Browsing by Author "Gita Gayatri"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
Item Comparison of Crown Width, Length, Width/Length Ratio of Maxillary Anterior Teeth between Male and Female Students in FKG UNPAD(2017-04-24) PAK HAN YUAN; Ida Ayu Evangelina Nurdiati; Gita GayatriCrown width and crown length provides significant information on human evolution as well as in forensic and clinical dentistry. The width-to-length ratio or individual tooth proportion (ITP) of maxillary anterior teeth considered as an important factors for dental aesthetics and harmonic teeth arrangement. The goal of this research is to establish if there is any significant difference in crown width, length, width/length ratio of permanent maxillary anterior teeth between male and female students in FKG UNPAD. The method used for this research was analytical statistical approach. Total sampling technique with criteria was used to determine the sample size from the total population of students of FKG UNPAD from batch 2012 to 2014. The data was analyzed using Kolmogorov-Smirnov test, Independent Two Sample T test and Mann-Whitney test. The result shows that there is difference in crown width, length, width/length ratio of permanent maxillary anterior teeth between male and female students in FKG UNPAD. In conclusion, there is significant difference in crown width and length of permanent maxillary anterior teeth between male and female students in FKG UNPAD. There is no significant difference in crown width/length ratio of permanent maxillary anterior teeth between male and female students in FKG UNPAD.Item Description Of Imaging In Panoramic Radiograph Of Anterior Maxillary Apical Root Resorption Based On Treatment Time And Severity Of Malocclusion(2018-07-10) MICHELLE AMANDA A/P WILSON CHRISTOPHER; Suhardjo; Gita GayatriApical root resorption is a common side effect of fixed orthodontic treatment. The purpose of this research is to describe the anterior maxillary apical root resorption based on treatment time and severity of malocclusion using the imaging in panoramic radiograph. The observational simple descriptive research design study was done on 30 panoramic radiograph before and after treatment in Orthodontic Department of Dental Hospital, Faculty of Dentistry, Padjadjaran University using total sampling. Radiographic images of anterior maxillary apical root resorption were measured by the perpendicular distance between the insical edge and the root apex. The result of this study is the longer the treatment time the higher the severity of malocclusion and apical root resoprtion. The conclusion of this study deduced that the description of anterior maxillary apical root resorption increases with fixed orthodontic treatment time and severity of malocclusion.Item Gambaran Proporsi Tinggi Wajah Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Ras Deutro Melayu (Subjek Mahasiswa Program Studi Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran)(2020-04-24) AULIA ROHADATUL AISY; Avi Laviana; Gita GayatriPendahuluan: Estetika dan keharmonisan wajah sangat erat kaitannya dengan proporsi komponen wajah yang selaras. Referensi proporsi tinggi wajah kelompok ras tertentu perlu diketahui oleh ortodontis dan ahli bedah untuk menciptakan perawatan yang secara estetik memuaskan terhadap demografis tempat individu tinggal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proporsi tinggi wajah adalah maloklusi yang juga merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan gangguan periodontal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional yang dilakukan terhadap 116 orang mahasiswa ras Deutro Melayu Program Studi Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Hasil: Dari 116 sampel didapatkan bahwa kelompok maloklusi kelas I Angle mempunyai proporsi tinggi wajah atas dan bawah pada pria yaitu 46,74% dan 53,26% serta pada wanita yaitu 47,52% dan 52,48%. Kelompok maloklusi kelas II Angle wanita memiliki proporsi tinggi wajah atas dan tinggi wajah bawah yaitu 48,64% dan 51,54%. Kelompok maloklusi kelas III Angle mempunyai proporsi tinggi wajah atas dan bawah pada pria yaitu 45,31% dan 54,69% serta pada wanita yaitu 46,29% dan 53,71%. Pembahasan: Adanya perbedaan tinggi wajah pada kelompok maloklusi yang berbeda dapat disebabkan oleh rotasi pertumbuhan rahang. Individu dengan wajah pendek yang ditandai dengan proporsi tinggi wajah bawah yang lebih kecil dari normal mengalami forward rotation. Individu dengan wajah panjang yang ditandai dengan proporsi tinggi wajah bawah yang lebih besar mengalami backward rotation. Simpulan: Proporsi tinggi wajah atas terbesar berturut-turut terlihat pada kelompok maloklusi kelas II, I, dan III. Proporsi tinggi wajah bawah terbesar berturut-turut terlihat pada kelompok maloklusi kelas III, I, dan II.Item Hubungan Diskrepansi Ukuran Gigi Rahang Atas dengan Ukuran Gigi Rahang Bawah Berdasarkan Analisis Bolton Terhadap Profil Wajah(2019-04-10) ANDRIAN FADHLILLAH RAMADHAN; N. R. Yuliawati Zenab; Gita GayatriPendahuluan: Diskrepansi ukuran gigi dan profil wajah merupakan dua faktor yang membantu dalam proses penegakan diagnosis dan penentuan rencana perawatan ortodonti. Pengukuran diskrepansi ukuran gigi dapat dilakukan dengan analisis Bolton, analisis ini dapat memberikan gambaran ruang yang tersedia pada rahang pasien. Profil wajah dapat digunakan sebagai guideline dalam menentukan estetik wajah yang ingin dicapai setelah perawatan. Tipe profil wajah dapat diinterpretasi dari hasil fotografi ekstraoral. Metode: Dilakukan penelitian analitik observasional terhadap 50 orang sampel mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2016 yang meliputi analisis model studi dan interpretasi hasil foto profil ekstraoral. Kemudian dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel tersebut.. Hasil: Dari 50 orang sampel didapatkan rata-rata anterior ratio sebesar 79,53% ±2,61 dengan profil wajah lurus sebanyak 33 orang (66%) dan profil wajah cembung sebanyak 17 orang (34%). Pembahasan: Nilai rasio Bolton yang semakin kecil dimana ukuran mesiodistal gigi maksila lebih besar dibandingkan dengan rasio normal dapat menimbulkan maloklusi yang diketahui memiliki hubungan dengan bertambah besarnya overjet yang dimiliki seseorang. Overjet diketahui memiliki hubungan signifikan dengan profil wajah seseorang, dimana semakin besar overjet maka semakin meningkat kecembungan wajah seseorang tersebut. Sedangkan semakin besar nilai rasio Bolton, maloklusi terjadi pada gigi rahang bawah dan tidak secara signifikan memberikan pengaruh terhadap kecembungan profil wajah seseorang. Simpulan: Berdasarakan hasil uji korelasi Pearson didapatkan nilai p-value (0,896) yang lebih besar dari α=0,05 sehingga ditarik kesimpulan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara diskrepansi ukuran gigi dan profil wajah.Item Hubungan Motivasi Perawatan Ortodonti dengan Tingkat Kebutuhan Perawatan Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need(2019-04-10) RISSA ZHARFANY ERNATA; Anne Agustina Suwargiani; Gita GayatriPendahuluan: Maloklusi merupakan suatu keadaan menyimpang pada hubungan gigi geligi dan atau rahang dari kondisi normalnya. Maloklusi memberikan dampak terhadap kualitas hidup seseorang. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup dapat menimbulkan motivasi untuk melakukan perawatan ortodonti. Kebutuhan subjektif dan objektif terhadap perawatan ortodonti bervariasi. Kebutuhan subjektif terkadang lebih tinggi atau rendah dari kebutuhan objektifnya (dan sebaliknya). Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti dapat dinilai oleh suatu indeks. Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) merupakan salah satu indeks yang digunakan untuk melihat tingkat kebutuhan perawatan. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik korelasi untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara motivasi dalam mendapatkan perawatan ortodonti dengan tingkat kebutuhan perawatan. Motivasi dalam mendapatkan perawatan ortodonti dinilai menggunakan kuesioner, sedangkan tingkat kebutuhan perawatan dinilai menggunakan dental health component IOTN. Hasil: Motivasi pasien secara keseluruhan dalam mendapatkan perawatan ortodonti tergolong ke dalam kelompok sedang. Motivasi yang berkaitan dengan estetika tergolong tinggi. Motivasi yang berkaitan dengan kesehatan mulut, fungsi mulut, dan psikososial tergolong sedang. Motivasi berkaitan dengan pengaruh orang lain tergolong rendah. Tingkat kebutuhan perawatan grade 4 (banyak membutuhkan perawatan) menunjukan persentase paling besar yaitu 48.57%. Hasil analisis statistik korelasi Gamma antara variabel motivasi secara keseluruhan dengan tingkat kebutuhan perawatan menunjukan p-value = 0.010 dengan a = 0,05. P-value < a menunjukan adanya hubungan signifikan. Koefisien gamma sebesar 0.335 menunjukan kekuatan korelasi yang lemah dan hubungan yang positif. Simpulan: Terdapat hubungan antara motivasi perawatan ortodonti (secara keseluruhan) dengan tingkat kebutuhan perawatan berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need. Hubungan signifikan terdapat pada motivasi yang berkaitan dengan kondisi fungsi mulut dan psikososial.Item Penatalaksanaan Nyeri Ortodonti Pasca Aktivasi Peranti Cekat dan Lepasan oleh Dokter Gigi di Indonesia (Survei)(2024-01-05) DHEA PUTRI FEBRIANNAVISHA; Avi Laviana; Gita GayatriHampir seluruh pasien ortodonti mengalami nyeri ortodonti. Rasa nyeri dapat mengganggu bahkan menjadi alasan pasien menghentikan perawatan ortodonti. Dokter gigi harus dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien sebanyak mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode penatalaksanaan nyeri ortodonti pasca aktivasi peranti cekat dan lepasan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi di Indonesia. Penelitian deskriptif-kualitatif cross-sectional. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, menghasilkan 157 orang, yaitu 58 orang dokter gigi umum dan 99 orang dokter gigi spesialis. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner hasil adaptasi cross-cultural dari penelitian di Irak. Data dikonversi menjadi persentase. Sebagian besar dokter gigi (53%) menggunakan kombinasi metode non-farmakologis dan farmakologis dalam menangani nyeri ortodonti. Metode non-farmakologis yang paling banyak digunakan adalah perspektif psikologis, manajemen perilaku, dan follow-up melalui telepon (63%), sedangkan metode farmakologis adalah meresepkan obat asam mefenamat dan parasetamol (49%). Metode penatalaksanaan nyeri ortodonti pasca aktivasi peranti cekat dan lepasan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi di Indonesia adalah kombinasi metode non-farmakologis dan farmakologis.Item Pengaruh Keparahan Crowding Terhadap Akumulasi Plak(2022-07-13) MARLYANA FAUZIA; Gita Gayatri; Dyah Nindita CarolinaPendahuluan: Crowding adalah kondisi lengkung rahang yang lebih sempit daripada jumlah panjang mesio-distal gigi geliginya. Salah satu cara mengukur tingkat keparahan crowding adalah dengan menggunakan Arch Length Discrepancy (ALD). Crowding dapat menyebabkan perawatan gigi lebih sulit sehingga plak mudah terakumulasi yang dapat diukur menggunakan analisis O’Leary. Pengaruh tingkat keparahan crowding terhadap akumulasi plak dapat diukur dengan analisis ALD terhadap indeks O’Leary untuk mengetahui pengaruh keparahan crowding terhadap akumulasi plak Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dan data yang terkumpul diolah dengan Uji Korelasi Spearman. Sampel penelitian berjumlah 30 data sekunder dengan rumus penentuan besar sampel minimal analisis korelatif dari pasien RSGM Unpad Departemen Periodonsia yang dirawat oleh koas FKG Unpad pada tahun 2018 sampai 2020. Hasil: Data yang diperoleh menunjukkan pengaruh crowding terhadap akumulasi plak mempunyai hubungan korelasi yang lemah. Semakin parah crowding pada pasien, semakin tinggi akumulasi plak. Pembahasan: Faktor yang menyebabkan korelasi kedua variabel lemah adalah adanya perbedaan pengetahuan pasien mengenai perawatan gigi dan mulut dan keterbatasan pada ukuran sampel yang tersedia. Simpulan: Pengaruh tingkat keparahan crowding yang diukur dengan analisis ALD terhadap akumulasi plak yang diukur dengan indeks O’Leary berkorelasi lemah.Item Penggunaan Konsultasi Daring oleh Pasien pada Bidang Ortodonti(2021-08-27) ASSYFA DIAN PUTRI; Deni Sumantri Latif; Gita GayatriPendahuluan: Penggunaan konsultasi daring oleh pasien pada bidang ortodonti menjadi alternatif untuk mengeluhkan permasalahan ortodonti dari rumah selama pandemi COVID-19 dan telah dilakukan di Indonesia tetapi belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kegiatan penggunaan konsultasi daring oleh pasien pengguna alat ortodonti cekat dan pasien non-pengguna alat ortodonti. Metode: Penelitian observasional deskriptif dilakukan pada populasi pasien dokter gigi residen ortodonti angkatan 2017-2019 yang dirawat pada periode Maret 2020- Juni 2021 di klinik PPDGS ortodonti, RSGM Universitas Padjadjaran. Teknik pengambilan menggunakan purposive sampling dengan menetapkan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil dianalisis dengan stastistik deskriptif. Instrumen penelitian menggunakan survei daring yang telah dilakukan uji content validity dan uji face validity. Hasil: Terdapat 53 pasien pengguna alat ortodonti cekat dan 4 pasien non-pengguna ortodonti menggunakan Whatsapp© sebagai aplikasi pilihan dengan metode komunikasi pengiriman pesan tertulis. Keluhan pengguna alat ortodonti yaitu lepasnya braket dan kawat (39%) sehingga menyebabkan sariawan (37%). pasien non-pengguna alat ortodonti mengeluhkan gigi berjejal (57%). Kebanyakan pasien (89%) merespon positif terhadap konsultasi daring pada bidang ortodonti. Simpulan Penggunaan konsultasi daring oleh pasien pada bidang ortodonti menggunakan Whatsapp© untuk mengeluhkan permasalahan dan melakukan konseling. Pasien tetap memerlukan kunjungan ke dokter gigi untuk melanjutkan perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut.Item Perbedaan Analisis Model antara Metode Konvensional dengan IModelanalysis pada Smartphone(2018-07-12) VITA PREVIA INDIRAYANA; N. R. Yuliawati Zenab; Gita GayatriAnalisis model adalah bagian yang penting dalam diagnosis ortodontik. Dokter Pavan tahun 2012 menciptakan aplikasi iModelAnalysis yang memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan analisis model studi dengan cara yang mudah dan akurat. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan analisis model antara metode konvensional dengan iModelAnalysis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah komparatif dan metode pengambilan sampel yaitu total sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Populasi pada penelitian ini adalah model studi di Laboratorium Preklinik mahasiswa FKG Unpad angkatan 2014. Jumlah sampelnya adalah 31 model studi yang dilakukan dua perhitungan yaitu dengan cara konvensional dan dengan iModelAnalysis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil analisis ALD untuk metode konvensional 1,635 mm RA dan 1,374 mm RB, sedangkan iModelAnalysis 1,652 mm dan 1,416 mm. Analisis bolton untuk metode konvensional 78,048 % rasio anterior dan 91,929 % rasio total, sedangkan iModelAnalysis 77,910 % dan 91,961 %. Analisis howes dengan metode konvensional 45,558 %, sedangkan iModelAnalysis 45,561 %. Analisis Pont untuk metode konvensional 39,345 mm regio premolar dan 49,174 mm regio molar, sedangkan iModelAnalysis 39,348 mm dan 49,190 mm. Rata-rata waktu analisis dengan metode konvensional adalah 1703,81 detik, sedangkan dengan iModelAnalysis adalah 990,06 detik. Kesimpulan uji t data berpasangan dengan taraf signifikansi α sebesar 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan hasil analisis model antara metode konvensional dengan iModelAnalysis dan terdapat perbedaan waktu pengerjaan analisis antara metode konvensional dengan iModelAnalysis.Item Stabilitas Perawatan Protraction Facemask/ Rapid Maxillary Expansion pada Maloklusi Skeletal Kelas III Defisiensi Maksila: Rapid Review(2021-07-09) CITRA ELITASARI RIGEL PUTRI; Avi Laviana; Gita GayatriPendahuluan: Maloklusi skeletal kelas III defisiensi maksila pada anak dapat ditandai dengan adanya gigitan silang anterior dan diskrepansi hubungan maksila dan mandibula akibat retrusi maksila. Perawatan modifikasi pertumbuhan sebelum puncak pertumbuhan dinilai efektif merawat maloklusi skeletal kelas III. Penggunaan alat Protraction Facemask/ Rapid Maxillary Expansion (PFM/RME) telah umum digunakan untuk protraksi maksila pada kasus defisiensi pertumbuhan maksila. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi stabilitas hasil perawatan modifikasi pertumbuhan menggunakan PFM/RME maloklusi skeletal kelas III dengan defisiensi maksila yang dilakukan pada masa pertumbuhan anak. Metode: Pencarian diakukan dari 2011-2020 dengan kriteria uji acak terkendali (UAT), percobaan klinis dan studi kohort dengan kelompok kontrol pasien maloklusi skeletal kelas III defisiensi maksila, alat PFM/RME, dan minimal follow-up 2 tahun. Penilaian risiko subjektivitas telah dilakukan. Evaluasi klinis dan sefalometri digunakan untuk menilai perubahan dental dan skeletal pasien. Hasil: Sebanyak 68% - 90% partisipan mempertahankan overjet sampai periode follow-up berakhir. Perawatan PFM/RME menurunkan kebutuhan bedah ortognatik sebesar 3,5 kali dibandingkan dengan kelompok kontrol Simpulan: Perawatan PFM/RME secara signifikan efektif memprotraksi maksila dan memperbaiki hubungan dentoalveolar dalam jangka pendek. Terdapat relaps selama periode follow-up jangka panjang. Evaluasi dan penelitian perlu dilakukan lebih lanjut mengenai stabilitas jangka panjang perawatan modifikasi pertumbuhan PFM/RME pada masa pertumbuhan.Item Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pelayanan di Paviliun Padjadjaran RSGM Universitas Padjadjaran Menggunakan Indikator Mutu(2022-07-12) SHAFIRA PERMATASARI; Andriani Harsanti; Gita GayatriPendahuluan: Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kesehatan dan memiliki kriteria yang ditetapkan untuk menilai kualitas pelayanan yang telah diberikan. Indikator mutu dapat digunakan untuk menilai dan membantu proses peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan di Paviliun Padjadjaran RSGM Unpad menggunakann indikator mutu. Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di Paviliun Padjadjaran RSGM Universitas Padjadjaran. Sampel penelitian terdiri dari 35 dokter gigi spesialis dan 5 Terapis Gigi dan Mulut yang bertugas di Paviliun Padjadjaran selama bulan April 2022 dan dipilih menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kriteria indikator mutu yang ditetapkan oleh RSGM Unpad. Target pencapaian indikator mutu kepatuhan identifikasi pasien, kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan terhadap clinical pathway, dan kepatuhan penggunaan APD adalah sebesar 100%. Target pencapaian waktu tunggu rawat jalan ≤60 menit, dan target kepatuhan penggunaan formularium nasional sebesar ≥80%. Hasil: Pencapaian kepatuhan identifikasi pasien sebesar 43%. Rata-rata waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 51,6 menit. Kepatuhan penggunaan formularium nasional sebesar 100%. Kepatuhan kebersihan tangan sebesar 75%. Kepatuhan terhadap clinical pathway sebesar 91% dan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebesar 92%. Simpulan: Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan di Paviliun Padjadjaran masih banyak yang belum mencapai target dan hanya waktu tunggu rawat jalan serta kepatuhan penggunaan formularium nasional yang sudah mencapai target, sedangkan kepatuhan identifikasi pasien, kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan terhadap clinical pathway, dan kepatuhan penggunaan APD masih belum mencapai target.Item Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kota Bandung Mengenai Dampak Buruk Prefabricated Myofunctional Appliances yang Dijual Secara Online(2021-09-04) SHENNY SHEFIRA SURYANTO; Anne Agustina Suwargiani; Gita GayatriPendahuluan: Prefabricated myofunctional appliances (PMAs) atau yang dikenal oleh masyarakat awam dengan teeth trainer merupakan sebuah alat myofungsional. PMAs tidak hanya bekerja pada gigi tetapi juga bekerja pada otot. Era modern ini kebutuhan individu akan estetika gigi menyebabkan terciptanya pasar penjualan PMAs secara bebas di online. Hal tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan biaya yang menyebabkan individu mencari alternatif perawatan ortodonti yang ekonomis. Penggunaan PMAs yang dibeli bebas secara online dapat menimbulkan bahaya bagi penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kota Bandung mengenai dampak buruk prefabricated myofunctional appliances yang dijual bebas secara online. Metode: Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 masyarakat Kota Bandung dari 30 kecamatan yang telah dihitung menggunakan rumus slovin. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner berjumlah 27 butir pertanyaan dengan sub variabel penampilan gigi, PMAs secara umum, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan dampak buruk penggunaan PMAs yang dijual bebas secara online. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil: Sebanyak 30 responden (30%) tergolong tingkat pengetahuan rendah, 62 responden (62%) pada kategori sedang, dan 8 responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Simpulan: Tingkat pengetahuan masyarakat Kota Bandung mengenai dampak buruk prefabricated myofunctional appliances yang dijual secara online tergolong sedang. Termasuk ke dalam kategori sedang karena sebagian besar dari mereka sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penampilan gigi, PMAs secara umum, indikasi, kontraindikasi, kelebihan, dan dampak buruk penggunaan PMAs yang dijual bebas secara online.