S3 - Doktor
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S3 - Doktor by Author "Ambrosius Purba"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Ekspresi PGC 1 a, Reseptor Dopamin, Synaptophysin dan BDNF sebagai indicator Fungsi Kognitif pada Cerebrum dan Hippokampus Rattus Novergicus setelah Pemberian Ekstrak Biji Pala(2023-09-04) FIFI VERONICA; Ambrosius Purba; Ahmad RizalProses tumbuh kembang dan fungsi kognitif seorang anak erat kaitannya dengan kualitas asupan makro dan mikronutrien dalam kandungan makanan anak sehari hari. Pada fase perkembangan fungsi kognitif anak diawali dari tahap perkembangan maturasi otak dan sensitivitas terhadap rangsangan stimulus eksternal yang optimal pada satu periode tertentu yang disebut dengan periode kritis dan terjadi pada lima tahun pertama kehidupan seorang anak. Pada periode kritis ini terjadi peningkatan densitas sinaps dan fungsi otak. Pemberian suplemen neurotropik bertujuan untuk meningkatkan neurogenesis, neurotransmisi, sinaptoplastisitas. Perkembangan cerebrum dan hipokampus dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aktivasi beberapa proteinneurotropik seperti BDNF, Synaptophysin dan Dopamin yang berperan pada proses biogenesis mitokondria pada otak anak. Berbagai upaya untuk mengoptimalkan proses metabolisme pada biogenesis mitokondria yang berkaitan dengan peningkatan fungsi kognitif antara lain dapat dilakukan dengan suplementasi neurotropik antara lain melalui pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) dalam kaplet Glucopala. Glucopala merupakan Ekstrak Biji Pala yang mengandung zat aktif PPAR-γ agonis.Selain itu fungsi kognitif pada anak melibatkan beberapa aktivasi protein neurotropik seperti BDNF dan aktivasi beberapa protein utama pada vesikel sinaptik di neuron, seperti SYP. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Rattus Novergicus jantan umur 7-8 minggu (lepas sapih), dengan berat 100-120 gram yang setara dengan masa remaja pada manusia, bertujuan untuk mengembangkan penelitian molecular terkait pengaruh pemberian Ekstrak Biji Pala terhadap ekspresi mRNA PGC 1-α, Synaptophysin, DR dan BDNF pada jaringan Cerebrum dan Hipokampus. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi mRNA PGC-1α, DR, Synaptophysin dan BDNF pada perlakuan 6 minggu dibandingkan dengan 12 minggu berbeda secara sgnifikan (p=0,001). baik pada sampel Cerebrum maupun Hipokampus.Ekspresi mRNA PGC-1α (p=0,018) , D1A (p=0,006), Synaptophysin (p=0,0000) dan BDNF (p=0,000) lebih meningkat pada hipokampus dibandingkan dengan cerebrum. Sedangkan ekspresi mRNA D1B menurun baik pada hipokampus, maupun pada cerebrum selama perlakuan 6 dan 12 minggu. (p=0,0001). Simpulan hasil penelitian menunjukkan Ekstrak Biji Pala mempunyai potensi meningkatkanindikator fungsi kognitif terutama pada bagian Hipokampus dibandingkan dengan area cerebrum pada tikus muda Jantan dengan perlakuan pemberian Ekstrak Biji Pala selama 12 minggu. Kata Kunci : Ekstrak Biji Pala, PGC-1α, Reseptor Dopamin, Synaptophysin, BDNF, Cerebrum, HipokampusItem PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KOMBINASI ROTATOR CUFF REPAIR DAN PEMBERIAN SECRETOME HIPOKSIK SEL PUNCA MESENKIMAL DENGAN ROTATOR CUFF REPAIR TERHADAP EKSPRESI HIF-1α, bFGF, TNMD, RUNX2, DAN HISTOMORPHOME(2024-01-20) MEIKY FREDIANTO; Herry Herman; Ambrosius PurbaAktivitas fisik yang tidak terukur dapat mengakibatkan cedera antara lain pada otot dan tendon bahu yang disebut Rotator Cuff Tear (RCT). RCT dapat menyebabkan nyeri dan menurunkan fungsi dari sendi bahu. Menurut WHO insidensi RCT sekitar 16-34%. Penatalaksanaan RCT dapat dilakukan dengan pembedahan, akan tetapi belum memuaskan karena mengalami robekan kembali (retear). Tingkat kegagalan pembedahan pada RCT masih sangat tinggi. Untuk meningkatkan kualitas penyembuhan RCT akut dapat diberikan terapi kombinasi Rotator Cuff Repair (RCR) dengan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal. Pemberian kombinasi tersebut kemungkinan dapat meningkatkan kualitas penyembuhan antarmuka tendon ke tulang yang lebih baik. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi RCT dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal yang dibandingkan dengan RCR terhadap ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 untuk perbaikan Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Selain itu belum diketahui perbedaan pengaruh antara kombinasi RCT dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal dengan RCR terhadap gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Demikian pula halnya belum diketahui hubungan fungsional antara ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, protein RUNX2 dengan Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut setelah dilakukan kombinasi RCR dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal. Penelitian menggunakan metode interventional dengan studi eksperimental in vivo pada hewan coba dengan rancangan “Double Blind Randomized Controlled Trial with Animal Study” di Laboratorium Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia. 20 Tikus jantan Galur Sprague-Dawley, berusia 12-16 minggu dengan berat badan rata-rata 250-300g digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik Sel Punca Mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan ekspresi gen HIF-1α pada minggu ke-2 (4,23 vs 1,0 ; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (16,45 vs 1,0 ; p<0,01), gen bFGF pada minggu ke-2 (5,77 vs 1,0 ; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (9,86 vs 1,0 ; p<0,01), protein TNMD pada minggu ke-2 (28,66 vs 25,02; p<0,01), dan protein RUNX2 pada minggu ke-8 (38, vs 33,25; p<0,01), Kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR gambaran Histomorphometric pada minggu ke-2 (20,4 vs 14,2; p<0,01) dan pada minggu ke-8 (28,4 vs 23,3 p<0,01). Didapatkan pula adanya urutan hubungan fungsional yang terbaik antara gambaran Histomorphometric dengan protein RUNX2 (0,732), gen HIF-1α (0,608), protein TNMD (0,596), dan gen bFGF (0,504). Simpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 untuk perbaikan gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Kombinasi RCR dengan Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal lebih baik dibandingkan dengan RCR untuk meningkatkan gambaran Histomorphometric penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut. Terdapat hubungan fungsional antara perbaikan gambaran Histomorphometric dengan ekspresi gen HIF-1α, gen bFGF, protein TNMD, dan protein RUNX2 pd penyembuhan antar muka tendon ke tulang pada tikus model RCT akut setelah dilakukan kombinasi RCR dan pemberian Secretome Hipoksik sel punca mesenkimal.