BAB PAMURTADAN
No Thumbnail Available
Date
2013-07-22
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Bab Pamurtadan “Nadom Panyinglar Kamurtadan”: Rekonstruksi Teks dan Terjemahan, bertujuan merekonstruksi serta menganalisis naskah Bab Pamurtadan melalui kasus-kasus salah tulis yang terjadi dalam teks tersebut, dan skripsi ini menyajikan sebuah suntingan teks yang bebas dari kasus-kasus salah tulis sehingga mendapatkan suatu kesatuan teks yang utuh. Menyajikan terjemahan teks dalam bahasa Indonesia agar mudah dipahami pembaca, serta fungsi naskah Bab Pamurtadan di masyarakat.
Naskah yang dikaji memiliki judul umum yakni Bab Pamurtadan (yang kemudian disingkat BP). Terdapat dua naskah yang dijadikan objek kajian penelitian. Yang pertama, berasal dari seorang ulama yang biasa dipanggil Ang Didi di RT/RW 02/01 Dusun Cigoong, Desa Sirnabaya, Kec. Rajadesa, Kab. Ciamis; dan yang satu lagi berasal dari seorang teman, yakni Muhammad Azlan tinggal di RT/RW 01/01 Dusun Cigoong, Desa Sirnabaya, Kec. Rajadesa, Kab. Ciamis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis komparatif. Metode kajian teks didasarkan pada naskah jamak (codex multus) dengan terapan metode landasan. Dalam upaya pengkajian naskah, transliterasi, perbandingan teks, metode edisi teks dipergunakan teori yang dikemukakan oleh Baried, dkk (1985), pendeskripsian naskah dipakai pendapat dari Darsa (2011), kasus-kasus salah tulis yang dikemukakan oleh Reynold dan Wilson (dalam Suryani, 2012) dengan perbaikan berdasar lima parameter dari Robson (1994), serta Jones (dalam Robson, 1994) mengenai langkah-langkah suntingan teks. Penerjemahan mengacu kepada teori Catford (dalam Djajasudarma, 1988).
Teks BP disajikan dalam bentuk puisi pupujian atau nadom dengan menggunakan aksara pegon berbahasa Sunda. Isinya menerangkan hal-hal apa saja yang dapat memurtadkan umat Islam. Secara redaksional terdapat beberapa perbedaan yang tidak terlalu besar. Perbedaan tersebut terjadi akibat dari kasus-kasus salah tulis yang meliputi empat kasus salah tulis, yakni: substitusi, omisi, adisi, dan transposisi. Dengan presentase yang tertinggi adalah kasus adisi atau penambahan (38,10%). Hal ini bisa disebabkan mungkin penyalin beranggapan huruf, suku kata atau silaba, dan kata di beberapa padalisan tidak pas dengan pola pupujian atau nadom yang berkembang di daerah sekitar, bisa juga dikarenakan apabila metode penyalinan yang dipakai menggunakan sistem dikte.
Rekonstruksi dan terjemahan teks ditulis sesuai dengan pola yang ada di dalam kedua naskah yang memuat teks BP tersebut, namun diambil pola metrum yang mayoritas digunakan dalam kedua naskah itu yakni satu pada terdiri dari dua padalisan dengan gurulagu a-a.
 
Description
Keywords
Keagamaan, Seni, Syair