awal mulanya budaya malu dan perkembangannya hingga era heisei

dc.contributor.advisorPuspa Mirani Kadir
dc.contributor.advisorTidak ada Data Dosen
dc.contributor.authorFERDHY PRANANDA S
dc.date.accessioned2024-06-11T06:47:33Z
dc.date.available2024-06-11T06:47:33Z
dc.date.issued2012
dc.description.abstractPenelitian ini mengkaji mengenai budaya malu dan perkembangannya serta apa positif dan negatif yang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari sebagai pedoman hidup atau sebagai pengontorl perilaku pribadi. Budaya malu sendiri merupakan asal muasal identitas yang membentuk kepribadian dan kedisiplinan orang Jepang. Penelitian ini mengacu kepada teori Ruth Benedict (1982) dan Sakuta Keichi (1967) sebagai sumber mengenai bagaimana budaya malu dapat dipahami oleh orang awam, dan menggunakan teori perubahan sosio kultur Yehudi A.Cohen dan Schoorl (1983) serta didukung dengan teori Modernisme Chris Barker (2003) sebagai pembanding budaya malu zaman dahulu dan modern dengan menggunakan metode deskritif analisis. Budaya malu dalam penelitian ini lebih cenderung tergolong ke bentuk naimenteki atau rangsangan dari dalam. Di Jepang budaya malu banyak mengalami perubahan karena adanya globalisasi sehingga dapat terkikis sesuai dengan berjalannya waktu dan adanya budaya asing yang masuk secara bertahap ke Jepang.Sebenarnya budaya ini sangat bagus jika dapat diaplikasikan oleh negara lain namum begitu budaya menghukum diri sendiri tidak sampai harus bunuh diri termasuk seppuku atau yang lebih kita kenal dengan harakiri
dc.identifier.urihttps://repository.unpad.ac.id/handle/kandaga/180610120101
dc.subjectbudaya malu
dc.subjectshame culture
dc.subjectseppuku
dc.titleawal mulanya budaya malu dan perkembangannya hingga era heisei

Files