Hubungan Internasional (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Hubungan Internasional (S3) by Subject "bargaining"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item Peran Kemitraan Strategis Komprehensif antara RRT dan RI dalam Perimbangan Kekuatan Antara Indonesia dan Malaysia(2017-04-12) IAN MONTRATAMA; R. Widya Setiabudi Sumadinata; Obsatar SinagaPenelitian disertasi ini ditujukan untuk menemukan solusi yang lebih tepat bagi negara lemah Non Blok dalam menghadapi aliansi lawan yang lebih kuat. Teori Perimbangan Kekuatan saat ini dari Morgenthau, Waltz dan Walt hanya menawarkan solusi bargaining dan badwagoning – yang keduanya kurang memuaskan negara lemah Non Blok. Sementara Kuik menawarkan solusi hedging yang pada situasi mendesak tetap mengarahkan terbentuknya aliansi. Penelitian ini mengkaji konsep perimbangan kekuatan melalui metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, wawancara, serta studi kasus dalam kerangka berpikir induktif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kemitraan strategis dapat dijadikan instrumen perimbangan kekuatan bagi negara Non Blok dalam menghadapi aliansi yang lebih kuat. Peneliti menawarkan gagasan jalan tengah – sebagai opsi keempat – yang disebut dengan bargaining. Dalam bargaining, suatu negara memanfaatkan bentuk kemitraan strategisnya dengan sejumlah kekuatan besar sedemikian rupa hingga dapat melemahkan kredibilitas aliansi yang mendukung negara rivalnya. Untuk menjelaskan gagasan itu, disajikan studi kasus rivalitas Indonesia dan Malaysia dalam penguasaan Blok Laut Ambalat. Malaysia yang tergabung dalam aliansi Five Powers Defense Arrangement (FPDA) telah menyebabkan kekuatannya superior dari Indonesia. Indonesia dengan politik bebas aktif-nya tidak mungkin beraliansi dengan kekuatan lain untuk mengimbangi FPDA. Namun Indonesia telah menjalin kemitraan strategis dengan Tiongkok, Amerika Serikat dan Australia yang dapat dimanfaatkan sebagai kontra-aliansi.