TREN KOMUNIKASI SELF-DIAGNOSIS BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGIDAP DAN PRAKTISI (Studi Kasus Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan Perspektif Pengidap Gangguan Kesehatan Mental Dan Praktisi Kesehata

Abstract

Sry Ade Muhtya Gobel, NPM 210120210025, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Dengan judul tesis “Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan Perspektif Pengidap Dan Praktisi (Studi Kasus Tren Komunikasi Self-Diagnosis Berdasarkan Perspektif Pengidap Gangguan Kesehatan Mental Dan Praktisi Kesehatan Mental), Pembimbing utama adalah Dr. Susanne Dida, M.M dan Pembimbing pendamping Dr. Elnovani Lusiana, M.Si. Kesehatan mental merupakan topik yang mulai diperbincangkan di kalangan di kalangan masyarakat. Meskipun begitu, kesadaran dan kepedulian kesehatan mental hanya berlaku bagi sebagian orang, sedangkan bagi sebagian orang hal tersebut masih tabu dan memalukan untuk dibahas dan diketahui oleh orang lain. Namun saat ini, banyaknya informasi kesehatan khususnya kesehatan mental yang mudah di akses, menimbulkan perilaku self-diagnosis. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif para pengidap gangguan kesehatan mental dan praktisi kesehatan mental terkait tren komunikasi dalam self-diagnosis yang terjadi di tengah masyarakat. Mencari tahu apa saja faktor self-diagnosis, serta upaya pengidap gangguan kesehatan mental dan praktisi dalam mengomunikasikan kesehatan mental khususnya terkait self-diagnosis khususnya dalam kajian komunikasi kesehatan. Hasil yang didapatkan yakni self-diagnosis terjadi melalui beberapa karena proses. Di awali dengan self-concept seseorang yang membuat dirinya memutuskan untuk mencari tahu kebenaran akan kondisi dirinya. Hingga akhirnya memicu seseorang untuk mencari-cari informasi kesehatan. Akan tetapi, pencarian informasi kesehatan berdampak buruk apabila tidak disertai dengan pertolongan oleh pihak profesional. Diketahui pula bahwa self-diagnosis terjadi karena beberapa faktor, baik karena faktor teknologi dan informasi, serta faktor sosial. Untuk mengomunikasikannya, bagi beberapa pengidap gangguan kesehatan mental melakukan secara interpersonal dan lainnya memanfaatkan komunikasi dalam sebuah komunitas/organisasi. Sedangkan praktisi kesehatan mental melakukannya sesuai dengan bidang ilmu yang mereka pahami, baik secara formal maupun informal.

Description

Keywords

Self-Diagnosis, Pengidap Gangguan Kesehatan mental, Praktisi Kesehatan Mental

Citation