Browsing by Author "NITA YUNIATI"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Pengaruh Dosis Pupuk Kalium dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Kualitas Hasil Kentang Olahan Kulivar Atlantik di Dataran Medium Majalaya(2017-07-09) NITA YUNIATI; Jajang Sauman Hamdani; KusumiyatiSuhu yang tinggi dapat memacu aktivitas hormon giberelin dan mengakibatkan terhambatnya pembentukan ubi kentang di dataran medium. Pemberian ZPT paclobutrazol mampu menghambat sintesis giberelin, sehingga dapat meningkatkan translokasi asimilat dari daun ke ubi. Pemupukan kalium juga dapat memacu translokasi karbohidrat ke ubi, sehingga mampu memperbesar ukuran ubi kentang. Percobaan ini bertujuan untuk mencari perlakuan dosis pupuk kalium dan konsentrasi paclobutrazol terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil kentang olahan kultivar Atlantik di dataran medium Majalaya. Penelitian ini bertempat di Majalaya pada ketinggian ± 676 mdpl. Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan metode deskriptif. Perlakuan yang diuji sebanyak 9 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk kalium dan konsentrasi paclobutrazol dapat menekan tinggi tanaman 8 MST dan 10 MST, meningkatkan kandungan klorofil dan bobot ubi per tanaman, serta menurunkan persentase ubi kentang kelas D. Selain itu, perlakuan dosis pupuk kalium 125 kg ha-1 dengan tanpa paclobutrazol menghasilkan nilai kadar pati yang paling baik. Pada uji organoleptik, perlakuan dosis pupuk kalium 100 kg ha-1 dengan paclobutrazol 100 ppm menghasilkan nilai kerenyahan paling baik, sedangkan seluruh perlakuan kecuali dosis pupuk kalium 125 kg ha-1 dengan paclobutrazol 200 ppm memberikan nilai rasa yang paling baik.Item Respons Tanaman Kentang Kultivar Medians terhadap Jenis Zat Pengatur Tumbuh dan Cekaman Kekeringan pada Fase Pengisian Ubi di Dataran Medium(2020-04-15) NITA YUNIATI; Mochamad Arief Soleh; Jajang Sauman HamdaniPerubahan pola hujan yang diiringi peningkatan suhu global sangat berpotensi mengakibatkan cekaman kekeringan pada tanaman kentang. Fenomena ini dapat mengganggu proses fisiologis di dalam tanaman, terutama selama fase pengisian ubi, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil. Zat pengatur tumbuh (ZPT) asam salisilat dan paclobutrazol dapat menurunkan dampak negatif dari cekaman kekeringan melalui serangkaian proses fisiologis seperti meningkatkan senyawa osmolit, enzim antioksidan, dan aktivitas fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi jenis ZPT dengan cekaman kekeringan pada fase pengisian ubi serta menentukan jenis ZPT yang tepat pada kondisi cekaman kekeringan tertentu yang memberikan respons tanaman kentang terbaik di dataran medium. Metode penelitian menggunakan rancangan petak terbagi yang terdiri dari petak utama dan anak petak. Petak utama adalah cekaman kekeringan yang diberikan melalui interval penyiraman 1, 4, 8, dan 12 hari, sedangkan anak petak terdiri dari tanpa ZPT, asam salisilat, paclobutrazol, serta kombinasi asam salisilat dan paclobutrazol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi jenis ZPT dengan cekaman kekeringan terhadap kadar air relatif daun dan tinggi tanaman. Cekaman kekeringan menurunkan respons konduktansi stomata, suhu kanopi 11 MST, bobot ubi per tanaman, persentase ubi kelas A, dan indeks toleransi cekaman kekeringan. Perlakuan kombinasi ZPT asam salisilat dan paclobutrazol menunjukkan respons bobot ubi per tanaman dan indeks toleransi cekaman kekeringan terbaik.Item Studi Potensi Ekstrak Daun Kelor Sebagai Biostimulan pada Perkecambahan, Pertumbuhan, Hasil, Kualitas Hasil dan Pasca-Panen Cabai Besar (Capsicum annuum L.)(2024-01-12) NITA YUNIATI; Bambang Nurhadi; KusumiyatiJawa Barat merupakan provinsi yang berkontribusi besar dalam produksi cabai besar nasional, salah satunya jenis cabai besar. Namun demikian, terdapat penurunan produksi dan produktivitas cabai di tahun 2021, yang dapat disebabkan oleh perkecambahan yang tidak serempak, praktik budidaya yang belum optimal, serta iklim yang tidak menentu. Selain itu, sifat buah cabai yang mudah rusak juga masih menjadi kendala yang harus dihadapi di tahap pasca-panen. Aplikasi biostimulan yang berasal dari ekstrak daun kelor (moringa leaf extract/MLE) merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan konsentrasi terbaik dari agen priming ekstrak daun kelor dalam meningkatkan perkecambahan benih cabai, (2) mengetahui bagaimana pengaruh aplikasi ekstrak daun kelor melalui priming benih, penyemprotan ke daun, dan kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil cabai hijau, dan (3) untuk melihat perubahan fisik dan kandungan metabolit buah cabai hijau selama penyimpanan setelah diaplikasikan ekstrak daun kelor pada waktu yang berbeda. Penelitian terdiri dari 3 tahap dan dilaksanakan pada bulan Juliï€Desember 2022 di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa priming benih dengan MLE 1:20 (MLE priming) mampu meningkatkan persentase kecambah normal, indeks berkecambah, indeks kecepatan berkecambah, keserempakan tumbuh kecambah, indeks vigor, panjang hipokotil, bobot segar akar dan hipokotil + plumula, serta menurunkan rata-rata waktu berkecambah. Pada penelitian tahap 2 di lapangan, seluruh perlakuan kombinasi MLE priming + penyemprotan MLE ke daun (foliar MLE) memberikan respons yang lebih baik dibandingkan aplikasi secara mandiri. Terkait hal ini, perlakuan MLE priming + foliar MLE 1:30 efektif meningkatkan parameter fisiologis tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun, hasil, dimensi buah, kekerasan, dan vitamin C buah. Berdasarkan hasil penelitian tahap 3, perlakuan MLE pra-panen dan kontrol menunjukkan perubahan fisik dan kandungan metabolit yang hampir serupa saat disimpan. Perlakuan MLE pasca-panen melalui coating menunjukkan nilai L*, a*, susut bobot, kekerasan, dan vitamin C buah paling baik dibandingkan kedua perlakuan tersebut saat 7 hari setelah disimpan. Perlakuan ini juga berhasil memperlambat laju perubahan kualitas pasca-panen buah cabai hijau selama penyimpanan.