LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUGAMPING FORMASI PACIRAN BAGIAN BAWAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK GEOKIMIA DAN MIKROFASIES DI AREA WATUPUTIH, REMBANG, JAWA TENGAH
No Thumbnail Available
Date
2023-06-26
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Batugamping berumur Pliosen dari Formasi Paciran bagian bawah yang tersingkap di wilayah Rembang Tengah sangat menarik untuk dikaji. Pengukuran stratigrafi rinci dengan skala 1:100 dengan total ketebalan batugamping 57,6 meter. Analisa mikrofasies menggunakan sayatan tipis menghasilkan 3 SMF (Standart Microfacies) yaitu burrowed biocklastic wackestone (SMF 9), bioclastic packstone with skeletal grain (SMF 10), dan rudstone abundant with algae/foraminifera (SMF18) dengan zona fasies (FZ) 7 dan 8 yaitu lingkungkan pengendapan pada paparan laguna dengan sirkusi pada lautan terbuka kemudian berubah menjadi paparan laguna tertutup.
Dijumpai 6 spesies foraminifera bentik besar yaitu : Amphistegina, Alveolina, Cycloclypeus Heterostegina, Lepidocyclina dan Operculina. Kemunculan akhir dari Lepidocyclina. mengindikasikan batugamping terbentuk pada Pliosen Awal. Pengeplotan persentase kumpulan foraminifera pada Diagram Hallock mendapatkan hasil batugamping Formasi Paciran terendapkan pada lingkungan open platform, kemudian mengalami perubahan pendangkalan kearah sand shelf. Cekungan kembali mendalam diikuti dengan kembalinya lingkungan pengendapan di open platform.
Analisa geokimia batuan berupa oksida utama menyebutkan adanya korelasi positif antara CaO dan LOI yang mengindikasikan bahwa batuan memiliki kandungan material organik/karbonat yang melimpah. Persentase kehadiran oksida pengotor pada batuan karbonat seperti SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 dijumpai dengan jumlah yang minimal mengindikasikan pada saat pembentukan batugamping sedikit mendapat pengaruh dari material detritus. Rasio Ca/Mg menunjukkan batugamping Paciran di lokasi penelitian masuk dalam kelompok pure limestone yang terbentuk pada cekungan jauh dari garis pantai. Nilai positif pada anomaly Ce menunjukkan air laut pada fase regresi dimana muka air laut turun. Anomali muka air laut berbeda dengan kurva eustasy global disebabkan oleh adanya tektonik local yang bekerja mendangkalkan cekungan. Rekonstruksi paleomorfologi menunjukkan bahwa tinggian berada di bagian utara dan selatan dari lokasi pengukuran stratigrafi. Cekungan pengendapan merupakan cekungan local yang terbentuk karena system patahan geser yang menghasilkan bentukan horst dan graben dimana karbonat dapat berkembang.
Description
Keywords
Paciran, Mikrofasies, Foraminifera Bentonik