PERAN VITAMIN D PADA PROPORSI SEL DAN EKSPRESI HLA-DR MONOSIT INTERMEDIA PENYANDANG THALASSEMIA-BETA MAYOR YANG DISTIMULASI Mycobacterium Tuberculosis
No Thumbnail Available
Date
2018-11-03
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Kombinasi anemia dan transfusi darah seumur hidup pada pasien thalassemia-β mayor dapat berujung pada akumulasi zat besi. Makrofag yang berperan ganda, selain sebagai sentral pada regulasi zat metal reaktif toksik ini di tingkat seluler, juga sebagai sel imun bawaan, apabila terdapat disregulasi zat besi dapat menimbulkan kelainan respons imun, sehingga mereka rentan terhadap infeksi. Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi memudahkan pasien dengan kelainan genetik hemoglobin ini terinfeksi iron-loving bacteria, Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Monosit sebagai pra-makrofag membentuk subset monosit aktif intermedia (CD14++CD16+) pro-inflamasi yang mengekespresikan HLA-DR untuk aktivasi sistem imun adaptif. Adanya integrasi sinyal reseptor vitamin D dan sistem imun monosit memberikan peluang modulasi respons yang optimal.
Suatu studi potong lintang observasi laboratorium yang mengaplikasikan flow cytometry, dilakuan untuk mengetahui status kecukupan vitamin D, sekaligus mengetahui hubungan proporsi sel serta ekspresi HLA-DR subset monosit intermedia dengan kadar vitamin D [25(OH)Vit.D dan 1,25(OH)2Vit.D] dan feritin, yang secara ex vivo distimulasi antigen Mtb. Studi ini mengikutsertakan 58 pasien thalassemia-β mayor yang berkunjung ke Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada Februari-Maret 2018. Uji beda Wilcoxon dan korelasi Spearman dengan P < 0,05 digunakan untuk menganalisis kemaknaan hasil studi.
Defisiensi dan insufisiensi vitamin D didapatkan pada 85% dan 5% populasi penyandang thalassemia-β mayor, sementara 12% adalah normal. Terdapat perbedaan bermakna pada proporsi sel subset monosit intermedia antara sebelum dan setelah stimulasi Mtb [20.8% (6.13-38.8) vs. 22.8% (11.5-51.8); P = 0.0002]. Korelasi negatif antara kadar vitamin D dan populasi subset monosit intermedia sebelum dan setelah stimulasi Mtb yang signifikan juga ditemukan pada studi ini [(P=0.005, r=-0.32) vs. (P=0.01, r=-0.36) dan (P=0.05, r=-0.25) vs. P=0.01, r=-0.33)]. Walaupun tidak signifikan, terdapat penurunan ekspresi HLA-DR pasca stimulasi Mtb. Tidak terdapat korelasi bermakna antara kadar vitamin D dan ekspresi HLA-DR pada studi ini. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar feritin dan proporsi sel serta ekspresi HLA-DR subset monosit intermedia sebelum dan setelah stimulasi Mtb.
Penyandang thalassemia-β mayor dengan hiperferitinemia dan defisiensi vitamin D, adanya peningkatan proporsi monosit pro-inflamasi, (CD14++CD16+) yang tidak sejalan dengan ekspresi HLA-DR pasca stimulasi Mtb menunjukkan suatu kelainan respons imun seluler bawaan dan adaptif monosit terhadap pajanan infeksi, khususnya oleh Mtb. Adanya integrasi sistem transduksi sinyal respons imun monosit dan metabolisme vitamin D, studi ini memberikan landasan ilmiah awal akan peran penting imunomodulasi vitamin D pada respons pro-inflamasi monosit intermedia (CD14++CD16+). Penelitian selanjutnya mengenai sistem transduksi sinyal efektor monosit serta aktivasi reseptor vitamin D perlu dilakukan untuk pembuktian lebih lanjut peran vitamin D pada inflamasi persisten penyandang thalassemia-β mayor.
Description
Keywords
thalassemia-β mayor, vitamin D, monosit intermedia