S2 - Magister
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Magister by Author "Aliya Nur Hasanah"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item PENETAPAN KADAR s-phenylmercapturic acid (s-PMA) DALAM URIN SETELAH EKSTRAKSI FASA PADAT DAN DERIVATISASI PRE-KOLOM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI - DETEKTOR FLUORESEN (KCKT-FLD)(2016-10-25) SRI GUSTINI HUSEIN; Muchtaridi; Aliya Nur Hasanahs-phenylmercapturic acid (s-PMA) merupakan metabolit benzene yang spesifik. s-PMA dapat digunakan sebagai biomarker dari paparan benzena tingkat rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan validasi metode analisis kadar s-PMA dalam urin. Penetapan s-PMA urin pekerja yang terpapar benzena dilakukan setelah ekstraksi fasa padat/solid phase extraction (SPE). s-PMA dihidrolisis dalam kondisi basa. Hidrolisat aril-thiol terkonjugasi dengan monobrombimane (MB) selama 15 menit pada pH 8 dalam suhu kamar. Aril-thiol (R-SH) derivat diukur dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) sistem fasa terbalik, menggunakan kolom fenil (100x4,6 mm.I.D, ukuran partikel 5µm), dengan detektor fluoresen. Koefisien panjang gelombang eksitasi dan emisi ditentukan pada 375 dan 480 nm, dengan waktu retensi s-PMA di 2,9 menit. Validasi metode analisis menunjukkan hasil uji linieritas pada rentang 0,1-10 ppb dengan persamaan regresi linier y= 0,079x + 0,023; r = 0,99; uji akurasi dengan rata-rata perolehan kembali 94,64-104,86%; uji presisi dengan koefisien varian 1,17 % - 4,38%. Batas deteksi (LOD) 1,32 ppb; batas kuantifikasi (LOQ) 2,07 ppb; nilai yang diperoleh pada penetapan kadar sampel urin pekerja drilling adalah < 1.32 – 21,93 ppb. s-PMA dalam urin dapat ditentukan menggunakan KCKT-FLD dengan parameter validasi yang tepat. Kata kunci: s-phenylmercapturic acid, urin, benzene, kromatografi cair kinerja tinggi - detektor fluoresen (KCKT-FLD), ekstraksi fasa padat.Item STANDARDISASI EKSTRAK DAN ISOLASI SENYAWA DARI TANAMAN FALOAK (Sterculia quadrifida R.Br) ASAL NUSA TENGGARA TIMUR(2023-08-11) SAMUEL DAVID IMENUEL MAKOIL; Yoppi Iskandar; Aliya Nur HasanahBerbagai penelitian telah dilakukan dalam memanfaatkan tanaman faloak (Sterculia quadrifida R.Br) yang berasal Nusa Tenggara Timur. Salah satu manfaat faloak adalah sebagai antivirus dan berpotensi merangsang respon imun non spesifik. Dalam upaya pemanfaatan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional, perlu diperhatikan kualitas ekstrak yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif dari bahan alam dapat dipengaruhi oleh mutu simplisia. Mutu dapat diartikan sebagai terpenuhinya syarat standar baik secara fisika, kimia dan biologi. Oleh sebab itu, proses standardisasi diperlukan agar dapat menghasilkan ekstrak yang berkualitas sebelum dilanjutkan ke tahap isolasi senyawa aktif. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan parameter non spesifik, parameter spesifik dan isolasi senyawa dari ekstrak etanol kulit batang faloak. Standardisasi telah dilakukan terhadap kulit batang faloak yang diperoleh dari tiga tempat tumbuh yang berbeda yaitu Pulau Semau, Pulau Timor dan Pulau Rote. Hasil standardisasi untuk parameter spesifik menunjukkan organoleptik simplisia berwarna coklat, tidak berbau, rasa sepat dan memiliki tekstur luar tidak rata dengan lekukan asimetris dan bentuk patahan berserabut dan tidak rata. Secara mikroskopik serbuk kulit batang faloak disusun atas epidermis, kumpulan sklereida, serabut sklerenkim, berkas pengangkut penebalan dan sel batu. Hasil penapisan fitokimia, faloak mengandung alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid. Kandungan senyawa larut dalam air (3,67%±0,47-4,67%±0,47), larut dalam etanol (15%±0-36,6%±7,64), dan kadar total flavonoid (27,92%±0,23 – 29,62%±0,88). Hasil untuk parameter non spesifik menunjukkan kadar air (8,9%-9,95%±0,46), kadar abu total (2,83%±0,33-4,2%±0,28), kadar abu tidak larut asam (2,66%±0,29-3,66%±0,29), dan susut pengeringan (0,95%±0,33- 1,18%±0,06). Metode isolasi yang digunakan dimulai dari proses ekstraksi, fraksinasi, kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Hasil identifikasi isolat dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan gelombang dengan spektrum puncak pada panjang gelombang maksimal 272,5 nm yang menunjukkan adanya gugus kromofor terkonjugasi. Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3406,4 cm-1 yang terjadi karena terdapat regangan gugus hidroksil (OH), sebagai akibat dari vibrasi ikatan hidrogen intramolekul. Bilangan gelombang 2937,68 cm-1 menunjukkan regangan gugus C-H alifatik, dan bilangan gelombang 806,27 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H aromatik. Bilangan gelombang pada kisaran 1276,92 dan 1112,96 cm-1 menunjukkan adanya regangan gugus C-O-C dan C-O-H. Bilangan gelombang 1734,06 cm-1 menandakan adanya gugus C=O karbonil, sedangkan pada bilangan gelombang 1460,16 cm-1 merupakan gugus C=C aromatik. Adanya gugus fungsi OH terikat, CH alifatik, C=O, C=C aromatik C-O dan C-H aromatik merupakan ciri-ciri dari senyawa flavonoid, sehingga diduga isolat dari fraksi etil esatat kulit batang faloak pada penelitian ini merupakan golongan senyawa flavonoid. Hasil spektogram LC-MS/MS menunjukkan berat molekul senyawa yang diisolasi sebesar 265.25 m/z. Uji aktifitas antioksidan dari fraksi etil asetat yang dilakukan dengan metode DPPH diperoleh nilai IC50 13.2522 ppm sehingga disimpulkan memiliki sifat antioksidan kuat.