S2 - Magister
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Magister by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 94
Results Per Page
Sort Options
Item Studi Evaluasi Penyuluhan Kesehatan pada Program Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Bandung Terkait Dengan Perubahan Kesiapan Perilaku Berisiko Kesehatan Berdasarkan Transtheoretical Mode(2011) SUPRIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenFenomena perilaku merokok dan minum minuman beralkohol anak jalanan di Kota Bandung berdampak terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan, pencernaan dan risiko tinggi terhadap gangguan kejiwaan. Upaya peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran anak jalanan melalui penyuluhan kesehatan telah dilakukan tetapi perilaku berisiko kesehatan anak jalanan di Kota Bandung masih tinggi, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan terkait dengan kesiapan perubahan perilaku berisiko kesehatan anak jalanan berdasarkan transtheoretical model. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan, menganalisis perbedaan kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol sebelum dan tiga bulan sesudah penyuluhan kesehatan pada anak jalanan di Kota Bandung dengan menggunakan transtheoretical model. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran kualitatif dan kuantitatif yaitu concurrent embedded. Subyek dan obyek penelitian ini adalah pejabat Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk anak jalanan Kota Bandung. Pada tahap kualitatif yaitu mengevaluasi kegiatan penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung. Pada tahap kuantitatif menganalisis dampak dari penyuluhan kesehatan terhadap kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol kelompok sasaran. Hasil dari 29 sampel yaitu anak jalanan yang merokok dan minum minuman beralkohol dan terpapar penyuluhan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kesiapan perubahan perilaku merokok pada tahap action (p = 0,004) dan maintenance (p = 0,013), sedangkan untuk tahap precontemplation, contemplation dan determination tidak terdapat perubahan (p > 0,05). Perilaku minum minuman beralkohol, terdapat perbedaan kesiapan perubahan perilaku pada tahap action (p = 0,001) dan Maintenance (p = 0,002), sedangkan untuk tahap precontemplation, contemplation dan determination tidak terdapat perubahan (p >0,05). Simpulan bahwa penyuluhan kesehatan pada program pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan tidak meningkatkan kesiapan perubahan perilaku merokok dan minum minuman beralkohol pada tahap precontempelation, contempelation dan determination, tetapi merubah tahap action dan maintenance. Seiring dengan pembangunan kesehatan kepedulian terhadap anak jalanan penting untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan perilaku berisiko kesehatan dengan pendekatan sesuai dengan latar belakang keluarga dan pendidikan. Kata kunci: anak jalanan, penyuluhan kesehatan, transtheoretical modelItem Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Asuhan Kebidanan IV STIKes Cirebon(2011) NORMA MARDIANI; Insi Farisa Desy Arya; Oki SuwarsaPembelajaran dengan pendekatan Teacher Centered Learning paling umum diterapkan di institusi pendidikan. Model pembelajaran ini kurang melibatkan peserta didik, sehingga pembelajaran tidak efektif dan mempengaruhi prestasi belajarnya. Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan peserta didik selama melaksanakan perkuliahan. Untuk itu, perlu adanya pola pembelajaran yang merangsang peserta didik aktif memahami pembelajaran teori melalui pembelajaran empirik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio. Tujuan penelitian menganalisis model pembelajaran berbasis portofolio dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar, model pembelajaran berbasis portofolio dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar 0.05), nilai rata-rata hasil belajar portofolio 3.37 dan konvensional 3.29. Simpulan hasil penelitian ini model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar, model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar <3, model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada kelompok prestasi belajar ≥3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan variabel moderator, seperti gaya berpikir, intelektualitas majemuk serta memperbanyak jumlah sampel penelitian, rancangan eksperimen yang lebih kompleks, waktu penelitian yang lebih lama. Selain itu, peranan peserta didik, pengajar dan institusi pendidikan yang saling menunjang dalam menumbuhkan minat dan kreatifitas peserta didik.Item ERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULAR PASCABEDAH KATARAK FAKOEMULSIFIKASI PADA KELOMPOK SUDUT BILIK MATA DEPAN TERTUTUP DAN SUDUT BILIK MATA DEPAN TERBUKA(2012-08-13) RAKHMA INDRIA HAPSARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Perubahan ketebalan lensa akibat katarak senilis dapat mengakibatkan hambatan pada jalur aliran akuos. Salah satu mekanisme penurunan tekanan intraokular pascabedah katarak ialah laju aliran akuos yang meningkat akibat peningkatan kedalaman bilik mata depan. Peningkatan kedalaman bilik mata depan memiliki korelasi positif dengan pelebaran sudut bilik mata depan pascabedah katarak, serta kedalaman bilik mata depan memiliki korelasi positif dengan penurunan tekanan intraokular pascabedah katarak. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan penurunan tekanan intraokular pascabedah katarak pada kelompok sudut bilik mata depan tertutup dan kelompok sudut bilik mata terbuka. Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan desain pre-post test. Subjek penelitian sebanyak 26 mata dari 26 orang penderita, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 13 mata pada kelompok dengan sudut bilik mata depan tertutup dan 13 mata pada kelompok dengan sudut bilik mata depan terbuka. Subjek dipilih berdasarkan urutan datang penderita yang akan dilakukan operasi katarak teknik fakoemulsifikasi di Unit Katarak dan Bedah Refraktif Rumah Sakit Mata Cicendo periode Maret hingga Juni 2012, dan akan diambil data tekanan intraokular pascabedah pada saat pemantauan minggu ketiga pascabedah. Penilaian sudut bilik mata depan prabedah dilakukan dengan menggunakan lensa gonio Sussman 4mirror. Penilaian tekanan intraokular pra dan pascabedah dilakukan dengan menggunakan alat ukur tonometri aplanasi Goldmann. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji t untuk perbandingan penurunan tekanan intraokular pra dan pascabedah antara kedua kelompok sudut yang berbeda. Terdapat perbedaan penurunan tekanan intraokular secara bermakna lebih besar pada kelompok sudut bilik mata depan tertutup (19,6%) dibandingkan dengan kelompok sudut bilik mata depan terbuka (11,3%) dengan nilai p=0,022. Simpulan dari penelitian ini ialah perbedaan penurunan tekanan intraokular pascabedah katarak fakoemulsifikasi lebih besar terjadi pada kelompok sudut bilik mata depan tertutup dibandingkan dengan kelompok sudut bilik mata depan terbuka prabedah. Kata Kunci: Gonioskopi, katarak senilis, pascabedah fakoemulsifikasi, sudut bilik mata depan, tekanan intraokular. ABSTRACT Age-related changes in senile cataract included increasing crystalline lens thickness, causing resistance to aqueous humor outflow. Intraocular pressure reduction after phacoemulsification surgery was due to increase in anterior chamber depth leading to better outflow facility. Previous studies found that increased anterior chamber depth had a positive correlation with the widening of the anterior chamber angle and decreased of intraocular pressure after cataract extraction. The purpose of this study was to compare intraocular pressure reduction after phacoemulsification between angle-closure group and open-angle group. This pre-post test design study comprised 26 eyes of 26 patients. The samples were divided into two groups, 13 eyes with angle-closure and 13 eyes with openangle. Patiens who came to Cataract and Refractive Surgery Unit of Cicendo Eye Hospital and planned to have cataract surgery were recruited consecutively on March until June 2012.These patients were followed-up until three weeks after phacoemulsification surgery The anterior chamber angle was measured before surgery using Sussman 4-mirror goniolens. The intraocular pressure were measured before and after surgery using Goldmann aplanation tonometer. Statistical analysis was done using t test to compare the reduction of the intraocular pressure between the different angle group. Intraocular pressure reduction was statistically significant greater in the angle-closure group (19,6%) compared with open-angle group (11,3%) with p=0,022. It can be concluded that intraocular pressure reduction after phacoemulsification surgery was greater in the angle-closure group compared with open-angle group. Keywords: Anterior chamber angle, gonioscopy, intraocular pressure, phacoemulsification surgery, senile cataract.Item PERAN PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU (Cocos nucifera L.) TERHADAP TEKANAN DARAH, KADAR KALIUM SERUM DAN PROTEIN URIN PADA PASIEN PREEKLAMSI RINGAN YANG MENDAPAT METILDOPA(2012-08-13) NINA AFIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Air kelapa hijau (Cocos nucifera L) memiliki kandungan L-arginin, vitamin antioksidan dan kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemberian air kelapa hijau (AKH) terhadap tekanan darah, kadar Nitrik Oksida (NO) serum , kadar kalium serum dan protein urin pada pasien preeklamsi ringan (PER) yang mendapat metildopa. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental murni, pre dan post test design. Subjek penelitian adalah perempuan hamil yang memenuhi kriteria penelitian. Subjek dibagi atas 3 kelompok (n=10) yaitu Kelompok A : PER yang diberikan air mineral 2x300 mL dan metildopa 3x250 mg, Kelompok B : PER yang diberikan AKH 2x300 mL dan metildopa 3x250 mg serta Kelompok C : kehamilan normal yang diberikan AKH 2x300 mL. Perlakuan dilakukan selama 14 hari. Parameter yang diukur yaitu tekanan darah, kadar NO serum, kadar kalium serum dan protein urin dilakukan pada hari ke-0 (pre test) dan hari ke-15 (post test). Penelitian dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin dan RS Khusus Ibu dan Anak Astana Anyar pada bulan Februari-Juni 2012. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan sangat bermakna pada penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik (p ABSTRACT Green coconut water (Cocos nucifera L.) contain L-arginine, vitamin antioxidants and Potassium. The aim of this study is to determine influence of green coconut water (GCW) to blood pressure, serum NO levels, serum potassium and urine protein levels in patients with mild preeclampsia (MPE) who received methyldopa. This study use true experimental methods, pre and post test design. Subjects were pregnant women who met the study criteria. Subjects were divided into 3 groups (n = 10), based on random per block mutation. Group A: mild preeclampsia (MPE) who received 2x300 mL distilled water and 3x250mg methyldopa. Group B: MPE who received 2x300 mL green coconut water (GCW). and 3x250mg methyldopa. Group C: normal pregnancy who received the 2x300 mL GCW. All member of the group received treatement for 14 days. Parameters measured were blood pressure, serum NO levels, serum potassium levels and urinary protein measured on day-0 (pre test) and day-15 (post test). The study was conducted in dr. Hasan Sadikin Hospital and Astana Anyar Child and Maternity Hospital from February until June 2012. Results : There is highly significant differences in the decrease of systolic and diastolic blood pressure (pItem Pengaruh Predisposing Factor, Enable Factor, Reinforcing Factor, terhadap Praktik Keselamatan Kerja pada Tenaga Kesehatan Dalam Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Wilayah Kota Cilegon Tahun 2011(2012-10-25) FAUZUL HAYAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Upaya keselamatan kerja dalam pengelolaan limbah medis padat merupakan tindakan pengendalian risiko cidera dan infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dan masyarakat dari bahaya kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh predisposing factor, enabling factor, reinforcing factor terhadap praktik keselamatan kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat. Rancangan penelitian ini adalahmixed method (explanatory design) dilaksanakan secara sequensial. Analisis penelitian menggunakan analisis kuantitatif, dilanjutkan dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan faktor predisposing diantaranya pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p enabling seperti ketersediaan dana dan sarana berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p reinforcing mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja (p Disimpulkan bahwa pelatihan, sikap, ketersediaan sarana dan kebijakan yang kurang baik bersama-sama berpengaruh terhadap praktik keselamatan kerja. Diperlukan pelatihan berkelanjutan oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon, sikap dan komitmen pelaksanaan kebijakan yang baik, didukung perbaikan sarana keselamatan kerja sebagai motivasi kerja dan faktor kerja pada tenaga kesehatan dalam pengelolaan limbah medis padat di puskesmas. Kata kunci: enabling, keselamatan kerja, limbah medis padat, predisposing, reinforcing ABSTRACT Safety efforts in the management of solid medical waste is done to control risk of injury and infection performed by all health workers to prevent the onset of health problems, protect workers and the public health hazards. This study aims to determine the influence of predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors of safety practices in health care in the management of solid medical waste. This research used a mixed method (explanatory design) with sequential study. Data were analyzedquantitative analysis, followed by qualitative analysis. The result using show that predisposing factors such as education, training, knowledge and attitudes have an influence on safety practices (p According to the result, it was proven that a lack of training, attitude, facility and policy together has an impact on safety practices for management of solid medical waste in health care facility. It is important to have required continuing education and training, good attitude, commitment tothe implementation ofgood policies,especiallyadequate facilities in addition to motivate health workers in workplace safety practices in the management of solid medical waste. Key words: enabling, predisposing, reinforcing, safety practices, solid medical waste.Item Analisis Indikator Anemia Defisiensi Besi pada bayi dengan ASI Eksklusif dan ASI Predominan di Tanjungsari, Sumedang Jawa Barat(2013) EVA RIANTI INDRASARI; R. Reni Farenia Soedjananingrat; Gaga Irawan NugrahaPemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya agar bayi terlindungi dari anemia defisiensi yang populasinya cukup tinggi pada anak di Indonesia (40 – 58%). Praktek pemberian ASI yang paling sering ditemui di Indonesia adalah pemberian ASI eksklusif dan ASI predominan selama 6 bulan. Pemberian ASI predominan dianggap dapat mengurangi asupan ASI sehingga meningkatkan resiko terjadinya defisiensi besi pada bayi 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan distribusi proporsi defisiensi besi berdasarkan nilai hemoglobin, hematokrit, serta indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC) antara kelompok bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dibandingkan dengan kelompok ASI predominan selama 6 bulan di Tanjungsari.Item PENGARUH GEJALA MENOPAUSE TERHADAP KUALITAS HIDUP WANITA MENOPAUSE DI KOTA CIREBON TAHUN 2013(2014-01-21) LILIEK PRATIWI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta. Paradigma gejala menopause mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Temuan terbaru mengenai gejala menopause, seperti depresi dianggap bukan suatu gejala menopause yang umum terjadi. Gejala vasomotor seperti hot flashes bukan suatu gejala menopause yang dapat berlaku di berbagai negara.Oleh karena itu, perbedaan pengalaman gejala menopause dari berbagai negara menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut dengan pemahaman tentang gejala menopause di Indonesia, khususnya Kota Cirebon. Tujuan penelitian ini untuk pengaruhgejala menopause terhadapkualitashidupwanita menopause di Kota Cirebon Tahun 2013. Jenis penelitian ini menggunakan correlationalsurveymethod. Jumlah sampel untuk penelitian kuantitatif yaitu 110 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis yang digunakan yaitu korelasi rank Spearman. Hasil penelitian kuantitatif yaitu gejala menopause berat mencapai 54,55 % di Kota Cirebon. Gejala menopause berat yang paling banyak dipilih yaitu kekeringan vagina, perubahan dalam gairah seksual, aktivitas seksual dan kepuasan, kelelahan fisik dan mental (menurunnya kinerja secara umum, berkurangnya daya ingat, menurunnya konsentrasi, mudah lupa/pikun), rasa pegal-pegal, nyeri tulang, sakit pada persendian, dan keluhan reumatik.Kontribusi dalam persentase kualitas hidup tersebut didominasi oleh domain psikologis, yaitu sebesar 79,13%, sedangkan kualitas hidup pada domain fisik hanya sebesar 66,73 %. Jadi, domain psikologis memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian kualitas hidup. Hasil analisis korelasi rank spearman, menunjukkan ada pengaruh yang rendah antara gejala menopause dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Cirebon. (p= 0,007) (rs= 0,256). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya dengan melakukan penelitian lebih lanjut pada kualitas hidup wanita menopause di kota lain dan bagi masyarakat hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai hal-hal menopause karena gejala menopause bervariasi pada setiap daerah. Kata Kunci : Gejala Menopause, Kualitas Hidup dan Wanita MenopauseItem PENGARUH MASTIKASI MAKANAN LUNAK DAN KERAS DENGAN AKTIVITAS AEROBIK VOLUNTARY WHEEL RUNNING TERHADAP KEPADATAN NEURON HIPOKAMPUS CORNU AMNONIS 1, DENTATE GYRUS DAN WAKTU TEMPUH TIKUS WISTAR(2014-10-20) KARTIKA INDAH SARI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKemampuan fungsi otak dipengaruhi oleh aktivitas mastikasi dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh mastikasi makanan lunak dan makanan keras dengan aktivitas aerobik voluntary wheel running terhadap kepadatan neuron cornu amnonis 1 (CA1) hipokampus, kepadatan neuron dentate gyrus (DG) serta waktu tempuh uji renang. Studi eksperimental posttest design dilakukan pada bulan Februari-Mei 2014. Sebanyak 24 ekor tikus jantan galur wistar usia 21 hari dengan berat badan antara 70-90 gram dibagi atas 4 kelompok yaitu kelompok mastikasi makanan lunak, kelompok mastikasi makanan lunak disertai aktivitas aerobik voluntary wheel running, kelompok mastikasi makanan keras, dan kelompok mastikasi makanan keras disertai aktivitas aerobik voluntary wheel running. Kepadatan neuron CA1 hipokampus dan DG dengan menghitung jumlah neuron menggunakan stereological method menggunakan perangkat lunak Image J1.46r. Sedangkan waktu tempuh berdasarkan waktu yang diperlukan (detik) tikus untuk berenang mencapai platform pada uji renang Morris Water Maze. Analisa data menggunakan SPSS v.22. Hasil penelitian menggunakan uji Anova (p<0,05) dilanjutkan uji perbandingan berganda Duncan (p < 0,05) menunjukkan bahwa mastikasi makanan lunak dengan aktivitas aerobik voluntary wheel running meningkatkan kepadatan neuron (CA1) hipokampus (605,67±95,79 vs 1510,5±149,45), meningkatkan kepadatan neuron dentate gyrus ( 1720,83±584,04 vs 3155,83±237,43) dan mempersingkat waktu tempuh setelah hari ke-4 uji renang (11,21±7,47 vs 4,74 ± 2,97) detik. Sedangkan kelompok mastikasi makanan keras yang disertai aktifitas fisik aerobik voluntary wheel running menurunkan kepadatan neuron CA1: (1291,83±279,16 vs 967,17±123,07), tidak merubah kepadatan neuron DG (1626,00±492,37 vs 1939,67±393,13) dan tidak merubah waktu tempuh setelah hari ke-4 uji renang (4,43±4,63 vs 3,77 ± 1,02) detik. Simpulan dari penelitian adalah mastikasi makanan lunak dengan aktivitas aerobik voluntary wheel running lebih baik dlm meningkatkan kepadatan neuron cornu amnonis 1 hipokampus dan dentate gyrus serta mempercepat waktu tempuh uji renang hari ke-4 dibandingkan dengan mastikasi makanan keras dengan aktivitas aerobik voluntary wheel running pada tikus Wistar.Item PERBEDAAN EFEK INTERVAL TRAINING TIPE CEPAT, INTERVAL TRAINING TIPE LAMBAT DAN CONTINUOUS TRAINING INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN, IL-6 PLASMA DAN NILAI INDEKS LEE PADA TIKUS WISTAR OBES(2014-11-01) ENDANG MULYANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSaat ini obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia, kejadian obesitas berhubungan erat dengan pola makan dan rendahnya tingkat aktivitas fisik, terutama olahraga. Sumber energi utama pada saat olahraga ditentukan oleh intensitas, durasi, dan jenis serabut otot yang dominan digunakan pada saat olahraga. Interval training memiliki dua tipe, yaitu: tipe cepat dan tipe lambat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efek interval training tipe cepat, interval training tipe lambat dan continuous training intensitas sedang terhadap respons molekuler seperti: adiponektin dan IL-6 serta respons fisiologis nilai indeks Lee pada tikus Wistar model obesitas. Subjek penelitian, tikus Wistar jantan model obesitas umur 14-16 minggu (N=28) hasil induksi diet tinggi lemak selama 8 minggu sampai nilai indek Lee >0.30, pakan tinggi lemak dipertahankan selama penelitian. Penelitian ini menggunakan desain posttest-only control group. Respons fisiologis nilai indeks Lee mencerminkan perubahan respons molekuler kadar adiponektin, IL-6, glukosa dan trigliserida plasma. Perlakuan pada subjek penelitian dengan berlari diatas animal treadmill. Perlakuan dikelompokkan: Interval training tipe cepat kecepatan 30 m/menit 15 x 30 detik/1 menit istirahat pada kecepatan 10 m/menit selama 22.5 menit, Interval training tipe lambat kecepatan 20 m/menit 10 x 2 menit/1 menit istirahat pada kecepatan 10 m/menit selama 30 menit, Continuous training intensitas sedang kecepatan 20 m/menit selama 30 menit. Data penelitian berat badan dan nilai indeks Lee dianalisis pre (hari-1) dan post (hari-36), sedangkan data adiponektin (ng/ml), IL-6 (pg/mL), glukosa (mg/dL) dan trigliserida (mg/dL) plasma hari-36 berdasarkan ELISA. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok perlakuan interval training tipe lambat menyebabkan respons fisiologis dan perubahan molekuler seperti adiponektin dan IL-6 yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan interval training tipe cepat, continuous training intensitas sedang dan kontrol, dengan rincian hasil sebagai berikut: kadar adiponektin (9.04 vs 10.27 vs 10.57 vs 7.24 ng/mL, p<0.05), kadar IL-6 (60.29±3.1 vs 54.55±2.1 vs 50.76±4.1 vs 56.36±2.9 pg/ml, p<0.05), kadar glukosa (101.91±7.1 vs 113.63±6.4 vs 144.03±9.0 vs 82.24±5.9 mg/dL, p<0.05), kadar trigliserida (28.07±3.3 vs 34.14±5.7 vs 42.00±4.9 vs 17.34±2.7 mg/dL, p<0.05) dan penurunan nilai indeks Lee (7.3% vs 3.6% vs 6.4% vs 5.2%, p<0.05). Simpulan, kelompok perlakuan interval training tipe lambat lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan interval training tipe cepat dan continuous training intensitas sedang dalam menurunkan kadar adiponektin plasma, meningkatkan kadar IL-6 plasma dan menurunkan nilai indeks Lee pada tikus Wistar obesitas.Item Pengaruh Penggunaan Kursi Persalinan BC-MK15 terhadap Ketidaknyamanan Bidan dalam Pertolongan Persalinan(2015) HANI SUTIANINGSIH; Johanes Cornelius Mose; Tidak ada Data DosenBidan mengalami risiko pekerjaan saat menolong persalinan kala I salah satunya adalah adanya postur kerja yang tidak alamiah, sementara pada kala II dan kala III bidan mengalami ketidakselaran tubuh yang dapat dilihat pada segmen tulang belakang serta adanya ketidakstabilan postur. Postur kerja tidak alamiah bila dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Etiologi gangguan muskuloskeletal sangat rumit dan kontroversial, namun dengan mendeteksi adanya ketidaknyamanan sangat berguna sebagai indikator risiko gangguan muskuloskeletal, sehingga dengan meminimalisir ketidaknyamanan dapat berkontribusi pada penurunan risiko gangguan muskuloskeletal, karena keduanya diketahui berhubungan dengan keterpaparan pada sistem muskuloskeletal oleh beban biomekanik. Pentingnya aspek ergonomi bagi bidan untuk mengurangi ketidaknyamanan tubuh dalam melakukan pekerjaannya sangat didukung oleh adanya sarana yang sesuai seperti kursi persalinan BC-MK15. Penelitian ini bersifat quasi eksperimental dengan jumlah sampel 44 bidan di Puskesmas Garuda, Puter dan Ibrahim Adji Kota Bandung dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling dibagi dua kelompok, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 22 orang. Penilaian skor ketidaknyamanan menggunakan Body Part Discomfort Scale (BPDS). Pengujian statistik untuk melihat perbedaan tingkat ketidaknyamanan antara kelompok perlakuan dengan kontrol menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, sementara untuk melihat pengaruh penggunaan kursi persalinan pada setiap kala persalinan menggunakan nilai RR pada uji Chi-Kuadrat dan untuk melihat tingkat ketidaknyamanan selama pertolongan kala I sampai III diuji dengan uji Mann-Whitney. Nilai kemaknaan ditentukan sebesar p<0,05. Hasil penelitian menunjukan penggunaan kursi persalinan berpengaruh terhadap ketidaknyamanan anggota tubuh kala I, II dan III, sementara untuk ketidaknyamanan seluruh tubuh bidan selama pertolongan persalinan mulai kala I sampai III menunjukan median yang lebih rendah pada kelompok perlakuan dibanding kontrol. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan kursi persalinan BC-MK15 dapat menurunkan ketidaknyamanan bidan saat melakukan pertolongan kala I, II dan III persalinan.Item PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM MELALUI APLIKASI PESAN LINTAS PLATFORM TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR(2015) NIKEN BAYU ARGAHENI; Firman Fuad Wirakusumah; Maringan D. L. TobingMasih tingginya insidensi kanker leher rahim di Indonesia disebabkan oleh karena kesadaran wanita yang sudah menikah/melakukan hubungan seksual dalam melakukan deteksi dini masih rendah (kurang dari 5%). Kunci keberhasilan program pengendalian kanker leher rahim adalah skrining (screening) yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Kesenjangan status sosial ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan terbatasnya kesadaran dan pemahaman wanita usia subur. Peningkatan kapasitas pengetahuan wanita usia subur melalui pendidikan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung penting dilakukan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pendidikan kesehatan dengan memanfaatkan media yang berkembang pesat saat ini seperti melalui aplikasi pesan lintas platform di smartphone. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker leher rahim melalui aplikasi pesan lintas platform terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen pre – post test design with control groups yang dilakukan di Kabupaten Pati dengan subjek Wanita Usia Subur (WUS) yang terdiri dari 72 subjek. Pengumpulan data menggunakan instrumen daftar tilik. Analisis univariabel melalui pemodelan Rasch dan bivariabel menggunakan uji komparatif kategorik numerik, perbedaan menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan nilai p<0,05. Pendidikan kesehatan melalui aplikasi pesan lintas platform berperan meningkatkan pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan nilai RR=3,5. Wanita Usia Subur yang mendapatkan pendidikan kesehatan melalui aplikasi lintas platform mempunyai kemungkinan (probabilitas) 3,5 kali pengetahuan dan sikapnya baik dibandingkan dengan wanita usia subur yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan melalui aplikasi lintas platform. Pendidikan kesehatan melalui layanan pesan lintas platform bisa menjadi metode yang murah dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap wanita usia subur, serta menjangkau individu yang belum pernah melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Studi ini memberikan bukti efektifitas dan kelayakan pesan lintas platform karena bisa mencakup daerah pedesaan yang luas dan mengatasi keterbatasan tempat dan waktu.Item Faktor-faktor Yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) BUDIASIH SUWARNO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah yang sering muncul pada pasien Tuberkulosis (TB) mengingat pengobatan yang dijalani lama dan jumlah obat yang dikonsumsi cukup banyak. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah satu UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) yang melaksanakan upaya penanggulangan TB dengan strategi DOTS. Pada pelaksanaannya program DOTS di RS Dr. Hasan Sadikin masih mengalami beberapa kendala seperti belum adanya ruang edukasi dan konseling khusus untuk pasien, sumber daya manusia (petugas/tim DOTS) yang minim dan pencapaian target program yang belum maksimal yaitu masih tingginya angka default. Penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan terhadap 82 orang responden pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2013. Diteliti pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas menelan obat (PMO), pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan analisis uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat pengaruh bermakna antara faktor pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan pengawas minum obat (PMO) dan pelayanan petugas terhadap ketidakpatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien Poli DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung. Pengaruh pengetahuan, sikap, keyakinan, keberadaan PMO dan pelayanan petugas secara bersama-sama adalah sebesar 22,1% terhadap ketidakpatuhan pasien minum OAT. Ketidakpatuhan berobat pasien TB dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Pemahaman pasien tentang penyakit sangat penting dalam pengelolaan penyakit kronis. Peningkatan pemahaman pasien dapat memengaruhi sikap dimana sikap tergantung dari keyakinan pasien dan pada akhirnya menambah kepatuhan pasien berobat. Kata kunci : ketidakpatuhan, pengetahuan, TB (Tuberkulosis) ABSTRACT Taking non-adherence medication is a problem that often arises in patients with tuberculosis (TB) is undertaken considering long treatment and a lot of drugs consumed. Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung is one of the UPK (Health Services Unit) which implement TB control efforts with the DOTS strategy. The implementation of the DOTS program in the hospital Dr. Hasan Sadikin still having some problems such as the lack of space for education and counseling for patients, human resources (team DOTS) is minimal and the achievement of the program that have not been maximal that high rate of default. The research is observational analytic cross sectional study. The study was conducted on 82 respondents Poli DOTS hospital Dr. Hasan Sadikin patient in December 2013. Researched the influence of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of a treatment supporter (PMO), the service officer for non-adherence taking Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) in patients Poli DOTS RS. Dr. Hasan Sadikin with analysis of chi-square test and multivariate analysis using logistic regression. Research shows there is a significant influence between the factors of knowledge, attitudes, beliefs, the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel to the non-adherence taking anti-tuberculosis drugs in patients Poli DOTS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. The influence of knowledge , attitudes , beliefs , the existence of regulatory taking medication (PMO) and service personnel together is 22.1 % to the non-adherence of patients taking OAT . Noncompliance treatment of TB patients is influenced by several factors that are related to each other . Patient`s understanding of the disease is very important in the management of chronic disease . Improved understanding of the patient may affect the manner in which the attitude depends on the belief of patients and ultimately add to the compliance of patients treated. Keywords: knowledge, non-adherence, TB (Tuberculosis)Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di Klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung(2015-01-28) EGA ROGAYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKepatuhan yang baik terhadap terapi antiretroviral (ARV) sangat dibutuhkan untuk mencapai respon virologis terbaik, menurunkan resiko resistensi obat, serta mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ketidakpatuhan minum ARV dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS yang sudah mendapat konseling sebelumnya di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian menggunakan metode campuran dengan strategi eksploratoris sekuensial. Pada tahap kualitatif dilakukan wawancara kepada 8 reponden untuk mengeksplorasi alasan-alasan mengapa masih terjadi ketidakpatuhan minum ARV. Pada tahap kuantitatif dilakukan penyebaran kuesioner kepada 110 responden dan hasilnya dianalisis dengan uji Multiple Logistic Regression. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa ketidakpatuhan minum ARV pada pasien HIV/AIDS di klinik Teratai RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung dipengaruhi oleh 11 faktor yaitu penghasilan, jarak, biaya terapi, dukungan sosial, obat ARV, efek samping obat, sistem layanan kesehatan, tenaga kesehatan, pengetahuan, sikap dan stigma. Hasil uji Multiple Logistic Regression menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi ketidakpatuhan minum ARV adalah faktor dukungan sosial (OR=6,76) Pemberian konseling kepatuhan ulang, edukasi pada keluarga dan pendamping, dukungan sosial sangat diperlukan untuk membentuk sikap positif pasien HIV/AIDS terhadap pengobatan antiretroviral. Kata kunci : antiretroviral, HIV/AIDS, ketidakpatuhanItem Formulasi Bubuk Udang Rebon pada Menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita 4-5 Tahun di Posyandu Anggrek Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon(2015-04-25) PRIYO SULISTIYONO; Insi Farisa Desy Arya; Dewi Marhaeni Diah HerawatiPrevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik. Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding. Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota CirebonItem ANALISIS PELAYANAN GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT INAP DI RS Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2015-07-29) AHMAD YANI; Gaga Irawan Nugraha; Dewi Marhaeni Diah HerawatiABSTRAK Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat. Penurunan status gizi pasien gagal ginjal kronik di rumah sakit akibat asupan gizi yang tidak adekuat memerlukan perhatian khusus dari tim pelayanan gizi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan gizi pasien gagal ginjal kronik yang rawat inap di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan menggunakan elemen dalam Health Technology Assessment. Desain penelitian ini adalah mixed method dengan strategi concurrent embedded. Pengambilan sampel kualitatif dilakukan secara purposive sampling. Subjek penelitian adalah pihakmanajemen, pelaksana pelayanan gizi serta pasien gagal ginjal kronik. Sampel kuantitatif menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi, diperoleh jumlah sampel 25 pasien. Pengukuran jumlah sisa makanan pasien menggunakan food weighing. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2014. Aspek teknologi pelayanan gizi khususnya asuhan gizi pasien GGK dengan PAGT belum semuanya dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi pasien GGK belum berjalan dengan baik serta belum terprogram dan terjadwal. Kolaborasi Tim Asuhan Gizi belum optimal. Mekanisme penyelenggaraan makanan pasien GGK sudah cukup baik namun porsi makanan belum sesuai standar. Pihak manajemen rumah sakit sudah memberikan dukungan terhadap pelayanan gizi pasien dengan diterbitkanya surat keputusan bersama tentang Tim Asuhan Gizi. Aspek pandangan pasien terhadap mutu pelayanan makanan menunjukkan makanan kurang bervariasi dan cita rasa belum sesuai harapan pasien. Jumlah kerugian biaya dari sisa makanan dalam setahun sebesar Rp18.099.00,00. Aspek teknologi dan aspek organisasi yang kurang baik menurunkan mutu pelayanan makan sehingga menambah jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Pandangan pasien yang kurang baik terhadap mutu pelayanan makanan dapat meningkatkan jumlah sisa makanan dan kerugian biaya. Kata Kunci: gagal ginjal kronik, healthtechnology assessment, pelayanan giziItem Analisis Kompetensi Pedagogik Dosen D-III Kebidanan dalam perencanaan, pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran di provinsi Banten(2015-10-07) RENI NOFITA; Raden Tina Dewi Judistiani; Raden Tina Dewi JudistianiCapaian pembelajaran mahasiswa D-III Kebidanan saat ini cenderung rendah, hal ini teridentifikasi melalui data hasil Uji Kompetensi Bidan Indonesia (UKBI) pada bulan November 2013 terdapat 6.669 peserta namun hanya 3.582 peserta yang dinyatakan lulus (53,5%), meskipun standar nilai batas lulus yang dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) adalah 40,14. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan mutu pelaksanaan proses belajar mengajar. Seiring dengan tuntutan pendidikan, seorang pendidik perlu menguasai kompetensi dalam menyusun strategi-strategi mengajar secara tepat. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses belajar mengajar adalah dengan menggali pengalaman kompetensi dosen D-III Kebidanan dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan melakukan evaluasi proses dan hasil belajar yang telah dilaksanakan selama ini. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman pencapaian kompetensi pedagogik dosen D-III Kebidanan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di Provinsi Banten. Rancangan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan 16 responden. 8 responden dosen dan 8 responden mahasiswa. Proses analisis data meliputi pembuatan catatan lapangan, studi dokumen, transkripsi wawancara mendalam, reduksi, koding, kategorisasi dan interpretasi hasil penelitian. Hasil penelitian di 8 Institusi D-III Kebidanan menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi pedagogik dosen D-III Kebidanan dalam perencanaan pembelajaran dipengaruhi oleh aspek personal dan aspek manajemen institusi. Pencapaian kompetensi pedagogik dosen D-III Kebidanan dalam pelaksanaan pengajaran dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa, jumlah dosen, pendanaan, distribusi jam mengajar dan, pengajaran paralel. Pencapaian kompetensi pedagogik dosen D-III Kebidanan dalam evaluasi pembelajaran dipengaruhi oleh relevansi soal, kompensasi, supervisi institusi dan alokasi waktu.. Kesimpulan pihak pimpinan institusi perlu membuat regulasi terkait hak dan kewajiban dosen, menghitung beban mengajar dosen, menciptakan budaya kerja yang kondusif serta menghitung ratio dosen dan mahasiswa. Pihak dosen perlu memotivasi diri dengan keaktifan, kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam pencapaian kompetensi pedagogik.Item Sistem Proteksi dan Penanggulangan Kebakaran di RSJPD Harapan Kita(2015-10-20) RIZZA ALWHINANTO; Henni Djuhaeni; Sharon GondodiputroUnsur penting pada keselamatan pasien adalah menghindari kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Kejadian kebakaran merupakan salah satu KTD di rumah sakit yang berpotensi menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang sangat mahal. Hasil penelitian terhadap beberapa kejadian kebakaran rumah sakit menunjukkan faktor fisik dan attitude merupakan penyebab utama kejadian kebakaran. KTD kebakaran berulang di RSJPD Harapan Kita apakah disebabkan karena faktor tersebut belum diketahui sehingga menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi kejadian kebakaran melalui pendekatan sistem yaitu input dan proses yang ditinjau dari sarana fisik Suatu penelitian kualitatif dilakukan di RSJPD Harapan kita dengan pendekatan Studi Kasus melalui paradigma Pragmatism. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap 8 informan, studi dokumen dan observasi lapangan. Data dianalisis dengan melakukan koding, kategorisasi, tema dan dilakukan triangulasi sumber serta peer examinations. Prioritas pemecahan masalah melalui Analytical Hierarchy Process/AHP dengan menggunakan software penelitian kualitatif Expert Choice Version 11. Mengacu kepada teori logic model framework hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat kesenjangan faktor input yang terdiri dari masterplan, gambar prarencana dan gambar detail, standar dan pedoman, sarana kelengkapan tapak dan sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan pasif dalam pemenuhan standar sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran yang baru mencapai 79,2%. Dari aspek proses meliputi Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG), pemantauan, pengujian dan pemeliharaan sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran mencapai pemenuhan standar 85% sehingga peningkatan faktor attitude diharapkan dapat membantu mencapai output sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran dengan lebih baik. Pemecahan masalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process/AHP menetapkan sistem kelistrikan rumah sakit sebagai prioritas utama pada intervensi sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran karena telah memenuhi kaidah inconsistency yang dipersyaratkan di bawah 0,1 (i<0,1) yaitu 0,065. Sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran di RSJPD Harapan Kita pada aspek input belum memenuhi standar. Untuk meningkatkan awareness/kepedulian dalam mencegah human error pada sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran yang merupakan masalah attitude dari SDM harus terjadi perubahan paradigma dengan lebih memperhatikan aspek preventif dibandingkan aspek kuratif. Perbaikan faktor kelistrikan merupakan prioritas intervensi yang perlu segera dilaksanakan dan dikembangkan sesuai standar sehingga diharapkan output yang dihasilkan memiliki daya ungkit terhadap peningkatan kualitas sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran di RSJPD Harapan KitaItem Pengembangan Media Praktikum untuk Meningkatkan Keterampilan Mata Kuliah Asuhan Persalinan(2016-01-29) NURUL KODIYAH; Bony Wiem Lestari; Dewi Marhaeni Diah HerawatiABSTRAK Institusi pendidikan bidan perlu membuat suatu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kompetensi lulusannya. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah kompetensi menolong persalinan. Berdasarkan studi pendahuluan, jumlah mahasiswa yang lulus dalam ujian utama ketrampilan asuhan persalinan sedikit padahal telah dilakukan pembelajaran. Analisis terhadap asuhan persalinan perlu dilakukan agar diketahui masalah dan rekomendasi perbaikan pembelajaran secara operasional sehingga meningkatkan skills atau keterampilan dalam menolong persalinan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian operasional, data dan metode analisis yang dipilih adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bersifat interpretivism. Penelitian diawali dengan analisis pembelajaran asuhan persalinan terhadap masalah operasional, tahap selanjutnya adalah mengartikulasikan hambatan tersebut dan mengembangkan model pemecahan masalah, tahap terakhir yaitu validasi atau merekomendasilkan solusi. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok dan observasi serta studi dokumentasi. Analisis data kualitatif meliputi transkripsi, reduksi, koding, kategorisasi dan interpretasi hasil penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2014. Hasil penelitian dari analisis situasi pembelajaran asuhan persalinan, yaitu pada proses perencanaan telah dilakukan perumusan tujuan dan kegiatan serta penyusunan silabus namun rencana pelaksanaan pembelajaran dan panduan praktikum belum dibuat. Proses pelaksanaan pembelajaran praktikum belum sesuai dengan rencana terutama berkaitan dengan metode, media, jadwal dan waktu praktikum. Proses evaluasi penilaian yang dilakukan antara lain responsi, target skill, ujian akhir semester dan ujian ketrampilan. Kendala pembelajaran praktikum terdiri kehadiran dosen, keterbatasan sarana dan prasarana, motivasi dan keaktifan mahasiswa serta alokasi waktu. Pengembangan perencanaan dimulai dari menentukan tujuan dari standar kompetensi, mengembangkan alat evaluasi, menetapkan kegiatan pembelajaran, dan penyusunan panduan praktikum.. Pengembangan pelaksanaan yang ditawarkan antara lain menentukan pre test pelaksanaan praktik, penyampaian pembelajaran sesuai dengan perencanaan, modifikasi media praktikum. Pengembangan post test dilakukan pada ranah psikomotor yang dilakukan dosen melalui pengamatan mulai dari persiapan alat, proses praktikum, hasil dokumentasi, sikap kerja serta waktu yang digunakan. Evaluasi juga dilakukan pada area kognitif dan afektif berupa pembobotan lisan atau responsi (10%), tulis atau pilihan ganda dan essay (30%), portofolio atau makalah dan dokumentasi (20%). Kata Kunci: asuhan persalinan, operational research, pengembangan media praktikum ABSTRACT Health personnel who is qualified in his major or authority is one of supporting action to integrated and comprehensive health efforts. Midwife institution has an important role in preparing midwifes to take care when delivering baby and new born baby. Improving the quality of midwife education can be achieved by improving the quality of learning or research professionally. Practicum learning development is an improvement of learners’ quality which combines cognitive, affective, and psychomotor in the lesson plan. It aims to improve the learning in order to run effectively and efficiently. This current study is qualitative which uses operational research design. The preliminary research was done by analyzing the delivering care, developing problem solving plan, and recommending solution. The data were collected by doing in depth interview, group discussion, observing documentation by selecting the respondents purposively. Qualitative data analysis is done by transcription, reduction, coding, categorizing, and interpreting the result of research. This research is done on October 2014. The results of delivery care learning analysis are on the learning process had been arranged the syllabus and lesson plan except practicum manual. The implementation of practicum learning process was not appropriate with the plan especially related to schedule and practicum schedule. Evaluation assessment process consists of responsiveness, target, mid test and skill test. The obstacles of practicum learning are lecturer present, the limitation of structure and infrastructure, motivation and liveliness students, and practicum time allotment. Development problem solving plan on delivery care learning is to arrange lesson plan of delivery care using learning developing model from instructional structure developing procedure. Recommended implementation developments are pre-test, implementation compatibility with the plan and modification practicum media usage. Learning evaluation development is done comprehensively. Keyword: delivery care, operational research method, practicum developmentItem Peran Penerapan Model Pembelajaran Asuhan Persalinan Kala I dan II Terintegrasi Terhadap Motivasi dan Kompetensi Mahasiswa serta Kepuasan Pasien pada Praktik Klinik Kebidanan(2016-01-30) SRI WAHYUNINGSIH; Setiawan; Hadi SusiarnoTahapan tiap kala persalinan seorang ibu mempunyai permasalahan yang berbeda sehingga membutuhkan asuhan sesuai kebutuhan dan menyesuaikan dimensi fisiologis, psikologis, agama, budaya yang dipadukan dengan kompetensi dasar bidan dalam asuhan persalinan yang diatur dalam peraturan menteri, keputusan menteri dan standar kompetensi bidan. Hal ini menyebabkan perlunya model pembelajaran yang mampu mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang dibutuhkan lulusan bidan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dan utuh. Penerapan model pembelajaran asuhan persalinan kala I dan II terintegrasi diharapkan dapat meningkatkan motivasi, kompetensi yang hendak dicapai dan sesuai harapan masyarakat yaitu memberikan kepuasan pelayanan yang diberikan mahasiswa DIII Kebidanan pada praktik klinik. Metode penelitian menggunakan quasy experimental dengan one group pretest-posstest design. Subjek pada penelitian adalah mahasiswa DIII Kebidanan semester IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, pasien yang diberi asuhan persalinan kala I dan II terintegrasi oleh mahasiswa di tempat praktik klinik masing masing sejumlah 37 responden dan memenuhi kriteria inklusi. Perbedaan motivasi, kompetensi sebelum dan sesudah penerapan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon, uji Rank Spearman untuk menganalisis korelasi motivasi dan kompetensi (pengetahuan, sikap, ketrampilan) dengan kepuasan pasien. Nilai median motivasi dari 52 menjadi 76 dan uji statistik p=0,000 sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran asuhan persalinan kala I dan II terintegrasi. Nilai median pengetahuan dari 50 menjadi 85, sikap dari 60 menjadi 100, ketrampilan dari 60 menjadi 100, masing-masing uji statistika menunjukkan p=0,000, jumlah mahasiswa yang kompeten dari 0 menjadi 24 sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran asuhan persalinan kala I dan II terintegrasi. Korelasi motivasi dan kompetensi (p>0,05), peran kompetensi terhadap kepuasan dengan variabel ketrampilan mempunyai korelasi sedang sebesar 0,567 (r2=32,14%) terhadap kepuasan pasien. Simpulan dalam penelitian ini adalah motivasi dan kompetensi mahasiswa meningkat sesudah penerapan model pembelajaran asuhan persalinan kala I dan II terintegrasi, tidak ada korelasi antara motivasi dengan kompetensi mahasiswa. Kompetensi mahasiswa berperan terhadap kepuasan dengan aspek ketrampilan yang paling berperan terhadap kepuasan pasien pada praktik klinik kebidanan.Item Peran Penerapan Model Pembelajaran Asuhan Persalinan Kala III dan IV Terintegrasi Terhadap Motivasi dan Kompetensi Mahasiswa serta Kepuasan Pasien pada Praktik Klinik Kebidanan(2016-01-30) LASIYATI YUSWO YANI; Gaga Irawan Nugraha; Firman Fuad WirakusumahModel pembelajaran asuhan kebidanan saat ini belum menjawab kebutuhan masyarakat, sehingga diperlukan model pembelajaran alternative untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal komptensi bidan. Model pembelajaran terintegrasi merupakan model pembelajaran yang sistematis dan komprehensif sehingga tujuan penerapan model ini meningkatkan motivasi dan kompetensi mahasiswa dalam praktik klinik kebidanan pada akhirnya diharapkan akan menimbulkan kepuasan pasien pada layanan mahasiswa pada praktik klinik kebidanan. Metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian quasy experiment dengan pre testpost test design. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total populasi dengan subyek penelitian mahasiswa DIII Kebidanan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta semester IV dengan jumlah37 mahasiswa dan ibu postpartum yang persalinan kala III dan IV nya ditolong oleh mahasiswa Analisis uji Wilcoxon untuk menilai perbedaan motivasi dan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Uji Rank Spearman untuk mengetahui korelasi antara motivasi dan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dengan kepuasan pasien, serta Uji Regresi linier untuk menganalisis peran kompetensi terhadap kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan kompetensi meningkat setelah penerapan (p0,05. Kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) berkorelasi terhadap kepuasan p<0,05 pasien dengan variable sikap mempunyai korelasi cukup erat terhadap kepuasan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,687 pada r² determinasi 47,2%. Simpulannya, penerapan model pembelajaran asuhan persalinan kala III dan IV meningkatkan motivasi dan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) mahasiswa. Motivasi tidak berkorelasi terhadap kompetensi mahasiswa, hal ini dapat disebabkan oleh factor mahasiswa, lingkungan keluarga, dan lingkungan pembelajaran. Kompetensi berperan terhadap kepuasan pasien pada asuhan yang diberikan mahasiswa pada praktik klinik kebidanan. Kompetensi yang paling berperan terhadap kepuasan pasien terletak pada aspek sikap