TREN KOMUNIKASI SELF-DIAGNOSIS BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGIDAP DAN PRAKTISI (Studi Kasus Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan Perspektif Pengidap Gangguan Kesehatan Mental Dan Praktisi Kesehata
No Thumbnail Available
Date
2023-07-04
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Sry Ade Muhtya Gobel, NPM 210120210025, Program Studi Magister
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Dengan
judul tesis “Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan Perspektif Pengidap
Dan Praktisi (Studi Kasus Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan
Perspektif Pengidap Gangguan Kesehatan Mental Dan Praktisi Kesehatan
Mental), Pembimbing utama adalah Dr. Susanne Dida, M.M dan Pembimbing
pendamping Dr. Elnovani Lusiana, M.Si.
Kesehatan mental merupakan topik yang mulai diperbincangkan di
kalangan di kalangan masyarakat. Meskipun begitu, kesadaran dan kepedulian
kesehatan mental hanya berlaku bagi sebagian orang, sedangkan bagi sebagian
orang hal tersebut masih tabu dan memalukan untuk dibahas dan diketahui oleh
orang lain. Namun saat ini, banyaknya informasi kesehatan khususnya kesehatan
mental yang mudah di akses, menimbulkan perilaku self-diagnosis. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif para pengidap gangguan
kesehatan mental dan praktisi kesehatan mental terkait tren komunikasi dalam
self-diagnosis yang terjadi di tengah masyarakat. Mencari tahu apa saja faktor
self-diagnosis, serta upaya pengidap gangguan kesehatan mental dan praktisi
dalam mengomunikasikan kesehatan mental khususnya terkait self-diagnosis
khususnya dalam kajian komunikasi kesehatan.
Hasil yang didapatkan yakni self-diagnosis terjadi melalui beberapa karena
proses. Di awali dengan self-concept seseorang yang membuat dirinya
memutuskan untuk mencari tahu kebenaran akan kondisi dirinya. Hingga akhirnya
memicu seseorang untuk mencari-cari informasi kesehatan. Akan tetapi, pencarian
informasi kesehatan berdampak buruk apabila tidak disertai dengan pertolongan
oleh pihak profesional. Diketahui pula bahwa self-diagnosis terjadi karena
beberapa faktor, baik karena faktor teknologi dan informasi, serta faktor sosial.
Untuk mengomunikasikannya, bagi beberapa pengidap gangguan kesehatan
mental melakukan secara interpersonal dan lainnya memanfaatkan komunikasi
dalam sebuah komunitas/organisasi. Sedangkan praktisi kesehatan mental
melakukannya sesuai dengan bidang ilmu yang mereka pahami, baik secara
formal maupun informal.
Description
Keywords
Self-Diagnosis, Pengidap Gangguan Kesehatan mental, Praktisi Kesehatan Mental