PEMBANGUNAN PERKEBUNAN SAWIT DI JAMBI (Studi tentang Konsekuensi terhadap Komunitas yang Berbeda)

Abstract

Deforestasi yang disebabkan oleh ekspansi perkebunan sawit membawa konsekuensi terhadap aspek biofisik maupun aspek sosial-ekonomi terhadap masyarakat sekitarnya. Konsekuensi sosial-ekonomi pada satu pihak dapat memberikan kesejahteraan dan kemampuan untuk bertahan hidup, baik dengan pola mandiri kerjasama maupun pemanfaatan kerja di perkebunan sawit, namun di pihak lain dapat menyebabkan kelompok masyarakat tertentu kehilangan sumber penghidupan. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan konsekuensi sosial-ekonomi ekspansi perkebunan sawit di Provinsi Jambi terhadap empat komunitas setempat, yaitu komunitas Suku Anak Dalam Nomaden, komunitas Suku Anak Dalam Menetap, komunitas Melayu dan Komunitas Transmigran Jawa. Penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed-methods) kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu (concurrent design). Konsekuensi dari pembangunan perkebunan sawit terhadap 4 komunitas yang dikaji dalam penelitian ini meliputi 7 aspek yakni; 1) Mata pencarian hidup; 2) Kepemilikan; 3) Akses terhadap sumber daya alam; 4) Konflik; 5) Pengetahuan lokal; 6) Organisasi; 7) Akses terhadap perkebunan sawit. Beberapa langkah dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan dalam satu waktu. Kedua, mengintegrasikan database untuk saling melengkapi dan melihat apakah ada konvergensi, perbedaan-perbedaan, atau kombinasi; Ketiga, pencampuran (mixing) yang dilakukan pada tahap interpretasi dan pembahasan, pencampuran tersebut dengan meleburkan dua data penelitian menjadi satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspansi perkebunan sawit memberikan konsekuensi berbanding terbalik pada keempat komunitas yang dipelajari. Komunitas SAD terpengaruh secara negatif lebih besar daripada komunitas Melayu dan Transmigran Jawa. Sebaliknya, kedua komunitas yang terakhir mendapat manfaat positif yang lebih besar daripada komunitas pertama. Komunitas Suku Anak Dalam yang hidup berburu, meramu dan menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan telah kehilangan ruang hidup, sumber penghidupan, kepemilikan, pengetahuan lokal dan bahkan identitas. Sementara Komunitas Melayu dan Transmigran Jawa yang memiliki sistem penghidupan berbasis pertanian menetap, mampu menangkap dan memanfaatkan peluang ekonomi yang terbuka seiring dengan berlangsungnya ekspansi perkebunan sawit.

Description

Keywords

Konsekuensi Sosial-ekonomi, Perkebunan Sawit, SAD nomaden

Citation

Collections