Browsing by Author "Billy Gumelar Adhiperdana"
Now showing 1 - 14 of 14
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS PERSEBARAN RESERVOIR BATUPASIR BERDASARKAN DATA WELL LOG DAN DATA SEISMIK PADA LAPANGAN G, CEKUNGAN SABAH, MALAYSIA(2023-02-14) GIENA SONYA; Muhammad Kurniawan Alfadli; Billy Gumelar AdhiperdanaWilayah “X” terletak di bagian utara Nortwest Sabah Basin, Malaysia. Penelitian ini difokuskan pada reservoir batupasir berumur Miosen Akhir yang terletak pada sistem pengendapan laut dalam. Analisis ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana fasies dan sistem pengendapan laut dalam yang berkembang, kerangka sikuen stratigrafi pada sistem pengendapan kipas bawah laut, serta persebaran reservoir batupasir pada sistem pengendapan kipas bawah laut. Data yang digunakan berupa 6 data well log, data seismik 3 dimensi, 6 data biostratigrafi, 6 data mudlog, dan data atribut seismik. Dari seluruh data tersebut dihasilkan 2 batas sikuen (SB), 1 Transgressive Surface (TS), dan 1 Maximum Flooding Surface (MFS). Fasies reservoir daerah penelitian berasosiasi dengan pengendapan Supra Fan Lobe, Middle Fan Channel, dan Inner Fan Channel. Kerangka sikuen stratigrafi pada sistem pengendapan kipas bawah laut terdiri dari Lowstand System Tract (LST), Transgressive Systems Tract (TST), dan Highstand System Tract (HST), di mana sikuen pengendapan ini didominasi oleh Highstand System Tract (HST) yang berkembang pada keenam sumur yaitu sumur A, B, C, D, dan E. Berdasarkan analisis fasies seismik, analisis kontur kedalaman, analisis peta isopach, dan analisis atribut seismik, didapatkan suatu peta persebaran reservoir pada sistem pengendapan kipas bawah laut di mana terbagi menjadi sistem pengendapan Upper Fan, Middle Fan, dan Lower Fan. Reservoir berpotensial pada setiap sistem pengendapan, namun penyebaran paling baik ditemukan pada sistem pengendapan Middle Fan, tepatnya pada lobe-lobe yang terbentuk pada sistem tersebut.Item Analisis Petrofisika Untuk Mengetahui Karakterisik Reservoir Pada Lapangan(2021-09-29) RIDWAN FARHAN TUANKOTTA; Edy Sunardi; Billy Gumelar AdhiperdanaDaerah penelitian terletak pada Cekungan Arafura, Provinsi Maluku. Penelitian dilakukan pada sumur Rid-1 dan Rid-2 yang merupakan daerah operasional milik PT. Union Texas petroleum. Penelitian yang dilakukan pada sumur Rid-1 berfokus pada Formasi Wangarlu dan sumur Rid-2 berfokus pada Formasi Sigra. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik reservoir yang berdasar pada analisis parameter petrofisika. Penelitian dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan data log sumur, data sidewall core, dan data mudlog sumur Rid-1 Formasi Wangarlu dan sumur Rid-2 Formasi Sigra. Data log sumur digunakan dalam pembuatan kerangka litofasies, eletrofasies serta analisis petrofisika dan interpretasi dilakukan dengan data sidewall core dan data mudlog. Berdasarkan hasil penelitian, sumur Rid-1 Formasi Wangarlu memiliki satu litofasies yang menjadi kandidat reservoir paling baik yaitu Fasies Batulanau Sisipan Batupasir Dan Batulempung (SSC). Sedangkan pada sumur Rid-2 Formasi Sigra memiliki dua litofasies yang menjadi kandidat reservoir paling baik yaitu Fasies Batupasir Sisipan Batulempung (FSC) dan Fasies Batupasir Sisipan Batulempung Dan Batugamping (SCL). Karakteristik reservoir pada sumur Rid-1 Formasi Wangarlu dan sumur Rid-2 Formasi Sigra terdiri dari pola funnel shaped, bell shaped, dan serrated shaped. Untuk lingkungan pengendapan pada sumur Rid- 1 Formasi Wangarlu berada pada shoreface (shallow marine), sedangkan untuk lingkungan pengendapan sumur Rid-2 Formasi Sigra berada pada off-reef open shelf – shoreface (shallow marine). Berdasarkan serangkaian analisis yang dilakukan, didapat kesimpulan bahwa sumur Rid-1 Formasi Wangarlu Fasies SSC memiliki nilai volume shale 40%, nilai porositas 14%, dan saturasi air 79%. Sedangakan sumur Rid-2 Formasi Sigra Fasies SCL dan FSC memiliki nilai volume shale 42%, porositas 16 – 17%, saturasi air 99%. Maka dari itu, kedua formasi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan eksplorasi pada sumur lainnya.Item ANALISIS PETROFISIKA UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK RESERVOIR DI CEKUNGAN ARAFURA DAN CEKUNGAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU(2021-08-16) M.R.ALVIN LATUCONSINA; Edy Sunardi; Billy Gumelar AdhiperdanaDaerah penelitian merupakan daerah operasional milik PT. Phillips Indonesia dan PT. Union Texas Petroleum yang berada di Provinsi Maluku. Daerah penelitian termasuk kedalam Cekungan Arafura dan Cekungan Tanimbar dan untuk fokus penelitian ini adalah Formasi yang berpotensi menjadi reservoir di sumur Alv-1 pada Cekungan Arafura dan sumur Alv-2 pada Cekungan Tanimbar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukakn karakteristik reservoir berdasarkan analisis petrofisika . Metoda yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan data-data berupa dua (2) data log sumur, dua (2) data sidewall core pada sumur Alv-2, dan dua(2) data mudlog/cutting pada lokasi penelitian. Data log sumur sebagai dasar dalam pembuatan kerangka litofasies serta perhitungan petrofisika dan mengintegrasikan dengan data mudlog serta SWC. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua Formasi yang berpotensi menjadi reservoar pada sumur Alv-1 yaitu Ekuivalen Formasi Sigra dan Formasi Faumai, serta satu Formasi yang berpotensi pada sumur Alv-2 yaitu Ekuivalen Formasi Malita. Ekuivalen Formasi Sigra memiliki dua litofasies yang berpotensi menjadi reservoar yaitu Fasies Batugamping sisipan Batulempung (Lms) dan Batugamping sisipan Batupasir (Lmp). Formasi Faumai memiliki dua litofasies yang berpotensi yaitu Fasies Batugamping Packstone Argillaceous-Chalky (Lma), dan Fasies Batugamping Packstone Dolomitan (Lmd). Sedangkan Ekuivalen Formasi Malita memiliki satu litofasies yang berpotensi yaitu Fasies Batulanau perselingan Batupasir dan Batuserpih (Flp). Berdasarkan data wireline log, karakterisitik elektrofasies pada Sumur Alv-1 dan Alv-2 terdiri atas Funnel shape, Bell shape, Serrated shape, dan Cylindrical shape. Lingkungan pengendapan untuk Ekuivalen Formasi Sigra dan Formasi Faumai berada di daerah Lagoon hingga Inner Shelf, sedangkan lingkungan pengendapan Ekuivalen Formasi Malita berada pada daerah Shoreface hingga Offshore (Shallow Marine Deposition Enviromental) Dari Serangkaian penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Fasies Lmp dan Lms (Ekuivalen Formasi Sigra) memiliki nilai volume shale berkisar antara 40-50%, nilai porositas berkisar antara 3-6%. Fasies Lma dan Lmd (Formasi Faumai) memiliki nilai volume shale antara 30-40%, nilai porositas berkisar antara 8-11%. Sedangkan Fasies Flp (Ekuivalen Formasi Malita) memiliki nilai volume shale sebesar 28% dan nilai porositas sebesar 5%. Oleh sebab itu, ketiga formasi ini diharapkan memiliki kandungan migas yang cukup baik dan bisa menjadi acauan untuk melanjutkan eksplorasi di sumur lainnya.Item Elemen Sedimentasi Fluvial Paleogen Formasi Walat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat(2019-10-23) IBAN GETARJATI; Billy Gumelar Adhiperdana; AbdurrokhimFormasi Walat merupakan formasi dengan lingkungan pengendapan fluvio-deltaic dengan umur Eosen Tengah – Oligosen Awal (Martodjojo, 1986). Formasi Walat tersingkap dengan baik di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi dan dapat menjadi representasi yang baik untuk pengambilan data dengan metode measured section. Pengambilan data dilakukan dengan metode measured section, dengan mengambil 4 (AG1-AG4) bentangan sehingga didapatkan variasi lateral dan vertikal dari batuan yang tersingkap pada daerah penelitian. Data yang telah diambil dikelompokkan menjadi 11 litofasies yang kemudian dianalisis dengan analisis elemen sedimentasi dan siklus fluvial (fluvial style) . Hasil analisis yang didapatkan adalah 5 siklus fluvial (C1-C5) dengan masing-masing karakteristik elemen sedimentasinya.Item EVALUASI KARAKTERISTIK BATUAN INDUK BERDASARKAN ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON DAN PEMODELAN 1D SEJARAH PEMENDAMAN PADA SUMUR SFA-1, SFA-2 DAN SFA-3 DI CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA(2022-10-10) SHAFA SAMRATUL FUADAH; Nisa Nurul Ilmi; Billy Gumelar AdhiperdanaCekungan Jawa Timur Utara merupakan cekungan yang memiliki potensi untuk menghasilkan hidrokarbon. Penelitian dilakukan berdasarkan tiga data sumur yaitu Sumur SFA-1, Sumur SFA-2, dan Sumur SFA-3 pada Cekungan Jawa Timur Utara. Pada Sumur SFA-1, endapan Middle Miocene, Late Eocene dan Middle Eocene termasuk batuan induk efektif yang memiliki kekayaan material organik dengan rata – rata fair – good menghasilkan hidrokarbon campuran minyak-gas serta gas dan telah matang dengan organofasies A dan D/E. Pada Sumur SFA-2, endapan Paleocene termasuk batuan induk efektif dengan kekayaan material organik rata – rata fair menghasilkan campuran minyak-gas dan telah matang dengan organofasies D/E. Pada Sumur SFA-3, endapan Middle Eocene dan Paleocene termasuk batuan induk efektif dengan kekayaan material organik rata – rata fair – excellent menghasilkan gas dan telah matang dengan organofasies D/E. Berdasarkan analisis kandungan material organik diketahui bahwa Sumur SFA-1 endapan Middle Miocene berasal dari alga dengan lingkungan pengendapan transisi (laguna) – open marine (suboxic) dan memiliki tingkat kematangan early mature. Pada Sumur SFA-3, material organik endapan Late Eocene berasal dari alga dengan lingkungan pengendapan transisi (laguna/tidal flat) (suboxic) dan memiliki tingkat kematangan immature. Berdasarkan analisis sejarah pemendaman yang di overlay dengan kematangan dari %Ro, fase early oil pada Sumur SFA-1 terdapat pada endapan Late Eocene di kedalaman ±12700 ft, Sumur SFA-2 pada endapan Middle Eocene di kedalaman ±10000 ft sedangkan Sumur SFA-3 berada pada Middle Eocene di kedalaman ±5500 ft. Berdasarkan korelasi penampang Sumur SFA-1, SFA-2 dan SFA-3 diketahui batuan induk berada pada endapan Late Eocene, Middle Eocene, dan Paleocene dengan indikasi oil kitchen pada dalaman antara Sumur SFA-1 dan Sumur SFA-2.Item GEOMORFOLOGI DAN FASIES VULKANIK PERBUKITAN VULKANIK SELATAN SUB CEKUNGAN LELES, GARUT, JAWA BARAT(2022-10-13) MUHAMMAD CHARISMA IHSAN WIBAWA; Billy Gumelar Adhiperdana; Edy SunardiCekungan leles merupakan sub-cekungan dari cekungan garut yang terbentuk akibat aktivitas tektonik yang mempengaruhi bentukan cekungan dan tubuh gunung api yang mengelilingi cekungan. Oleh karena itu, cekungan leles dipenuhi oleh produk hasil erupsi gunung api yang tumpang tindih. Kompleksnya cekungan serta kurangnya penelitian terkait perbukitan vulkanik hasil erupsi plistosen pada selatan cekungan membuatnya menarik untuk dilakukan kajian lebih lanjut agar mampu menjelaskan sejarah erupsi gunung api plistosen pada selatan sub-cekungan leles secara lebih melalui analisis geomorfologi dan fasies vulkanik. Hasil pengamatan lapangan difokuskan kepada perbukitan vulkanik pada selatan cekungan leles, yang kemudian dilakukan analisis lithofasies pada tiap outcrop pengamatan. Bedasarkan bentukan morfologi dengan mempertimbangkan peta geomorfologi dan data outcrop permukaan, maka dibuatlah peta persebaran litologi permukaan. Dari peta tersebut dengan mempertimbangkan morfologi dan analisis lithofasies serta data core dan lintasan geolistrik 1D yang telah dikorelasi sebelumnya, dibuatlah peta zonasi fasies gunung api pada perbukitan vulkanik pada selatan cekungan. Hasil korelasi dan analisis yang dilakukan sebelumnya didapati bahwa secara umum gunung api hasil erupsi plistosen teramati terbagi menjadi zona fasies proksimal, medial, dan distal yang dimana bentukan morfologinya telah menjadi perbukitan vulkanik akibat tingkat erosi yang tinggi. Klastika hasil erosi gunung api tersebut yang kemudian terbawa arus sungai menuju timur dan sebagian terendapkan di situ cangkuang dan situ bagendit yang berada di zona fasies distal perbukitan vulkanik. Diketahui pula komposisi magma pada cekungan leles bersifat andesitik-basaltik yang terus berubah dari waktu ke waktu.Item KARAKTERISTIK BATUAN INDUK BERDASARKAN ANALISIS GEOKIMIA DAN SEJARAH PEMENDAMAN DI LAPANGAN RNF CEKUNGAN SUMATRA UTARA(2022-10-14) RENA NUR FAUZIAH; Billy Gumelar Adhiperdana; Nisa Nurul IlmiPenelitian dilakukan di Cekungan Sumatra Utara pada tiga sumur, yaitu RNF-1, RNF-2, dan RNF-3 dengan menggunakan metode geokimia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan potensi batuan induk, biomarker, serta sejarah pemendaman yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa batuan induk di daerah penelitian memiiki kemampuan menggenerasikan hidrokarbon jenis gas. Batuan induk efektif terletak pada Formasi Baong S, Baong SS, Belumai, dan Bampo. Pemodelan cekungan 1D telah dilakukan untuk menganalisis potensi pembentukan hidrokarbon berdasarkan rekonstruksi pemendaman dan sejarah kematangan termalnya. Jendela kematangan awal pada Sumur RNF-1 dan RNF-3 dimulai pada Formasi Baong SS, sedangkan pada sumur RNF-2 dimulai pada Formasi Baong S.Item Karakteristik Reservoir Menggunakan Metode Petrofisika Pada Lapangan(2023-01-04) ELSANDRA PINKY SASMITA; Nisa Nurul Ilmi; Billy Gumelar AdhiperdanaCekungan Jawa Timur Utara tepatnya pada perairan Bali merupakan salah satu wilayah yang memiliki cadangan hidrokarbon terutama gas biogenik dan gas kondensat. Fokus penelitian berada pada formasi berumur Early-Middle Miocene yang secara karakteristik litologi ekuivalen dengan Formasi Prupuh dan Formasi Tawun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik reservoir berdasarkan jenis fasies dan parameter petrofisika dengan menggunakan data log sumur, core, sidewall core, dan mudlog. Metode yang dilakukan dalam penelitian yaitu analisa kualitatif dengan mengidentifikasi fasies dan lingkungan pengendapan reservoir juga analisa kuantitatif dengan petrofisika. Dari hasil analisis formasi Early to Middle Miocene terbagi menjadi 12 litofasies yang berbeda yaitu mudstone to wackestone (LMW), wackestone to packstone (LWP), mudstone to grainstone (LMG), mudstone (LM), batupasir (SS), perselingan marls dan batulanau (MSS), wackestone (LW), packstone (LP) , perselingan wackestone dan batulanau (LWS), batuserpih (SH), mudstone to packstone (LMP), dan perselingan batulempung dan mudstone (LCM). Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian diperkirakan terdapat pada back-reef lagoon, fore reef, dan off-reef open shelf. Sumur “EPS” berpotensi sebagai reservoir hidrokarbon pada Fasies LWP Sumur EPS-1 yang menghasilkan fluida minyak dengan nilai porositas 0,17 v/v dan saturasi air 12%, Fasies LMG dengan jenis fluida gas dengan nilai porositas 0,13 v/v dan saturasi air 74%, dan Fasies LP sebagai dry gas zone dengan nilai porositas 0,11 v/v dan saturasi air 85%Item LITOFASIES DAN PROVENAN BATUPASIR FORMASI HALANG DI BAGIAN HILIR LINTASAN SUNGAI CIHIKEU, MAJALENGKA, JAWA BARAT(2013) GABRIEL R PURBA; Billy Gumelar Adhiperdana; AbdurrokhimSecara geografis daerah penelitian terletak antara 1080 12’ 7,128” BT - 1080 40’ 56” BT dan 60 56’ 31,6” LS - 60 56’ 50,3” LS, yang secara adminsitratif termasuk ke dalam Wilayah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Secara fisiografi terletak pada Zona Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk membahas litofasies sampai lingkungan pengendapan serta provenan batupasir Formasi Halang yang berumur Miosen Akhir, tersingkap baik pada Sungai Cihikeu. Total 533 meter suksesi batuan sedimen Formasi Halang telah diamati secara rinci. Suksesi ini memiliki karakteristik dominan fasies batulempung dengan batupasir, dibeberapa tempat ditemukan breksi dan juga slump. Sikuen Bouma (Ta –Tc) umumnya ditemukan pada batupasir yang berselang – seling dengan batulempung. Berdasarkan karakteristik litologi, struktur sedimen yang ada, suksesi dan geometri, Formasi Halang dikelompokkan menjadi 10 litofasies dan 3 asosiasi fasies yaitu : (1) FA1: Proximal Canyon ( Litofasies NGB, SS dan GPS), (2) Debrite dan Slump Deposit (Litofasies SB dan SL), (3) Channel Deposit (Litofasies NGS, IGS, dan ISM). Dari suksesi ini diinterpretasikan bahwa Formasi Halang diendapkan pada bagian slope – upper fan dalam setting laut dalam. Berdasarkan data petrografi, sampel batupasir berjenis lithic wacke dengan jenis batuan asal merupakan batuan plutonik yang berada pada magmatic arc, tepatnya di transitional arc – undissected arc.Item Reservoir Batugamping Formasi Kujung Lapangan(2021-01-13) THEO BUNGARAN LUMBANRAJA; Abdurrokhim; Billy Gumelar AdhiperdanaLapangan X terletak di Cekungan Jawa Timur Utara dengan zona reservoir Formasi Kujung-1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakter reservoir berdasarkan karakter fasies dan parameter petrofisika terhadap kualitas reservoir pada lapangan X. Metode penelitian menggunakan data batuan inti untuk mengetahui karakter fasies dan lingkungan pengendapan, dan juga menggunakan data log sumur untuk membantu interpretasi bawah permukaan dan sifat fisik batuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona reservoir dibagi menjadi 3 zona. Kujung-1 zona A memiliki pola log irregular, dengan karakter litologi berupa batuserpih sisipan batu gamping, litofasies yang pada zona ini membentuk asosiasi fasies belakang terumbu. Peningkatan kualitas reservoir pada zona ini disebabkan oleh proses disolusi didasari dengan porositas sekunder yang terbentuk memiliki tipe vuggy dan moldic. Kujung-1 zona B memiliki pola log bell. Litofasies yang pada zona ini membentuk asosiasi fasies dataran terumbu. Porositas sekunder pada zona ini memiliki tipe micro-fracture. Kujung-1 zona C memiliki pola log funnel dan cylindrical, merupakan batuan karbonat bersih dari sedimen klastik, litofasies yang pada zona merupakan asosiasi fasies dataran terumbu sampai terumbu belakang. Peningkatan kualitas reservoir pada zona ini disebabkan oleh proses disolusi yang intensif didasari dengan porositas sekunder yang terbentuk memiliki tipe vuggy dan moldic. Berdasarkan hasil analisis petrofisika, Kujung-1 zona C merupakan kandidat reservoir yang baik hal ini dilihat dari nilai volume serpih rata rata sebesar 21.08%, nilai porositas sebesar 16% dimana menurut Lavorsen (1967) skala kualitas dari nilai porositas tergolong baik. Nilai saturasi air sebesar 89%, berdasarkan perhitungan pay summary nilai net pay pada zona C sebesar 0.39 pada sumur X-1, 0.26 pada sumur X-2, 0.05 pada sumur X-3 dan 0.11 pada sumur X-4.Item SIKLUS FASIES PIROKLASTIK SUB-CEKUNGAN LELES, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN ANALISIS DATA CORE DAN PETROGRAFI(2018-07-20) HASYIM MUNTHAZERY; Billy Gumelar Adhiperdana; Edy SunardiTefra merupakan endapan piroklastik yang belum terkonsolidasi (Schmid, 1981). Tefra merupakan terminologi pengganti untuk segala produk piroklastik dari ketiga jenisnya yaitu fall deposits, flow deposits, dan surge deposits, dengan kata lain tefra adalah material vulkanik yang belum mengalami litifikasi menjadi batuan piroklastik, setiap lapisan tefra mewikili satu proses letusan gunungapi. Dengan mengidentifikasi setiap karakter pada tefra, salah satunya masing-masing tephra horizons atau tephra layers (lapisan tefra) baik secara fisik atau aspek kimiawi, maka lapisan tersebut akan dapat dicirikan, diidentifikasi, dan dikorelasikan terhadap lapisan yang lain (Leicher, dkk 2016). Tephra (abu vulkanik) memiliki potensi untuk menyinkronkan arsip lingkungan pengendapan yang berbeda dari skala regional sampai hemispheric (McLean et al, 2017).Secara singkat, Tefrastratigrafi adalah suatu metode untuk mengelompokkan lapisan pada layer-layer tefra hasil erupsi gunungapi menurut kaidah-kaidah stratigrafi. Sub Cekungan Leles adalah Cekungan Garut merupakan cekungan yang berada di daerah jawa barat yang terdiri atas beberapa sub cekungan. Salah satu sub-cekungan tersebut adalah Sub-cekungan Leles. Cekungan garut terdiri atas endapan vulkanik kuarter di atasnya dan tersier di bawahnya (Sunardi, 2014). Setting Cekungan Garut terletak pada dataran tinggi yang dibatasi oleh tinggian-tinggian vulkanik dan didominasi oleh endapan danau. Hal yang menarik dari Cekungan Garut dan Sub-cekungan Leles yaitu berada di daerah dataran tinggi, serta banyaknya endapan gunungapi. Secara petrologi, tefra di Sub Cekungan Leles terdiri atas litologi lapili-tuff dan tuff (Fisher, 1966). Sedangkan pada analisis petrografi tefra pada Sub-Cekungan Leles terdiri atas Vitric Tuff, Crystal Tuff , dan lithic Tuff. Selain itu terdapat batuan beku sebagai fragmen dan lava berupa andesit. Penenetuan fasies pada data core sub cekungan leles terbagi menjadi tiga fasies yaitu fasies A dominan lapili-tuff , fasies B lapili-tuff hingga tuff. Lalu fasies C dominan Tuf. Kandungan mineral pada tefra sub cekungan leles didominasi oleh mineral plagioklas dan piroksen yang mencirikan erupsi dengan magma andesit- basaltis.Item STUDI ENDAPAN PALEOTSUNAMI BERDASARKAN ANALISIS GEOKIMIA METODE X-RAY FLUORESCENCE (XRF) DI DAERAH SUKARESIK - CIKEMBULAN, KABUPATEN PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT(2024-01-14) MUHAMAD ICHSAN; Yoga Andriana Sendjaja; Billy Gumelar AdhiperdanaDaerah penelitian berada di daerah Sukaresik – Cikembulan, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Daerah penelitian termasuk daerah yang terkena peristiwa tsunami tahun 2006 di Pangandaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur kimia pada endapan pantai yang terpengaruh dominasi sistem laut, dimana nantinya akan digunakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan indikasi adanya endapan tsunami di daerah penelitian. Secara umum, ketiga lokasi pengeboran terletak di lingkungan dataran pesisir, masing – masing dengan kode ALG CB 01 sebagai sumur 1, ALG CB 02 sebagai sumur 2, dan ALG CB 03 sebagai sumur 3. Penelitian diawali dengan melakukan deskripsi core sample sediment. Setelah itu, akan dilakukan analisis laboratorium berupa analisis geokimia metode X-Ray Fluorescence (XRF) untuk mengetahui kandungan unsur – unsur kimia yang ada pada sampel penelitian. Dari data hasil analisis geokimia yang kemudian didukung dan disesuaikan dengan data sekunder dari hasil analisis granulometri, petrografi dan mikropaleontologi menunjukkan bahwa anomali titik sampel A7 pada sumur 1 serta titik sampel B8 di sumur 2 sebagai endapan pantai yang terpengaruh oleh dominasi sistem laut dan terindikasi sebagai kandidat endapan tsunami di daerah penelitian. Kedua kandidat endapan tsunami menunjukkan peningkatan unsur penciri pengaruh laut seperti Ca lalu diikuti penurunan unsur penciri pengaruh darat seperti Fe, Si, Al, dan Zr. Kandidat endapan tsunami yang telah teridentifikasi di sumur 1 mengalami peningkatan unsur asal darat Ti dan Mn. Kandidat endapan tsunami pada sumur 2 juga mengalami hal yang serupa, namun terdapat perbedaan dimana unsur penciri pengaruh laut lainnya seperti Sr yang mengalami peningkatan dan penurunan unsur penciri pengaruh darat lainnya Mn. Tinggi dan rendahnya konsentrasi elemen unsur K dapat diinterpretasikan sebagai refleksi dari perubahan intensitas volume terhadap genangan air laut. Kedua kandidat endapan tsunami di daerah penelitian mengalami penurunan elemen unsur yang sama pada unsur Mg, S, dan Cl. Secara umum, karakteristik lain pada kandidat endapan tsunami di daerah penelitian memiliki sortasi poorly sorted - very poorly sorted dengan bentuk butir trimodal hingga bimodal. Dari segi keberagaman (diversity) dan dominasi spesies mikrofauna foraminifera bentonik yang hadir menunjukkan adanya pengaruh laut yang kuat. Adapun keterdapatan mineral glaukonit yang ditemukan dapat diinterpretasikan berasal dari permukaan dasar laut.Item Zona Potensi Hidrokarbon Reservoir Formasi Plover Atas Berdasarkan Data Well Log, Mudlog, Core dan Sidewall Core pada Lapangan `NT`, Cekungan Bonaparte Utara, Provinsi Maluku(2021-09-03) NADIYAH RAIZA SALIM TAN; Billy Gumelar Adhiperdana; Edy SunardiCekungan Bonaparte Utara merupakan salah satu cekungan di Indonesia Timur yang menjanjikan untuk keterdapatan hidrokarbon. Hal ini telah dibuktikan pada lapangan sekitar Cekungan Bonaparte Utara yang memiliki tatatan geologi yang sama seperti yang diketahui reservoir produksi pada formasi Plover dengan umur Jura pada Lapangan Greater Sunrise. Daerah penelitian terletak pada Cekungan Bonaparte Utara, Offshore Laut Timor, Provinsi Maluku. Fokus penelitian berada pada Formasi Plover Atas yang merupakan target reservoir. Penelitian dilakukan untuk mengetahui zona potensi hidrokarbon berdasarkan jenis fasies dan parameter petrofisika terhadap kualitas reservoir lapangan “NT”. Metode yang dilakukan dalam penelitian yakni analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data well log, mudlog, core dan sidewall core. Penentuan fasies dan lingkungan pengendapan dilakukan dengan analisis litofasies dan elektrofasies. Dari hasil analisis didapatkan enam jenis litofasies dengan interpretasi lima asosiasi fasies yakni Fasies Batupasir Masif (Upper Shoreface), Fasies Batupasir Laminasi (Middle Shoreface), Fasies Batupasir Bioturbasi serta Fasies Perselingan Batupasir dan Batulempung (Lower Shoreface), Fasies Batulempung Laminasi (Offshore Transition), dan Fasies Batulempung Masif (Offshore). Hasil penelitian menunjukan Fasies III terendapkan pada lingkungan Upper Shoreface yang mana berdasarkan hasil analisis petrofisika, fasies ini merupakan kandidat reservoir yang baik hal ini dilihat dari nilai kandungan serpih sebesar 15%, porositas 10.6% dan saturasi air 32%. Selain itu, hasil perhitungan pay summary menunjukan nilai net pay sebesar 0.94 pada sumur NT-1, 0.62 pada NT-2 dan 1 pada sumur NT-3. Sedangkan fasies lainnya bukan kandidat reservoir karena hasil perhitungan perhitungan net pay menunjukan nilai lebih kecil dari fasies III atau 0.Item Zonasi Potensi Hidrokarbon Lapangan X pada Formasj Baturaja, Sub Cekungan Jambi, Sumatera Selatan dengan Analisis Petrofisika(2021-07-17) DEVINA GIOVANI INDAH PUTRI; Yusi Firmansyah; Billy Gumelar AdhiperdanaSARI Minyak dan gas bumi sampai saat ini masih berperan penting sebagai bahan bakar dalam industri. Lapangan ‘X’ terletak pada Sub Cekungan Jambi, Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah penghasil hidrokarbon. Penelitian berfokus pada Formasi Baturaja yang dilakukan dengan pendekatan secara deskriptif (observasi data berdasarkan landasan teori) dan analisis kuantitatif. Diperlukan pengoptimalan dalam eksploitasi di lapangan, salah satu caranya dengan melakukan evaluasi formasi menggunakan analisis petrofisika untuk zonasi zona menarik dengan karakteristik reservoir seperti porositas efektif, permeabilitas, saturasi air, dan kandungan lempung berdasarkan data well log dan core sehingga menghasilkan ketebalan net reservoir dan net pay. Pada daerah penelitian terdapat 6 Sumur ‘X’ serta deskripsi Cutting pada Sumur X-1 dan data core pada Sumur X-3. Dikelompokan menjadi 4 fasies yaitu (1) Fasies Coral Grainstone Back-Reef Lagoon, (2) Fasies Branching Coral Grainstone Reef-Core, (3) Fasies Foraminifera Grainstone Back-Reef Lagoon, dan (4) Fasies Mudstone-Packstone Back-Reef Lagoon. Adapun kandungan lempung pada Lapangan X dengan kandungan lempung rata-rata 11-28% pada zona menarik Lapangan X, dan saturasi air yang memiliki nilai 10-20% pada zona menarik Lapangan X. Porositas efektif rata-rata pada Lapangan X berkisar 5,3-14,9% pada zona menarik, dengan nilai porositas lebih dari 5% maka lapangan dinilai dapat diproduksi. Cut-off porositas efektif ≥5%, saturasi air ≤70%, dan kandungan lempung ≤35%. Berdasarkan hasil perhitungan petrofisika didapatkan net reservoir setebal 1249,5 ft dan net pay 1240,5 ft pada Lapangan X. Kata kunci : Sub Cekungan Jambi, Formasi Baturaja, Petrofisika, Fasies, Porositas Efektif, Permeabilitas, Saturasi air, Kandungan lempung, Net reservoir, Net pay.