasonic cleaner, kemudian diuji kekasaran permukaannya menggunakan alat uji profilometer. Data diuji dengan uji Anova dan uji T-test Hasil uji profilometrik menunjukkan kekasaran permukaan tertinggi terdapat pada kombinasi sandblasting dengan etsa asam hidroflorik 9,5% pada suhu 250C selama 60 menit dan yang paling rendah pada etsa asam hidroflorik 9,5% pada suhu 1000C selama 1 menit. Analisis statistik Anova p-value<0,05 (8,4051 x 10-12) menunjukkan bahwa karakter uji signifikan. Simpulan penelitian ini yaitu kombinasi perlakuan permukaan (sandblasting dengan etsa asam hidroflorik) menghasilkan kekasaran permukaan yang lebih tinggi. Lamanya waktu pengetsaan mempengaruhi peningkatan kekasaran permukaan zirkonia.