S2 - Magister
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Magister by Author "Ambrosius Purba"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KESEIMBANGAN ENERGU DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA KELOMPOK USIA 60-69 TAHUN dan 70-79 TAHUN GURU BESAR UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG(2017-04-26) JUWITA NINDA; Leonardo Lubis; Ambrosius PurbaABSTRAK Jumlah lansia di seluruh dunia dan Indonesia mengalami peningkatan, kenaikan angka kesakitan lansia hingga 25,05%. Kurangnya aktivitas lansia menurunkan derajat kebugaran lansia. Meningkatnya angka kesakitan tersebut, disebabkan pula oleh kurangnya aktivitas fisik pada lansia yang mengakibatkan penurunan derajat kebugaran. Selain aktivitas fisik, derajat kebugaran jasmani didukung pula oleh keseimbangan energi antara lain: Body Mass Index (BMI), tanda sindrom metabolik, TEE dan asupan makan yang tepat. Kebugaran jasmani sangat diperlukan pada setiap lansia termasuk Guru Besar di Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan keseimbangan energi dengan kebugaran jasmani pada kelompok usia 60-69 tahun dan 70-79 tahun Guru Besar Universitas Padjadjaran. Penelitian deskriptif analitik dengan desain Chi Square dan Regresi Binary Logistik dilakukan pada 57 orang subjek penelitian setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu lansia muda (60-69 tahun) dan lansia tua (70-79 tahun). Data aktivitas fisik didapatkan dengan menggunakan Global Physical Activity Questionairre (GPAQ). Data keseimbangan energi terdiri dari: BMI, tanda sindrom metabolik, Total Energi Ekspenditur (TEE) dan asupan makan dengan teknik wawancara food recall 24 jam berupa pengukuran makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Data kebugaran jasmani didapat dari tes jalan 6 menit (TJ6M). Selanjutnya data dianalisis dengan Chi Square (p0,05). Secara deskriptif, kebugaran jasmani Guru Besar Universitas Padjadjaran kelompok usia 60-69 tahun berada pada kategori kebugaran jasmani pria yang tidak bugar (x̄ 419,44 ± SD 75,58 meter), sedangkan yang bugar (x̄ 587,56 ± SD 48,10 meter). Pada lansia wanita yang tidak bugar (x̄ 422,90 ± SD 29,46 meter) dan lansia wanita bugar (x̄ 525,00 ± SD 24,33 meter). Pada kelompok usia 70-79 tahun berada pada kategori kebugaran jasmani pria yang pria yang bugar (x̄ 512,86± SD 25,36 meter) dan tidak bugar (x̄ 383,34 ± SD 74,70 meter) dan lansia wanita bugar (x̄ 537,00 ± SD 0,00 meter) dan tidak bugar (x̄ 350,25 ± SD 27,79 meter). Hasil analisis regresi Binary Logistik menunjukkan bahwa odd ratio (OR) kategori usia (OR 0,149), TEE (OR 0,151) Sedangkan tingkat kepercayaan persentase keseluruhan terhadap variabel terikat kebugaran jasmani sebesar 73,7 %. Simpulan penelitian ini adalah kebugaran jasmani Guru Besar Universitas Padjadjaran masih bugar. Faktor usia dan TEE memiliki kontribusi terhadap kebugaran jasmani pada kelompok usia 60-69 tahun dan 70-79 tahun Guru Besar Universitas Padjadjaran. Kata Kunci: Aktivitas fisik, asupan makan, BMI, Sindrom Metabolik, Guru Besar, kebugaran jasmani, TEE ABSTRACT The number of elderly in the world and Indonesia have increased, the increase in morbidity elderly up to 25.05%. Lack of fitness activity demoting elderly. The increasing number of morbidity, caused also by the lack of physical activity in older adults resulting in decreased fitness degree. Besides physical activity, physical fitness support by the energy balance include: Body Mass Index (BMI), a sign of metabolic syndrome, TEE and proper food intake. Physical fitness must in each of the elderly, including professor at Padjadjaran University. The purpose of this study was to determine the association between physical activity and energy balance with physical fitness in the age group 60-69 years and 70-79 years among Professor Universitas Padjadjaran. Descriptive, analytic design with Chi Square and Binary Logistic regression do on 57 subjects research after fulfilling the inclusion and exclusion criteria, which divide into two age groups, young elderly (60-69 years) and old elderly (70-79 year). Physical activity data got using the Global Physical Activity questionnaire (GPAQ). Data energy balance comprises: BMI, a sign of metabolic syndrome, total energy expenditure (TEE) and the intake of food by interviewing a 24-hour food recall form of measurement of macronutrients are carbohydrates, fats and proteins. Data got from tests of physical fitness road 6 minutes (TJ6M). The data analyze by chi-square (p 0.05). Descriptively, the physical fitness of Universitas Padjadjaran Professors of 60-69 year old age group is in the category of men`s unfit physical fitness (x̄ 419.44 ± SD 75,58 meters), while the fit (x̄ 587,56 ± SD 48,10 meters ). In elderly women who are not fit (x̄ 422.90 ± SD 29.46 meters) and elderly females fit (x̄ 525.00 ± SD 24.33 meters). In the age group 70-79 years are in the category of physical fitness of man man fit (x̄ 512.86 ± SD 25.36 meters) and do not fit (x̄ 383.34 ± SD 74.70 meters) and elderly women fit (x̄ 537.00 ± SD 0.00 meters) and not fit (x̄ 350.25 ± SD 27.79 meters). The result of Binary Logistic regression analysis showed that odd ratio (OR) category of age (OR 0,149), TEE (OR 0,151) meanwhile total confidence level percentage to physical fitness boundary variable equal to 73,7%. Taken together Professors of Universitas Padjadjaran physical fitness is still fit and. Nonetheless, age and TEE have contributed to the physical fitness of the age group 60-69 years and 70-79 years Professor of Universitas Padjadjaran. Keywords: Physical activity, food intake, BMI, Metabolic Syndrome, Professor, physical fitness, TEE.Item KORELASI ANTARA BDNF PLASMA DENGAN MORFOLOGI OTOT DAN TRIGLISERIDA DALAM PENGARUH LATIHAN AEROBIK(2021-08-30) RIZKI PERDANA; Leonardo Lubis; Ambrosius PurbaAktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan derajat kebugaran jasmani yang rendah dan meningkatkan risiko cedera otot serta penyakit pembuluh darah. Kekuatan otot dipengaruhi oleh jumlah serat otot yang dapat ditingkatkan melalui aktivitas miokin, salah satunya adalah brain-drived neurotrophic factor (BDNF). Olahraga yang merupakan jenis dari aktivitas fisik yang terukur adalah salah satuf aktor yang berperan dalam peningkatan BDNF. Pembentukan aterosklerosis sebagai penyebab penyakit pembuluh darah dapat ditinjau dari tingkat trigliserida dalam darah yang dapat diturunkan oleh olahraga dan berhubungan dengan kadar BDNF plasma. Literatur review ini bertujuan untuk menentukan intensitas olah raga yang tepat guna meningkatkan BDNF di dalam darah, dan hubungan keduanya dengan perubahan morfologiotot serta kadar trigliserida dalam darah. Pencarian dilakukan pada bulan April 2020 dan artikel diseleksi berdasarkan pokok bahasan, dan tahun publikasi. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan peningkatankadar BDNF di dalam darah melalui intervensi olahraga berbagai intensitas kecuali pada olah raga intensitas berat. Peningkatan kadar BDNF plasma memiliki korelasi dengan penurunan trigliserida dalam darah. Indikator perubahan morfologi otot belum banyak diteliti. Literatur ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam melakukan pemeriksaan kadar BDNF di dalam darah melalui olahraga yang tepat sehingga menunjang terhadap upaya pencegahan melalui peningkatan derajat kesehatan.