Browsing by Author "Citra Windani Mambang Sari"
Now showing 1 - 20 of 75
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan Primer Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan Kabupaten Kuningan 2016(2014) RONNY SUHADA FIRMANSYAH; Citra Windani Mambang Sari; Mamat LukmanPenelitian ini dilatarbelakangi dari peningkatan prevalensi hipertensi delam tiga tahun terakhir. Kabupaten Kuningan merupakan wilayah dengan prevalensi hipertensi terbanyak di Indonesia. Kasus hipertensi merupakan salah satu penyakit yang termasuk sepuluh penyakit terbesar selama tiga tahun di seluruh Puskesmas di Kabupaten Kuningan termasuk Puskesmas Windusengkahan yang memiliki catatan kenaikan hipertensi tiga tahun terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi pada di Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan Kabupaten Kuningan. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif anilitik korelasional dengan menggunakan multivariat regresi liniear. Responden pada penelitian ini adalah anggota keluarga usia dewasa baik pria maupun wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dan memiliki minimal dua faktor dari risiko hipertensi yang bertempat tinggal bersama keluarga. Pengambilan sampel di setiap kelurahan dalam pada wilayah kerja Puskesmas Windusengkahan ini menggunakan proporsional random sampling. Hasil dari penelitian ini yaitu semua variabel bebas seperti tingkat pengetahuan, faktor spiritual, faktor emosional, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, dan praktik keluarga berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi adalah paktor praktik. Persamaan yang muncul dari penelitian ini yaitu dukungan keluarga = 1.973 + 2.710 (Pengetahuan) + 0,591 (emosional) + 0,734 (spiritual) + 0.916 (praktek keluarga). Kesimpulan perawat komunitas sebaiknya mengembangkan suatu strategi yang dapat lebih meningkatkan keluarga dalam memberikan dukungan dalam pencegahan primer hipertensi. Keluarga menjadi faktor penting bagi anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatannya khususnya pada pencegahan primer hipertensiItem Correlation Between Basic Immunization Status and IHC Visits to Stunting Incidents on Toddlers(2023-03-21) JESSICA AZZAHRA DIVA; Citra Windani Mambang Sari; KosimStunting could be found in a circumstance where children`s height is unusual compared to their age. There are multifactor that cause stunting which some of them are repeated infections and the utilization of health services. Recurrent infections can be prevented if the child`s basic immunization consisting of BCG, hepatitis B, polio, DPT, Hib, and measles is complete. A complete history of immunization status can lower the incidence of recurrent infections. In addition, ANC examinations and measurements of weight and height as the form of the utilization of health services are perceivable by the frequency of visits of mothers and toddlers to integrated healthcare. The more frequently mothers and toddlers go to integrated healthcare, the faster stunting symptoms will be detected thus the toddler is less likely to experience stunting. This study aims to examine associations between toddlers` basic immunization status and visits to integrated healthcare regarding the stunting incidence among toddlers at the stunting locus in Desa Sukamulya, Kabupaten Bandung. The study used a quantitative correlation design with a secondary data approach. Respondents are acquired from secondary data, which is the society in Sukamulya Village, Bandung Regency. Samples were selected through purposive sampling technique with specific criteria which is mother with children under five, resulting 96 people in total. The variables in the study consisted of basic immunization status, visits to integrated healthcare, and stunting. Data processing uses univariate and bivariate analysis. The instrument consists of a toddler’s immunization history, ANC examination, also toddler’s weight and height measurement. Statistical test using Chi square with 5% significance level. This study results that there are no associations between basic immunization status (p value = 0.284) with stunting incident and visits to integrated healthcare is associated with (p value = 0.001) the incidence of stunting. These findings are caused by the variety of immunity levels of toddlers and there are multifactors that cause infectious diseases.Item Dukungan Keluarga pada Penderita Diabetesmelitus Tipe2 di Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Garut pada Pandemi Covid19(2021-01-13) DIAN RATU HILMI; Dadang Purnama; Citra Windani Mambang SariDiabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan sehingga diperlukan dukungan keluarga yang baik. Tujuan dari ini yaitu untuk mengetahui Dukungan Keluarga pada penderita diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Wanaraja Garut. Penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Jumlah sampel sebanyak 91 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan yaitu berupa kuesioner yang diberikan kepada penderita diabetes melitus, yang meliputi: data demografi dan dukungan Keluarga menurut Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS). Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukan dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus sebagian besar baik dengan persentase 91,2%, dengan dukungan emosional memiliki dukungan yang baik (93.4%), dukungan penghargaan memiliki dukungan yang baik (79,1%), dukungan instrumental memiliki dukungan yang baik (78,0%), dukungan informasi memiliki dukungan yang baik (93.4%). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan juga pengetahuan yang terkait dengan dukungan keluarga yang diterapkan pada penderita diabetes mellitus. Keyword: Diabetes mellitus, Dukungan keluarga, KeluargaItem Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Pada Lansia Hipertensi : Literatur Riview(2022-01-12) NURFUPAH DINUL HAQ; Udin Rosidin; Citra Windani Mambang SariHipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering ditemukan pada setiap orang termasuk lansia. Keberhasilan penanganan hipertensi pada lansia dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Tinggi dan rendahnya dukungan keluarga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat berpengaruh pada dukungan keluarga lansia hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan pendekatan narrative review. Data base yang digunakan yaitu PMC, sciendirect, ebscohost dan NCBI. Dengan menggunakan kata kunci berbahasa Inggris elderly or aged OR older OR elder or geriatric AND hypertension OR high blood pressure AND family support OR social support AND related factors dan berbahasa Indonesia lansia DAN hipertensi ATAU tekanan darah tinggi, DAN dukungan keluarga DAN faktor yang berhubungan. Hasil pencarian artikel dari beberapa data base dengan kata kunci yang digunakan oleh penulis didapatkan hasil sebanyak 2772 Artikel yang sesuai dengan kata kunci, kemudian dilakukan penyaringan kembali sesuai dengan kriteria inklusi hingga didapatkan 34 artikel, kemudian artikel tersebut di analisis kembali dengan melihat kesesuaian artikel dengan judul artikel yang diambil penulis sehingga didapatkan 10 artikel yang sesuai. Faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga lansia hipertensi ialah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, control tekanan darah, kesejahteraan psikologis, kualitas hidup, pengetahuan, status kesehatan, kepatuhan diet, dan pengendalian tekanan darah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan dukungan keluarga lansia hipertensi. Kata Kunci: Dukungan keluarga, Faktor yang mempengaruhi, Lansia HipertensiItem Gambaran Aktivitas Fisik Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Guntur Kabupaten Garut(2019-07-19) VIA OKTAVIANI; Iwan Suhendar; Citra Windani Mambang SariHipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dan berisiko terhadap penyakit jantung. Salah satu pengelolaan hipertensi adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit tidak menular adalah kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi gambaran aktivitas fisik pasien hipertensi di Puskesmas Guntur Kabupaten Garut. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Guntur Kabupaten Garut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling sebanyak 118 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan Internasional Physical Activity Quesionnaire-long Form dengan jumlah 25 pertanyaan dan terdiri dari 4 domain aktivitas. Data diolah menggunakan analisis distribusi frekuensi dan persentase. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 100 responden (84.7%) melakukan aktivitas fisik ringan (15.3%) dan tidak ada yang melakukan aktivitas fisik sedang dan 18 responden melakukan aktivitas fisik berat. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik ringan. Implikasi dari penelitian ini dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang aktivitas fisik di Puskesmas Guntur Kabupaten Garut.Item Gambaran Asupan Gizi Pada Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas Rancaekek Kabupaten Bandung(2017-08-21) NIDA AMALIA; Dyah Setyorini; Citra Windani Mambang SariFaktor yang mempengaruhi terjadi hipertensi adalah faktor usia dan gaya hidup. Pada lansia terjadi penurunan asupan nutrisi yang memyebabkan lansia mengalami penurunan nafsu makan karena salah satunya fungsi indra pengecap yang menurun karena faktor usia. Hal ini dapat memicu terjadi penyakit kronik yaitu hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Asupan Gizi pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Rancaekek Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknis analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Populasi penelitian yaitu pada lansia hipertensi di Puskesmas Rancaekek dengan sampel 52 lansia. Data Asupan Gizi responden diperoleh menggunakan lembar food record selama 3 hari kemudian dihitung mengunakan softwareNutrisurvey dengan hasil ukur dalam kilokalori (kcal). Hasil pada penelitian diperoleh bahwa untuk asupan karbohidrat, protein dan natrium pada lansia dengan hipertensi diperoleh hasil yang cukup dan pada asupan lemak (56,6%) pada lansia mengalami kelebihan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lansia terdapat pada rentan kegemukan (47,8%). Kesimpulan pada penelitian ini bahwa asupan lemak yang tinggi dapat menaikkan tekanan darah dan dibutuhkan adanya pengaturan pola makan yang dikonsumsi oleh lansia dengan hipertensi.Item GAMBARAN DEPRESI PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA (PRSLU) CIPARAY(2020-10-14) INDAH FARIDA; Citra Windani Mambang Sari; Iwan ShalahuddinLansia akan mengalami berbagai penyakit degeneratif karena adanya penurunan fungsi tubuh. Salah satu penyakit yang diderita pada lansia yaitu hipertensi. Hipertensi menyebabkan masalah psikologis pada lansia karena lansia akan depresi dan takut kondisi yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi pada lansia dengan hipertensi di panti rehabilitasi sosial lanjut usia (PRSLU) Ciparay. Metode penelitian ini menggunakan data sekunder dari program profesi ners angkatan 38 gelombang I pada bulan februari 2020. Menggunakan deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan depresi pada lansia dengan hipertensi di PRSLU Ciparay. Teknik pengambilan sampel total sampling dengan jumlah sampel 41 lansia, dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 25 dan lansia perempuan sebanyak 16 orang. Instrument penelitian ini menggunakan instrument GDS (geriatric depression scale) yang terdiri dari 15 pertanyaan dan menggunakan alat sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah. Analisis menggunakan univariat dan disajikan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 orang lansia dengan hipertensi (24.4%) yaitu depresi normal, 24 orang lansia hipertensi (58.5%) mengalami depresi ringan, sebanyak 7 orang lansia hipertensi (17.1%) mengalami depresi sedang. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia hipertensi dapat menyebabkan depresi di Panti Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (PRSLU) Ciparay. Lansia hipertensi depresi membutuhkan perhatian dari tenaga kesehatan, dimana tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam mengatasi berbagai jenis depresi, diantaranya berperan aktif sebagai edukator dalam memberikan psikotherapy untuk membantu penderita lansia hipertensi dengan depresi mengubah pola pikir negative atau pola tidak peroduktif yang mungkin berperan sebagai pemicu terjadinya depresi.Item Gambaran Diet Pada Keluarga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda Kota Bandung(2017-08-11) FITRI NURUL KHOTIMAH; Sri Hartati Pratiwi; Citra Windani Mambang SariDiet adalah salah satu faktor utama yang berhubungan dengan berbagai penyakit termasuk DM. Diet tinggi karbohidrat, lemak, protein, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 terutama pada keluarga pasien sebagai kelompok berisiko. Pada penelitian sebelumnya pada mahasiswa dengan keluarga DM di Jawa Timur masih memiliki pola konsumsi makanan yang tinggi kalori. Perbedaan populasi, budaya, serta usia mungkin akan mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk menggambarkan diet pada keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskemas Garuda Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Responden berjumlah 46 orang yang merupakan anak kandung pasien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda. Data diet diperoleh melalui food record selama 3 hari dihitung mengunakan software Nutrisurvey dengan hasil ukur dalam kilokalori (kcal) yang kemudian dikategorikan berdasarkan Konsensus Perkeni 2015. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebanyak 39 (84,8%) responden dalam kategori diet kurang dari kebutuhan, sebanyak 37 (80,4%) responden dalam kategori asupan karbohidrat cukup, sebanyak 39 (84,6%) responden dalam kategori asupan lemak berlebih, sebanyak 45 (97,8%) responden dalam kategori asupan protein cukup, dan 41 (89,1%) responden dalam kategori serat kurang. Dari keseluruhan konsumsi yang diukur, maka konsumsi lemak lebih dan serat yang kurang dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 pada keluarga pasien. Simpulan dari penelitian ini bahwa hampir seluruh keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Garuda berada pada kategori diet kurang dari kebutuhan tetapi dengan asupan lemak berlebih dan serat yang kurang. Berdasarkan hasil tersebut, maka perawat puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan program luar gedung dengan menyasar keluarga penderita DM untuk menjadikan diet sebagai upaya untuk mencegah risiko DM pada keluarga pasien DM tipe 2.Item Gambaran diet pada penderita tuberkulosis paru fase intensif di puskesmas Garuda dan Sukajadi kota Bandung(2017-08-09) HILMAN SAIFUL ISLAM; Citra Windani Mambang Sari; Desy Indra YaniABSTRAK Diet merupakan komponen penting dalam penanganan tuberkulosis. Diet adalah pemenuhan nutrisi harian dan nutrisi yang dimaksud adalah makronutrisi dan mikronutrisi. Kurangnya asupan makronutrisi dan mikronutrisi pada penderita tuberkulosis paru dapat berdampak buruk bagi penderita. Kurangnya asupan nutrisi tersebut dapat dilihat dari rendahnya IMT penderita TB. Perawat dalam dunia gizi berperan sebagai edukator, konselor dan juga researcher untuk memastikan nutrisi sudah memenuhi kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran diet pada penderita tuberkulosis fase intensif di puskesmas wilayah kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Sampel yang diambil merupakan penderita tuberkulosis paru fase intensif di puskesmas wilayah kota Bandung, dalam waktu 1 bulan pengambilan sampel yang didapat sebanyak 36 penderita TB. Data dikumpulkan menggunakan instrumen 3 days food record dan dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita TB yang mengonsumsi kalori kurang dari kebutuhan sebanyak 31 (86,1%), sedangkan penderita TB yang mengonsumsi karbohidrat mencukupi kebutuhan sebanyak 29 (80,6%), lalu penderita TB yang mengonsumsi protein kurang dari kebutuhan sebanyak 30 (83,3%), kemudian penderita TB yang mengonsumsi lemak mencukupi kebutuhan sebanyak 20 (55,6%) dan penderita TB yang mengonsumsi vitamin D kurang dari kebutuhan sebanyak 36 (100%). Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa diet pada penderita TB masih kurang. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara keseluruhan, diet pada penderita TB masih kurang, meskipun pemenuhan karbohidrat dan lemak sudah mencukupi kebutuhan tetapi pemenuhan kalori, protein dan vitamin D masih kurang. Berdasarkan hasil tersebut, maka pihak puskesmas wilayah kota Bandung dianjurkan untuk melakukan penyuluhan terkait keberagaman jenis makanan yang harus dikonsumsi penderita TB agar kebutuhan kalori, protein dan vitamin D harian dapat terpenuhi.Item GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG(2016-07-13) LENI SUKMAWATI; Citra Windani Mambang Sari; Kusman IbrahimPenderita hipertensi harus melakukan perawatan diri untuk mempertahankan dan memelihara fungsi kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga yang ditujukan melalui sikap, tindakan, serta penerimaan keluarga selama masa hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap perawatan diri pada penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 104 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen dukungan keluarga mengacu pada DSSQ-Family Version (Diabetes Spesific Support from Family Members) dengan nilai validitas 0,310-0,737 dan nilai reliabilitas 0,735. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata total atau nilai mean dukungan keluarga total adalah 87,1. Sebanyak 47 responden (45,19%) memiliki nilai dibawah mean, sedangkan sebanyak 57 responden (54,8%) memiliki nilai diatas mean. Berdasarkan subvariabel dari dukungan keluarga didapatkan bahwa 56 orang (53,84%) memiliki nilai rata-rata tinggi, dukungan emosional 58 orang (55,76%) memiliki nilai rata-rata tinggi, dukungan informasional 57 orang (54,80%) memiliki nilai rata-rata rendah dan dukungan penghargaan 57 orang (54,80%) memiliki nilai rata-rata tinggi. Berdasarkan hasil tersebut harus melakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok terhadap hipertensi, menjaga berat badan ideal dan olahraga teratur serta mencarikan informasi tentang hipertensi dari buku maupun sumber lain. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Hipertensi, Perawatan Diri Kepustakaan : 79, 2001-2016Item GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN STATUS DEMENSIA PADA LANSIA DI POSBINDU PUSKESMAS CARINGIN(2018-07-17) AINES ANIATI WINDA S; Citra Windani Mambang Sari; Taty HernawatyLanjut usia merupakan suatu kelompok yang sangat rentan terjadi penyakit degeneratif dikarenakan proses menua termasuk penurunan fungsi kognitif yang dapat berakibat demensia. Demensia akan berdampak pada hilangnya kemampuan lansia dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan status demensia pada lansia di posbindu Puskesmas Caringin. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif cross sectional dan menggunakan random sampling. Penelitian ini melibatkan 125 lansia yang ada di Posbindu Puskesmas Caringin. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner 3MS (The Modified Mini Mental State-Test) dengan hasil uji validitas (0,390-0,710) dan uji reliabilitas (0,815). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan deskriptif dengan statisti distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 105 responden lansia mengalami demensia ringan atau normal (84.0%) dan demensia sedang (16.0%). Demensia sedang pada usia old (43,8%), status menikah (26,9%), tidak sekolah (53,1%), mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes melitus lebih banyak mengalami demensia dan depresi (50,0%). Semakin bertambahnya usia maka risiko terjadinya demensia semakin tinggi dan diikiuti beberapa faktor lainnya. Simpulan dari penelitian ini ialah demensia sedang lebih banyak dialami oleh lansia yang berusia old, jenis kelamin perempuan, berstatus janda/duda, tidak sekolah, tidak bekerja, yang mempunyai riwayat vaskular seperti hipertensi dan diabetes melitus, mempunyai IMT normal, lansia yang tidak merokok dan lansia yang depresi sedang. Perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian lansia secara rutin dan agar dapat mengetahui berapa banyak lansia yang mengalami demensia dan mengkaji kembali faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan demensia.Item Gambaran Faktor-faktor Risiko Hipertensi Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran(2022-07-08) SILVI OKTAVIA; Citra Windani Mambang Sari; Nina SumarniABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif yang merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Faktor-faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah (usia, jenis kelamin, genetik) dan faktor risiko yang dapat diubah (obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi natrium berlebih, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan stres psikis). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor risiko hipertensi pada mahasiswa Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan analisis data menggunakan analisis univariat. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2017 yang berjumlah 4948 dengan sampel sebanyak 271 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental sampling. Instrumen yang digunakan penelitian ini yaitu faktor risiko hipertensi dan stres psikis menggunakan HARS. Hasil penelitian menggambarkan faktor risiko pada responden lebih banyak pada usia dengan kategori 22 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan sebesar 57,6%, yang memiliki riwayat penyakit keluarga dengan hipertensi sebesar 55,4%, yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 43%, yang memiliki obesitas dalam batas normal sebesar 74,9%, yang memiliki aktivitas fisik (olahraga) dalam kategori rendah sebesar 34,7%, yang memiliki konsumsi natrium dengan kategori kadang-kadang sebesar 72,0% dan yang memiliki stress psikis berada di kategori ringan sebesar 64,9%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk menambah pengetahuan dan sebagai acuan pencegahan hipertensi pada mahasiswa Universitas Padjadjaran agar terhindar dari penyakit hipertensi. Kata Kunci : faktor risiko, hipertensi, mahasiswaItem Gambaran Faktor-Faktor Tidak Langsung Pada Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Cijulang Kabupaten Pangandaran(2023-04-12) PAMELA BALQIS; Citra Windani Mambang Sari; Wiwi MardiahStunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis dimana tinggi badan balita lebih pendek dari seusianya. Terdapat 63 kasus stunting di Kecamatan Cijulang. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memodifikasi faktor-faktor tidak langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor tidak langsung pada kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Cijulang Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini berbentuk deskriptif kuantitatif dengan teknik total sampling sebanyak 63 sampel. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi, Household Food Insecurity Assessment Scale (HFIAS) dan Parental Feeding Style Questionnaire (PFSQ) yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Penelitian dianalisis dengan analisis univariat. Berdasarkan identifikasi dari masing-masing faktor tidak langsung pada kejadian stunting, sebagian besar balita berasal dari keluarga dengan sedikit rawan pangan (61,9%), pola asuh makan pengabaian (31,3%), pendidikan ibu SMP/sederajat (41,3%), dan pendapatan keluargaItem Gambaran Gaya Hidup Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA Kabupaten Garut(2022-10-05) TANTI TAZKIA PERTIWI; Citra Windani Mambang Sari; Eka Afrima SariLatar belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan aktivitas sosial, aktivitas fisik, dan lockdown. Hal ini berdampak pada berbagai bidang diseluruh dunia khususnya pendidikan sehingga menyebabkan Adaptasi Pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring dan berpengaruh terhadap domain gaya hidup. Berbagai dampak kesehatan mengancam individu atau kelompok yang memiliki gaya hidup yang buruk. Penelitian gaya hidup di masa pandemi masih terbatas dan belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui perubahan gaya hidup sehat pada siswa. siswa SMA yang berpotensi mengalami penurunan aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak teratur di masa pandemi. Siswa selama pembelajaran daring menyebabkan menghabiskan waktu di depan laptop atau gadget selama proses pembelajaran berlangsung yang beresiko menurunnya gaya hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran gaya hidup remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMA kabupaten Garut. Metode: Jenis penelitian ini yaitu dengan pendekatan cross sectional kuantitatif dan analisa data menggunakan analisis univariat tabel distribusi frekuensi. Sampel dalam penelitian ini yaitu 346 siswa SMA kabupaten Garut. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Instrumen yang digunakan penelitian ini yaitu Health Promotion Lifestyle profile (HPLP-II). Hasil : menunjukan bahwa remaja memiliki gaya hidup tinggi sebanyak 49,7%, dengan dimensi tanggung jawab kesehatan sebanyak 59%, dimensi aktifitas fisik sebanyak 56,6%, dimensi nutrisi sebanyak 51,7%, dimensi perkembangan spiritual sebanyak 59,5, dimessi hubungan interpersonal sebnayak 59,1%, dan dimensi manageman stres sebanyak 52,6%. Namun pada hasil penelitian setengahnya memiliki gaya hidup rendah sebanyak 50,3%, oleh karena itu, diharapkan agar ada promkes tentang pola perilaku hidup sehat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan siswa. Kata kunci: gaya hidup, pandemi Covid-19, remajaItem Gambaran Gaya Hidup Terkait Resiko Komplikasi Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung(2016-07-17) AMELIA KRISTIANTI; Kusman Ibrahim; Citra Windani Mambang SariAngka kejadian hipertensi meningkat setiap tahunnya. Dalam jangka waktu yang lama penyakit hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa terganggunya fungsi yang diperberat dengan gaya hidup penderita hipertensi yang kurang baik. Perubahan gaya hidup yang meliputi merokok, konsumsi makanan berisiko, olahraga, dan stres harus dilakukan untuk mengatasi hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi agar dapat menekan angka kejadian hipertensi dan komplikasinya. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini semua penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung pada tahun 2015 dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 123 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini variabel merokok, konsumsi makanan berisiko dan aktivitas fisik diambil dari peneliti lain, sedangkan variabel stres menggunakan instrumen DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yang disediakan dalam terjemahan resmi bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan persentasi gaya hidup penderita hipertensi sebanyak 78% tidak berisiko dan 22% berisiko pada variabel merokok, sebanyak 52% memiliki kebiasaan makan baik dan 48% kebiasaan makan buruk, sebanyak 89,4% kurang berolahraga dan 10,6% cukup berolahraga, sebanyak 48,8% memiliki tingkat stres normal, 17,1% stres ringan, 26,8% stres sedang, 6,5% stres berat dan 0,8% stres sangat berat. Olahraga harus menjadi modifikasi gaya hidup yang perlu diperhatikan. Puskesmas diharapkan memberikan panduan atau menampilkan video berisikan jenis-jenis olahraga yang sesuai dengan rentang usia terutama pada lansia karena sebagian besar golongan lansia tidak melakukan olahraga secara teratur dan terbiasa hidup sedentari.Item Gambaran Karakteristik Demografi dan Tingkat Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay(2017-08-11) ATIKAH LOVIANI; Nita Fitria; Citra Windani Mambang SariLansia mengalami beberapa perubahan, diantaranya ialah perubahan fisik dan sosial serta terjadi beberapa masalah psikologis, salah satunya ialah depresi. Seiring dengan bertambahnya usia dan beberapa masalah serta perubahan tersebut, hal itu bisa memicu terjadinya depresi pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik demografi dan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Rancangan penelitian menggunakan metode deksriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 105 lansia dengan menggunakan teknik purposive sampling. Setelah dilakukan screening didapatkan hasil sampel 41 lansia. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah Geriatric Depression Scale - 15 dengan hasil uji validitas (0,443-0,824) dan uji realibilitas (0,889). Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan analisa distribusi frekuensi dengan hasil depresi normal, ringan, sedang, dan berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi yang dialami oleh lansia ialah normal (39,02%), depresi ringan (43,90%), depresi sedang (14,63%) dan depresi berat (2,43%). Karakteristik demografi pada lansia yang mengalami depresi ringan ialah usia 60-74 tahun (29,26%), jenis kelamin laki-laki (26,82%), status pernikahan duda/janda (39,02%), dan tingkat pendidikan SMA (9,75%). Simpulan dari penelitian ini ialah depresi ringan banyak dialami oleh lansia yang berusia 60-74 tahun, jenis kelamin laki-laki, status pernikahan duda/janda, dan tingkat pendidikan SMA. Perawat diharapkan bisa melakukan pengkajian lansia secara rutin supaya mengetahui apa yang harus dilakukan agar dapat menurunkan depresi pada lansia dan mengkaji kembali terkait faktor-faktor yang menyebabkan depresi.Item Gambaran Kecemasan dan Faktor risiko penyebab kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Wanaraja Garut(2019-07-19) TINEU HIJRIANI; Iwan Suhendar; Citra Windani Mambang SariABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi masalah kesehatan. Perubahan pola hidup yang mendadak pada penderita diabetes mellitus dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan pada penderita diabetes mellitus dapat mempengaruhi terhadap pengendalian kadar gula darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi bahkan kematian. Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan kecemasan pada penderita diabetes mellitus, baik faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap, komplikasi, gula darah, pengobatan, ataupun faktor eksternal yaitu lingkungan, dukungan keluarga, dan fasilitas kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kecemasan dan faktor resiko penyebab kecemasan pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Wanaraja. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 91 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner, yang meliputi : data demografi, pengetahuan dan sikap, dan kecemasan menggunakan Zung Self-Ranting Anxiety Scale (SAS/RAS). Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat kecemasan sedang dengan hasil 71 (78,0%) lebih banyak dialami pada rentang usia 45-59 tahun dengan hasil 34 orang (77,3%), pada jenis kelamin perempuan sebanyak 47 orang (78,3%), dengan tingkat pendidikan smp sebanyak 31 orang (83,8%), dan berada pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak 49 orang (80,3%), dan sikap yang cukup sebanyak 65 orang (81,2%). Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pemberian pendidikan kesehatan tentang kecemasan dan asuhan keperawatan untuk menurunkan kecemasan pada penderita diabetes mellitusItem GAMBARAN KECEMASAN DENGAN STATUS HIPERTENSI LANSIA PADA MASA PANDEMI COVID PADA LANSIA DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS CIPANAS GARUT(2022-07-08) ALDI APRIADI; Witdiawati; Citra Windani Mambang SariHipertensi dapat menyebabkan masalah psikologis pada lansia karena lansia akan cemas dan takut akan kondisi yang dialaminya. Situasi Covid-19 ini menyebabkan meningkatnya kecemasan pada setiap orang karena merasa khawatir takut akan tertular virus corona, selain itu banyak pasien dengan penyakit comorbid yang meninggal. Kondisi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh lansia, apalagi yang mempunyai penyakit comorbid salah satunya hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran antara kecemasan dengan status hipertensi pada saat pandemi covid-19 pada lansia di wilayah kerja puskesmas Cipanas Garut. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif korelasional, teknik pengambilan sampel total sampling dengan jumlah sampel 133 lansia dengan hipertensi di wilayah UPT Puskesmas Cipanas Garut. Instrument penelitian ini menggunakan instrument HARS (Hamilton Anxiety rating Scale) yang terdiri dari 14 pertanyaan dan menggunakan alat sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah. Analisis akan menggunakan univariat disajikan dengan menggunakan statistik distribusi frekuensi dan presentase, dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan ringan sebanyak 29 orang (21.8%), kecemasan sedang sebanyak 78 orang (58.6%), kecemasan berat 25 orang (18.8%), kecemasan sangat berat sebanyak 1 orng (8%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia mengalami kecemasan dengan status hipertensi. Lansia dengan status hipertensi membutuhkan perhatian dari keluarga maupun tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam mengatasi kecemasan, diantaranya perlunya peran edukasi dan tenaga kesehatan untuk memberikan psikoterapi dalam membantu lansia hipertensi untuk mengubah pola pikir yang memicu terjadinya kecemasan.Item Gambaran Kecemasan Fisik Sosial pada Remaja Perempuan di SMPN Kota Bandung(2020-07-09) NIDYA FILDZA HADIANI; Citra Windani Mambang Sari; Nur Oktavia HidayatiRemaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan emosional. Salah satu perubahan yang signifikan adalah bentuk fisik. Remaja cenderung takut terhadap evaluasi negatif dari orang lain terkait fisiknya yang disebut kecemasan fisik sosial. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran kecemasan fisik sosial remaja perempuan di SMPN Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif menggunakan teknik total populasi dengan sampel sebanyak 331 siswi SMPN Kota Bandung. Instrumen yang digunakan adalah SPAS-C (Social Physique Anxiety Scale for Children). Analisis data menggunakan skor rata-rata kecemasan fisik sosial dan disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki skor rata-rata skor kecemasan fisik sosial. Meskipun hasil yang didapat yaitu mayoritas responden memiliki skor rata-rata skor kecemasan fisik sosial. Peneliti menyarankan bagi siswi yang mengalami kecemasan fisik sosial untuk mendapatkan perhatian khusus dari pihak sekolah dan Puskesmas. Sekolah dapat membuat jadwal konsultasi atau menggunakan sistem konsultasi online serta bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai kecemasan fisik sosial baik faktor yang mempengaruhi dan pencegahannya.Item Gambaran Kejadian Jatuh dan Faktor Risiko Jatuh pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sekeloa(2019-07-22) NAUFAL FAUZIAH; Citra Windani Mambang Sari; Urip RahayuJatuh pada lansia adalah penyebab utama cedera dan keterbatasan aktivitas yang dapat menyebabkan kecacatan, ketergantungan, penurunan kualitas hidup hingga kematian. Jatuh dapat dicegah dengan mengidentifikasi faktor risiko untuk selanjutnya merancang strategi intervensi pencegahan jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kejadian jatuh dan faktor risiko jatuh pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sekeloa Kota Bandung. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif cross sectional dan menggunakan teknik sampling purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah lansia yang menjadi sasaran Posbindu Puskesmas Sekeloa Kota Bandung dengan melibatkan 100 lansia sebagai sampel dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi, kuesioner data kesehatan dan kuesioner MMSE, Barthel Indeks, dan BBS. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan deskriptif dengan statistik distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 25% lansia pernah jatuh dalam satu tahun terakhir. Arah jatuh, waktu jatuh, dan tempat jatuh paling banyak adalah ke depan, pada siang hari dan di luar rumah. Dampak fisik yang diakibatkan jatuh paling banyak adalah nyeri, memar, bengkak dan dampak jatuh psikologis adalah takut jatuh dan membatasi aktivitas. Lansia yang mengalami jatuh paling banyak adalah usia veryold (>90), jenis kelamin perempuan, status pernikahan janda/duda, status pendidikan terakhir SMA, IMT normal, tidak merokok, memiliki riwayat jatuh sebelunya, memiliki penyakit hipertensi, nyeri sendi, vertigo, menggunakan obat, memiliki gangguan kognitif ringan, ketergantungan ringan, dan gangguan keseimbangan risiko jatuh tinggi. Perawat diharapkan dapat dapat merancang program pencegahan jatuh, untuk menurunkan kejadian jatuh pada lansia berupa edukasi dan intervensi. Edukasi yang dapat diberikan diantaranya anjurkan mengkonsumsi vitamin D, berjemur dengan sinar matahari, dan menjelaskan efek samping obat. Intervensi yang disarankan diantaranya menilai dan mengobati hipotensi postural, dan program latihan yang meliputi kekuatan kaki, gaya berjalan, dan latihan keseimbangan yang dibimbing oleh perawat dan dapat dilakukan sendiri oleh lansia dirumah.