Antropologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Antropologi (S1) by Subject "Abdi Dalem Punokawan"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item BUSANA ABDI DALEM PUNOKAWAN KERATON YOGYAKARTA, FILOSOFI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ABDI DALEM YOGYAKARTA(2021-10-23) NABILA AULIYAH A; Selly Riawanti; Tidak ada Data DosenAbdi Dalem Punokawan merupakan aparat pemerintahan di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Sebagai aparat, maka Abdi Dalem Punokawan menggunakan busana adat yang dikenakan sehari-hari ketika bekerja. Busana tersebut memiliki makna dan filosofi yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwana. Saat para Abdi Dalem Punokawan bekerja, maka mereka harus berperilaku sesuai dengan makna dan filosofi dari busana yang mereka kenakan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memaparkan makna dan filosofi dari busana yang dikenakan oleh Abdi Dalem Punokawan dalam bertugas serta sejauh mana perilaku Abdi Dalem Punokawan dalam memaknai busana yang mereka kenakan. Metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Lalu untuk pengumpulan data dilakukan dengan observasi, data sekunder, dan wawancara dengan informan. Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan observasi dan wawancara dengan informan. Penelitian ini dilakukan di Keraton Yogyakarta, pada bulan Februari hingga Juni tahun 2019. Dengan menggunakan teori Dramaturgi untuk menganalisis, hasil penelitian menunjukkan bahwa Abdi Dalem Punokawan mengelola kesan sehingga mereka menampilkan perilaku front stage saat mereka terikat dengan busana adat serta nilai dan norma dari busana yang mereka kenakan. Perilaku back stage juga tetap muncul ketika mereka masih mengenakan busana adat, tetapi perilaku ini akan menjadi dominan ketika mereka menanggalkan busana adat yang mereka kenakan dan saat mereka bebas dari jam kerja. Kesimpulannya, Abdi Dalem Punokawan menjadikan perilaku front stage sebagai perilaku yang harus mereka tampilkan ketika mereka bekerja sebagai Abdi Dalem Punokawan. Hal ini mereka lakukan karena saat memasuki lingkungan Keraton Yogyakarta, mereka terikat dengan SOP, nilai dan norma yang melekat dengan busana yang mereka kenakan. Lalu perilaku back stage akan otomatis muncul ketika mereka sudah tidak terikat dengan Keraton Yogyakarta.