Konflik dan Harmoni: Sipatahoenan di Bawah Tiga Pemimpin Redaksi, 1924-1942

Abstract

Tesis ini bertujuan mendeskripsikan dinamika koran Sipatahoenan di bawah tiga pemimpin redaksinya dan bagaimana sebuah koran partisan berbahasa Sunda yang juga corong organisasi kesundaan Paguyuban Pasundan dapat bersaing dengan koran berbahasa Belanda dan Melayu pada masa Pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan dua pemimpin redaksinya dianugerahi penghargaan perintis pers nasional. Tesis ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Metode ini memungkinkan peneliti menulis deskriptif kronologis mengenai perjalanan sejarah Sipatahoenan dan para pemimpin redaksinya. Tesis ini juga menggunakan teori fungsi konflik dari Lewis A. Coser yang tepat untuk mengungkapkan dan menganalisis bagaimana para editor ini mengelola konflik bagi kemajuan Sipatahoenan. Hasil kajian menemukan, kiprah dua pemimpin redaksi Sipatahoenan, Bakrie Soeraatmadja dan Mohamad Koerdie, dengan caranya masing-masing, memang layak dianugerahi gelar perintis pers nasional. Dipandang dengan kacamata Coser, Sipatahoenan terampil mengelola konflik internal dan eksternal. Tekanan dari Pemerintah Hindia Belanda dan koran pesaingnya (out-grups), memperkuat in-group ikatan Sipatahoenan. Berbagai konflik ini secara positif menjadi pemicu Sipatahoenan untuk berkembang dan menciptakan harmoni. Namun pada zaman pendudukan Jepang tekanan out-group terlalu kuat dan ikatan in-group tak mampu menahannya. Tak lama setelah Jepang berkuasa pada tahun 1942, Sipatahoenan pun berhenti terbit.

Description

Keywords

Sipatahoenan, Soetisna Sendjaja, Bakrie Soeraatmadja

Citation

Collections