S2 - Tesis
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Tesis by Author "Aan Nur'aeni"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGKA KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA PERAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DI WILAYAH PROVINSI BANTEN(2017-09-11) DADANG ROCHMAN; Henny Suzana Mediani; Aan Nur'aeniLow back pain pada perawat apabila tidak ditangani dapat tidak hanya menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan yang berkepanjangan, frustasi, distres atau bahkan mengakibatkan cacat seumur hidup yang menurunkan kualitas hidup dari perawat itu sendiri, karier akan tetapi juga tentang kualitas pelayanan dan keamanan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor yang memengaruhi angka kejadian Low back pain pada perawat Intensive Care Unit Rumah Sakit di wilayah Provinsi Banten. Penelitiaan ini menggunakan analitik korelasional dengan potong lintang, sampel penelitian 82 perawat ICU, teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi. Analisa data dengan Chi-square dan analisis regresi logistik ganda dengan model prediksi. Faktor pengetahuan p (0,001), tinggi badan p (0,021), frekuensi dinas malam p (0,003), dan berat badan dengan nilai p (0,021) memiliki hubungan yang bermakna dengan low back pain. Sedangkan faktor lingkungan ruang ICU p (0,668), masa kerja p (0,462), dan usia dengan nilai p (0,079) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan low back pain. Dari faktor yang berhubungan, didapatkan hasil faktor pengetahuan memiliki hubungan paling bermakna dengan kejadian low back pain (OR = 38,62). Penelitian ini terbukti memiliki pengaruh yang bermakna yaitu pengetahuan, tinggi badan, berat badan, dan frekuensi dinas malam, dimana pengetahuan faktor yang paling memengaruhi kejadian low back pain pada perawat ICU, karena pengetahuan merupakan dasar yang sangat penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Meningkatkan pengetahuan perawat ICU tentang biomekanika tubuh dalam bekerja dan pentingnya menghindari masalah low back pain dengan edukasi dalam bentuk pelatihan dan pembuatan standar prosedur tetap perlu dilakukan. Penambahan jumlah perawat ICU untuk mengurangi jumlah beban dinas malam yang berlebihan, melakukan seleksi dan kriteria bagi perawat yang bekerja di ICU.Item Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Di Ruang GiICU RSUP. Dr.Moh.Hoesin Palembang(2017-07-13) YULIYANA KUMALADEWI; Sari Fatimah; Aan Nur'aeniVentilator associated pneumonia (VAP) adalah infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di area kritis. VAP dapat meningkatkan lama rawat, meningkatkan biaya, menimbulkan kecacatan dan kematian di ICU. Selama periode Januari-Juli 2016 rata-rata kejadian VAP di ruang GICU adalah 4,25 ‰ dan merupakan infeksi nosokomial tertinggi di RSMH Palembang. Meskipun telah dilakukan pengendalian infeksi dan bundles pencegahan VAP di ICU, namun insiden VAP tetap muncul. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah skor APACHE II, lama pemakaian antibiotik, lama pemakaian ventilator, intubasi ulang dan kepatuhan kebersihan tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian VAP di ruang GICU RSMH Metode penelitian ini menggunakan desain observasi analitik dengan pendekatan kohort prospektif pada 61 responden yang memakai ventilator > 48 jam di ruang GICU RSMH Palembang selama periode Maret-Juni 2017. Pemilihan sampel dilakukan dengan tehnik consecutive sampling. Penegakan diagnosis berdasarkan kriteria klinis dan mikrobiologi pada Pneumonia 1 dengan instrumen CPIS. VAP terjadi pada 12 pasien (19,7%). Hasil uji bivariat menunjukkan ada pengaruh skor APACHE II (p:0,043), lama pemakaian antibiotik (p:0,023), intubasi ulang (p:0,001) dan lama pemakaian ventilator p:(0,001) terhadap kejadian VAP. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa intubasi ulang dan lama ventilator adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap VAP dengan probabilitas 92,2%. Intubasi ulang adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap VAP. Perawat harus lebih memperhatikan pasien risiko tinggi VAP yaitu pasien dengan skor APACHE II tinggi (> 20), lama antibiotik > 8 hari, intubasi ulang, lama ventilator > 5 hari. Perawat kritis harus melakukan pengkajian kesiapan ekstubasi dan weaning sedasi setiap hari, sedangkan RS harus membuat kebijakan dan pelatihan terkait pengambilan keputusan ekstubasi untuk mencegah insiden intubasi ulang yang dapat menyebabkan VAP.Item PENGALAMAN KELUARGA SELAMA PROSES PENDAMPINGAN PASIEN DI RUANG GICU RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH KOTA BANDUNG(2017-08-21) DWI NUR RAHMANTIKA PUJI SAFITRI; Aan Nur'aeni; Yanny Trisyani WahyuningsihLatar belakang: Kondisi pasien ICU yang tidak stabil dan ruang perawatan yang asing mengahadapkan keluarga pada berbagai situasi dan kondisi yang sulit. Keluarga merasa cemas, takut, stres, sulit tidur, kurang nafsu makan dan lelah selama mendampingi pasien. Melalui studi pengalaman keluarga ini maka tim kesehatan akan mendapatkan gambaran yang mendalam terkait pengalaman keluarga selama mendampingi pasien di ruang GICU. Metode yang digunakan untuk menggali pengalaman keluarga adalah kualitatif fenomenologi dengan jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara indepht interview dan dianalisa menggunakan metode colaizi. Hasil penelitian terkait pengalaman keluarga didapatkan 7 tema diantaranya (1) Takut tidak dapat bertemu pasien lagi; (2) Kasihan melihat pasien terpasang banyak alat; (3) Meninggalkan rutinitas untuk menemani pasien; (4) Lelah fisik dan psikologis dan; (5) Bahasa yang baik adalah obat bagi keluarga; (6) Saling menguatkan sesama pendamping (7) Menggantungkan harapan pada Tuhan. Kedekatan emosional antara anggota keluarga membuat keluarga takut jika harus kehilangan pasien. Ketakutan ini membuat keluarga merasa stres dan tertekan sehingga menyebabkan gangguan pada pemenuhan kebutuhan makan dan tidur. Kesulitan yang dihadapi keluarga ini membuat keluarga membutuhkan dukungan salah satunya dari teman dan Tuhan. Dengan dukungan ini keluarga menjadi lebih tegar dan kuat dalam melewati kesulitan yang dihadapi. Kesimpulan: hasil penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pengalaman yang dirasakan keluarga selama mendampingi pasien di ICU. Wawasan baru yang ditemukan oleh peneliti adalah pada tema ke 2 dan 3. Berdasarkan hasil temuan ini diharapkan pihak rumah sakit dapat melakukan pendampingan pada keluarga selama hospitalisasi pasien salah satunya melalui penerapan model Family Center Care.Item Pengaruh Modifikasi ICARE Terhadap Intensi Berperilaku Caring Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Bagian Yosef 3 Surya Kencana Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung(2018-07-17) NANIS SRI SUTATIK; Ati Surya Mediawati; Aan Nur'aeniABSTRAK Caring merupakan inti praktik keperawatan dan merupakan ciri khas profesi perawat dengan konsep caring Watson. Perilaku caring dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Hasil survei mengenai tingkat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung bagian Yosef 3 Surya Kencana masih ditemukan adanya ketidakpuasan pelayanan, yang diidentifikasikan kurangnya intensi perawat. Upaya manajemen berupa edukasi namun belum dapat menurunkan ketidakpuasan pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan pengaruh modifikasi ICARE terhadap intensi berperilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Populasi penelitian perawat Maria 2 sebagai kelompok kontrol dan perawat Yosef 3 Surya Kencana kelompok intervensi, dengan jumlah 46 sampel. Tehnik pengambilan sampling menggunakan probability dengan total sampling dan instrumennya menggunakan kuesioner. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pre dan post desain. Analisa data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif meliputi distribusi frekuensi, rerata dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney serta analisis jalur untuk melihat hubungan. Hasil pada kelompok intervensi menujukkan ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah modifikasi ICARE pada semua variabel. Variabel Sikap dengan nilai p(0,008), norma subyektif p(0,007), PBC p(0,001), intensi (0,001). Adanya perbedaan yang signifikan p(0,001) antara kelompok kontrol sesudah penelitian dengan kelompok intervensi sesudah modifikasi ICARE. Adanya pengaruh total langsung dari analisis jalur dengan korelasi yang kuat (0,785) dan signifikan (0,000). Penelitian ini terbukti bahwa modifikasi ICARE dapat meningkatkan intensi perilaku caring perawat sehingga perawat menajer dapat mengadopsi pelatihan ini sebagai continuous profesional development untuk meningkatkan kompetensi perilaku perawat yang lebih baik. Daftar pustaka: 32 Buku (1990 - 2017), 70 jurnal Kata kunci: Caring, ICARE, TPB.Item PENGARUH REPOSISI TUBUH TERHADAP STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN DENGAN TERAPI AGEN VASOPRESOR DI RUANG ICU RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG(2017-08-20) VICA SARI OKTORINA; Sari Fatimah; Aan Nur'aeniKegiatan reposisi tubuh pasien setiap 2 jam di ICU seringkali tidak terpenuhi. Pasien ICU Rumah Sakit Advent Bandung (RSAB) yang mendapatkan terapi vasopresor tetap berada pada posisi supine dengan alasan posisi lateral dapat membahayakan hemodinamik pasien. Situasi tersebut meningkatkan risiko luka tekan, penurunan stabilitas ortostatik dan atrofi otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh reposisi tubuh terhadap hemodinamik pasien yang mendapatkan terapi vasopresor di ruang ICU RSAB. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan non-equivalent control group design. Subjek penelitian merupakan pasien ICU yang mendapatkan terapi vasopresor. Didapatkan 34 responden, dipilih menggunakan tehnik consecutive sampling dan dibagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Data diambil melalui observasi selama Maret-Juni 2017. Untuk menganalisis perbedaan hemodinamik pada kelompok yang sama digunakan uji t berpasangan dan wilcoxon, sedangkan untuk menganalisis perbedaan selisih hemodinamik dua kelompok digunakan uji t tidak berpasangan. Hasil uji statistik hemodinamik pre-post pada kelompok intervensi saat pasien direposisi dari supine ke lateral kanan dan dari lateral kanan ke lateral kiri didapatkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hemodinamik yang signifikan. Selisih hemodinamik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan nilai ρ>0.05. Uji statistik terhadap HR saat pasien direposisi dari lateral kiri ke supine didapatkan nilai p=0,047 (mean HR: 96,35 ± 15,00 ke 94,53 ± 15,34; p0,05. Secara statistik, terdapat perubahan HR yang signifikan saat pasien direposisi dari lateral kiri ke supine, namun secara klinis perubahan tersebut tidaklah bermakna. Secara umum tidak ada pengaruh reposisi tubuh terhadap status hemodinamik pasien yang mendapat terapi vasopresor. Perawat ICU dapat melakukan reposisi tubuh pasien dengan terapi vasopresor setiap dua jam untuk mencegah komplikasi imobilisasi dengan mempertimbangkan kondisi kontraindikasi.Item Pengaruh Terapi Kombinasi Farmakologi dan Zikir terhadap Intensitas Nyeri Dada pada Pasien Sindrom Koroner Akut di IGD RS Al Islam Bandung(2017-08-30) DESTIYA DWI PANGESTIKA; Aan Nur'aeni; Yanny Trisyani WahyuningsihSindrom Koroner Akut memiliki gejala khas yaitu nyeri dada. Nyeri dada yang masih berlanjut memiliki dampak, baik secara fisik maupun psikologis. Dampak tersebut dapat meningkatkan permintaan oksigen dalam tubuh sehingga perlu dilakukan penanganan secara cepat. Penanganan utama nyeri dada menggunakan terapi farmakologi namun tidak dapat menurunkan nyeri secara optimal, sehingga perlu diberikan terapi tambahan untuk mengoptimalkan penurunan nyeri. Salah satu terapi tambahan yang diberikan adalah terapi zikir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi zikir sebagai terapi tambahan terhadap intensitas nyeri dada pada pasien Sindrom Koroner Akut di RS Al Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi experimental dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling selama satu bulan dan didapatkan 52 responden yang terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi. Pengukuran nyeri menggunakan Numeric Pain Rating Scale. Analisa data yang digunakan menggunakan uji paired t test untuk menguji perbedaan sebelum dan sesudah terapi pada masing-masing kelompok, dan uji independent t test untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata penurunan nyeri pada kedua kelompok. Hasil analisis uji paired t test menunjukan terdapat perbedaan penurunan nyeri yang signifikan (p value: 0.000) pada kelompok yang diberikan terapi farmakologi saja mauoun pada kelompok yang diberikan terapi farmakologi dan zikir. Hasil uji independent t test didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan (p value: 0.021) rerata penurunan nyeri pada kedua kelompok yang berarti bahwa terapi zikir dan farmakologi memiliki penurunan skala nyeri lebih besar dibandingkan hanya menggunakan terapi farmakologi saja. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kombinasi terapi zikir dan farmakologi sebagai terapi tambahan dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien SKA khususnya bagi pasien yang beragama Islam. Kata kunci: Nyeri dada, Sindrom Koroner Akut, Zikir