Ilmu Sastra (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Sastra (S3) by Author "ASRI SORAYA AFSARI"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item SAPAAN DI KALANGAN REMAJA SUNDA KOTA BANDUNG: SATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK(2024-01-07) ASRI SORAYA AFSARI; Cece Sobarna; WahyaPenelitian disertasi ini berjudul Sapaan di Kalangan Remaja Sunda Kota Bandung: Satu Kajian Sosiolinguistik. Penelitian berfokus pada analisis: (1) sapaan dan bentuk sapaan yang digunakan oleh remaja Sunda Kota Bandung; (2) faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan sapaan di kalangan remaja Sunda Kota Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menerapkan metode kombinasi (mixed methods). Lokasi penelitian berpusat di Kecamatan Bandung Kulon dan Ujungberung. Teori yang mendasari penelitian berkaitan dengan pemahaman kajian sosiolinguistik mengacu pada pandangan Meyerhoff (2006) juga Wargaudh dan Fuller (2015). Pemahaman sapaan yang berhubungan dengan bentuk sapaan dan variasinya mempertimbangkan teori dari Chaika (1982) dan Wargaudh (2002). Teori untuk mengkaji faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan bentuk sapaan mempertimbangkan teori faktor dan dimensi sosial dari Holmes (2013). Penggunaan ranah sapaan mengacu pada teori ranah yang diajukan oleh Parasher (1980). Data yang dideskripsikan dan dikaji dalam penelitian ini bersumber pada data tulis sebagai data utama yang diperoleh dari kuesioner dengan jumlah responden 256 dan data lisan sebagai data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk sapaan yang digunakan oleh remaja Sunda pada ranah kekeluargaan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nomina lain, nama diri, nama panggilan; ranah ketetanggaan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nama pelesetan, pronomina, nomina lain, dan ragam bahasa gaul; ranah kekariban sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nama pelesetan, pronomina, nomina lain, ejekan, dan ragam bahasa gaul; ranah pendidikan sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pronomina, dan ragam bahasa gaul; ranah transaksi sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pronomina, ragam bahasa gaul, dan kosong dari sapaan (Ø); ranah lapangan kerja sebagai berikut: istilah kekerabatan dalam bahasa Sunda dan non-Sunda, nama diri, nama panggilan, nomina lain, pelesetan, profesi, dan ragam bahasa gaul. Faktor sosial dan dimensi sosial yang memengaruhi pemilihan sapaan adalah faktor latar belakang para penutur, pengaruh lingkungan, status pekerjaan, domisili, usia, penghormatan, kebiasaan, skala jarak sosial, skala satus, dan skala formalitas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja Sunda laki-laki lebih banyak menggunakan variasi bentuk sapaan daripada perempuan. Pada petutur lebih tua, remaja Sunda laki-laki kadang-kadang menyapa dengan nama diri sebagai penanda keakraban, sedangkan remaja perempuan lebih memilih istilah kekerabatan sebagai bentuk penghormatan.