Antropologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Antropologi (S1) by Title
Now showing 1 - 20 of 582
Results Per Page
Sort Options
Item A mini-ethnography of honey gathering: The practice and its contribution to livelihood systems in rural areas(2023-12-06) MUHAMMAD FALAH FAJARI; Budhi Gunawan; Tidak ada Data DosenAs part of the people`s culture, the livelihood system, various community groups in Indonesia have been practicing stinging bees honey-gathering. Many studies have reported such activities quite widely. In the context of honey-gathering activities and somewhat different from other reports, this study describes the activities of collecting honey produced by stingless bees (Tetragonula sp.) practiced by honey collectors in Sumedang Regency, West Java. The study applied the mini ethnography method to study the honey collection and its economic system, practiced by six groups of honey collectors, by conducting participant observation and in-depth interviews. The description of study results includes knowledge systems, honey-gathering practices, social relations among the collectors, collected honey utilization, and honey-gathering practices in the context of the rural economy. This study suggests that as part of the community`s livelihood system, the stingless bee honey gathering generates a significant income for honey collectors and to some extent contributes to the livelihood system in rural areas.Item Adaptasi Anggota Persadaan Mahasiswa Karo Unpad (Permakan) ke dalam Lingkungan Sunda di Jatinangor(2014-10-16) BIMO SUNDSVALL G; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas mengenai bagaimana proses adaptasi anggota Permakan, selaku mahasiswa perantau, ke dalam lingkungan Sunda di Jatinangor. Penelitian ini merujuk pada bentuk komunikasi yang terjalin selama berlangsungnya proses adaptasi tersebut. Bentuk komunikasi ini terbagi dua, yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Semua bentuk komunikasi ini dilihat dari kegiatan mereka sehari-hari ketika mereka berinteraksi dengan warga Jatinangor dan juga sesama anggota Permakan sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan pendekatan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai proses adaptasi tersebut secara mendalam dan terperinci dari sampel perorangan anggota Permakan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder. Subjek penelitian adalah anggota Permakan yang telah memegang predikat sebagai pengurus lebih dari satu tahun dan aktif dalam setiap agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh Permakan. Selain itu, sampel diambil masing-masing satu dari setiap merga besar yang ada di Karo, yaitu Karo-karo, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin, dan Ginting. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anggota Permakan mengalami refinement tingkah laku. Refinement ini merupakan bentuk tingkah laku yang lebih halus dari sebelumnya. Hal ini terjadi dilakukan untuk dapat berbaur di tengah lingkungan Sunda di Jatinangor yang memiliki kultur yang lebih halus dan lebih lembut. Perubahan tingkah laku ini terjadi akibat adanya beberapa complain dari orang Sunda itu sendiri. Dalam prosesnya, anggota Permakan mengalami berbagai hambatan, baik itu yang terlihat oleh kasat mata (above waterline), dan juga yang tidak tidak terlihat kasat mata (under waterline). Beberapa hambatan ini dapat diatasi oleh anggota Permakan, namun ada beberapa juga yang tidak menemukan solusi.Item Adaptasi Budaya Orang Jawa di Bandung dengan Kebudayaan Dominan Sunda (Studi kasus kemampuan berbahasa Sunda Orang Jawa di Babakan Cintawargi Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)(2016-09-27) MOHAMAD IQBAL SYAKIR; Budi Rajab; Tidak ada Data DosenIntisari Penelitian ini membahas mengenai bagaimana Orang Jawa mengadaptasikan diri pada kebudayaan dominan sunda. Studi kasus pada Orang Jawa di Babakan cintawargi, Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Penelitian ini terinspirasi dari penelitian Edward Bruner (1976) yang menyatakan bahwa Bandung memiliki kebudayaan dominan. Kota yang memiliki kebudayaan dominan akan membuat pendatang mengadaptasikan diri pada kebudayaan dominan sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi dengan metode kualitatif, mendeskripsikan informan dengan instrumen life profile history. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana orang Jawa di Babakan cintawargi beradaptasi pada kebudayaan dominan sunda. terdapat satu aspek yang menjadi dasar peneliti untuk melihat proses adaptasi. Aspek tersebut adalah kemampuan berbahasa. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kebudayaan dominan sunda masih berlaku dan orang Jawa di Babakan cintawargi melakukan adaptasi. Dalam upaya adaptasi tersebut, terdapat langkah yang berbeda yang dilakukan oleh orang Jawa tersebut. Langkah adaptasi tersebut dibedakan oleh faktor status seseorang, lingkungan dan intensitas berkomunikasi. kata kunci : Adaptasi, Adaptasi budaya, kemampuan berbahasa, orang Sunda, orang JawaItem ADAPTASI MAHASISWA ETNIK BATAK TOBA DI BANDUNG (Studi Kasus Terhadap Mahasiwa Batak Toba Asal Sumatera Utara di Politeknik Negeri Bandung)(2019-11-04) GITA JUNITA BR SAGALA; Ade Makmur K; Tidak ada Data DosenMahasiswa Politeknik Negeri Bandung asal Sumatera Utara merupakan perantau karena jauh dari kampung halaman. Sebagai perantau, mahasiswa etnik Batak Toba asal Sumatera Utara mengalami proses adaptasi. Adaptasi merupakan hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa etnik Batak Toba untuk dapat bertahan hidup dan melanjutkan tujuan pendidikannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan mengenai proses adaptasi mahasiswa etnik Batak Toba di Bandung mulai dari tahapan pra migrasi, awal migrasi hingga adaptasi yang dilakukan sampai saat ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan informan. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa mahasiswa rantau etnik Batak Toba mengalami kecemasan dalam beradaptasi dikarenakan stereotip yang mereka dengar sebelum berangkat ke Bandung. Adapun faktor yang menjadi alasan mereka untuk tetap berangkat ke Bandung ialah faktor pendidikan, ekonomi, dan psikologis. Pada awal migrasinya di Bandung beberapa informan sempat mengalami tindakan bullying oleh mahasiswa lainnya. Sedangkan masalah lain yang mereka alami pada awal migrasi ialah memahami bahasa daerah dan logat Bandung yang sangat khas seperti teh, mah, dan lainnya. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa mahasiswa etnik Batak Toba beradaptasi dengan budaya baru disekitarnya, yang kemudian menentukan pemilihan tipe adaptasinya agar bisa bertahan di perantauan.Item Adaptasi Mahasiswa non Sunda dalam Tata Krama Sunda (Studi Etnografi pada Mahasiswa Perantau non Sunda Anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Padjadjaran)(2022-09-07) ALVIONITA; Ira Indrawardana; Tidak ada Data DosenPenelitian ini mengenai adaptasi tata krama Sunda pada Mahasiswa non Sunda di PSM UNPAD. Penelitian ini menggunakan konsep adaptasi, sosialisasi, dan enkulturasi tata krama Sunda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan model etnografi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan tata krama Sunda pada mahasiswa non Sunda menunjukan adanya proses adaptasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Tata krama Sunda yang diterapkan di PSM dengan menggunakan ungkapan kata-kata bahasa Sunda dalam berinteraksi terutama terhadap sesama anggota PSM seperti kata-kata punten, akang teteh, dan hatur nuhun. Sosialisasi dilakukan secara berulang pada Rangkaian Penerimaan Anggota Baru (RPAB) kepada anggota baru oleh seluruh elemen PSM UNPAD yang aktif. Hal tersebut membuat mahasiswa non Sunda dapat beradaptasi dengan cepat serta meng enkulturasi tata krama Sunda pada kegiatan sehari-hari di lingkungan PSM UNPAD, kampus, kosan, dengan masyarakat umum, hingga saat kembali ke kota asal.Item Adaptasi Mahasiswa Perantau Asal Minangkabau Berdasarkan Gender (Studi Etnografi pada Mahasiwa Minangkabau di Universitas Padjadjaran)(2018-08-24) MALINDA EKA W; Selly Riawanti; Tidak ada Data DosenMahasiswa Unpad asal Minangkabau merupakan perantau karena jauh dari kampung halaman. Sebagai perantau, mahasiswa Minang asal Sumatera Barat mengalami adaptasi yang berbeda-beda. Adaptasi ini penting bagi mahasiswa yang merantau sebagai proses untuk bisa bertahan di tempat tinggal yang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan mengenai perbedaan adaptasi antara mahasiswa perantau laki-laki dan perempuan Minang asal Sumatera Barat berdasarkan gender, dilihat dari aspek gender seperti pengambilan keputusan, akses dan kontrol sumber daya, serta hubungan di luar kekerabatan. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini yaitu etnografi yang ditunjang oleh metode kuantitatif sebatas untuk melihat pola adaptasi. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau asal Minang yang masuk dalam bergabung dalam komunitas Minang yang ada di Unpad dan yang tidak bergabung dalam komunitas. Pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, mahasiswa Minang laki-laki dan perempuan dapat beradaptasi di lingkungan dengan cepat tetapi dengan adanya persaingan dalam belajar pada perguruan tinggi dan faktor ekonomi membuat beberapa orang beradaptasi dengan lambat. Faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam beradaptasi, dalam penelitian ini mahasiswa yang ekonominya kurang lebih banyak mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami yaitu seperti kehidupan sosial dalam pertemanan, perkuliahan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan permasalahan ini berlangsung sampai tingkat akhir. Sedangkan bagi mahasiswa yang berkecukupan hanya memiliki masalah pada pertemanan dan perkuliahan saja dan tidak berlangsung lama. Dalam penelitian ini juga menunjukkan beberapa perbedaan berdasarkan gender, seperti (1) pengambilan keputusan, (2) nilai atau IPK, (3) cara menutupi kebutuhan, (4) pemilihan tempat tinggal, dan (5) frekuensi pulang kampung (6) di UPBM perempuan dilindungi oleh laki-laki. Adapun persamaannya yaitu dalam beradaptasi antara laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kebutuhan untuk berkumpul dengan sesama Minang di rantau.Item Adaptasi Masyarakat terhadap Banjir Tahunan di Bantaran Sungai Citarum (Studi Kasus Kampung Jambatan, Kabupaten Bandung)(2021-01-30) MARIA NOVITA SITANGGANG; Oekan Soekotjo Abdoellah; Budhi GunawanBanjir seringkali disebut membawa persoalan bagi kehidupan manusia, karena menimbulkan banyak kerugian seperti rusaknya bangunan rumah, terganggunya aktivitas manusia, mengancam mata pencaharian dan lain-lain. Masyarakat Kampung Jambatan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menghadapi banjir setiap tahunnya. Banjir di wilayah Kampung Jambatan disebut dengan banjir tahunan, karena kejadiannya dapat terjadi saat memasuki bulan-bulan musim penghujan yaitu pada bulan penghujung tahun hingga awal tahun. Peristiwa banjir yang rutin terjadi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang memilih untuk tetap bertahan di wilayah tersebut. Ketika bencana banjir terjadi berulang-ulang, manusia akan membentuk suatu respon sebagai tindakan penyesuaian yang dilakukan mereka untuk menyeimbangkan keselarasan hidup sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kombinasi dari kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan sequential exploratory. Data kualitatif untuk memperoleh data awal tentang adaptasi masyarakat Kampung Jambatan dalam menghadapi banjir tahunan, kemudian data kuantitatif didapatkan untuk memperkuat hasil temuan data kualitatif dalam bentuk persentase terkait dengan adaptasi yang dilakukan masyarakat Kampung Jambatan yang rentan terhadap banjir. Hasil penelitian menunjukkan adanya berbagai tindakan adaptasi yang dilakukan dalam aspek kehidupan masyarakat yaitu adaptasi tempat tinggal, adaptasi ekonomi, dan adaptasi sosial. Tidak hanya itu, hasil penelitian juga disajikan dalam bentuk skala numerik pada berbagai pilihan tindakan adaptasi yang dilakukan dalam menghadapi banjir. Kesimpulannya adalah masyarakat Kampung Jambatan dapat menyesuaikan diri maupun kolektif dalam menghadapi banjir dengan menggabungkan sumber daya, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki untuk tetap hidup berkelanjutan. Segala tindakan penyesuaian menjadi strategi dan pola adaptasi yang terbentuk secara budaya.Item Adaptasi Mata Pencaharian Terdampak Pembangunan Waduk Jati Gede(2017-08-22) VALENTINA WIJAYANNTO; Rina Hermawati; Opan Suhendi SuwartapradjaSkripsi ini membahas tentang Adaptasi Mata Pencaharian Terdampak Pembangunan Waduk Jati Gede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Pembangunan Waduk Jati Gede yang menggenangi lahan pemukiman dan lahan pertanian telah menyebabkan Orang Terkena Dampak (OTD) kehilangan tempat tinggal dan juga mata pencaharian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana adaptasi mata pencaharian baru OTD Dusun Ancol Pasca Penggenangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh deskripsi mendalam mengenai proses adaptasi mata pencaharian yang dilakukan oleh OTD. Dari adanya pembangunan terdapat perubahan yang terjadi, yakni perubahan fisik yang telah turut membuat perubahan pada kondisi sosial/ekonomi. Perubahan ini disebabkan oleh berubahnya kondisi infrastruktur kebudayaan yang kemudian mengubah kondisi struktur kebudayaan, yang sesuai dengan konsep Marvin Harris tentang determinisme kebudayaan. Proses adaptasi mata pencaharian sejalan dengan proses sosial, ekonomi, dan politik OTD itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan mata pencaharian baru mereka harus bisa memanfaatkan modal finansial dan modal sosial yang ada. Meski demikian, pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan belum dikatakan berhasil, karena mata pencaharian yang dimiliki OTD pasca penggenangan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada belum dapat dimaksimalkan karena kurangnya dukungan pemerintah setempat. Kata kunci : adaptasi, mata pencaharian, OTD, pembangunan.Item Adaptasi Sosial Santri(2021-03-17) DICKY TARUNA RIVALDI IDRIS; Asep Rachlan; Ade Makmur KDalam kehidupan santri, adaptasi santri terhadap kondisi sosial dan budaya lingkungan pesantren perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dalam menuntut ilmu, terutama oleh santri yang berasal dari daerah lain yang menjadi minoritas di pesantren yang ditempatinya. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana santri baru beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan yang dijalaninya selama berada di pondok pesantren. Adapun faktor-faktor yang menghambat santri tidak dapat beradaptasi di pondok pesantren, seperti faktor diri sendiri, faktor budaya, dan faktor lingkungan. Subyek dalam penelitian ini akan difokuskan pada santri kelas I Tsanawiyah Putra yang tidak dapat menggunakan bahasa Sunda serta tidak dapat beradaptasi di pondok pesantren Darul Arqam. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif, teknik pengamatan terlibat dan wawancara yang mendalam dengan santri kelas I Tsanawiyah Putra dan pihak pondok serta manajemen sebagai metode pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa santri butuh proses untuk dapat beradaptasi di pondok pesantren, santri tidak dapat beradaptasi di pondok pesantren disebabkan oleh hambatan-hambatan yang membuat dirinya merasa tidak tahan tinggal di pondok pesantren. Hal ini menimbulkan santri mempunyai niat untuk keluar dari pondok pesantren dikarenakan sulit beradaptasi dengan faktor diri sendiri, faktor budaya, dan faktor lingkungan.Item Adopsi Layanan Finansial Digital oleh Petani (Studi Kasus Petani Pengadopsi Teknologi Digital HARA di Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur)(2021-01-29) AYESHA NADYA MUNA; Oekan Soekotjo Abdoellah; Budhi GunawanDalam menjalankan usaha pertanian, masyarakat petani dapat mengalami kendala dalam mengakses sumber pendanaan. Mereka dapat mengakses sumber pendanaan dari lembaga keuangan formal seperti bank, namun seringkali mereka mengalami kendala seperti bunga yang tinggi, syarat agunan, dan prosedur pengajuan dana yang relatif panjang. Petani juga dapat mengakses dana ke lembaga keuangan non-formal, seperti rentenir, tengkulak, atau anggota keluarga, namun kondisi seperti ini dapat membatasi partisipasi petani dalam peluang pembangunan ekonomi. Masyarakat petani di Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro merupakan kelompok masyarakat yang mengalami kendala dalam mengakses sumber pendanaan untuk kegiatan bertani. Mereka mengadopsi teknologi digital bernama HARA yang berupaya untuk memudahkan mereka mengakses sumber pendanaan dari bank. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi dengan desain concurrent embedded. Data kualitatif digunakan untuk mempelajari sistem ekonomi pertanian dan proses diseminasi dan adopsi yang dilakukan petani terhadap teknologi digital HARA, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menilai tingkat partisipasi dan persepsi petani di Desa Ngampal dalam mengadopsi teknologi digital HARA, termasuk faktor-faktor pengambilan keputusan untuk mengadopsi. Pada penelitian ini, data kuantitatif bertujuan untuk memperkuat dan mendukung hasil yang didapatkan dari penelitian kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa petani yang mengadopsi teknologi digital HARA di Desa Ngampal melalui empat tahapan adopsi, yaitu (1) tahap mengetahui; 2) tahap berminat; (3) tahap penilaian; dan (4) tahap adopsi. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan petani dalam mengadopsi teknologi digital ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kehidupan mereka sebagai petani, baik yang bersifat internal seperti penilaian atas manfaat dan risiko jika mengakses sumber pendanaan melalui teknologi digital HARA, maupun eksternal seperti bentuk pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh individu-individu lain dan saluran komunikasi yang digunakan. Di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat petani di Desa Ngampal mengadopsi teknologi digital HARA karena mereka melihat bahwa teknologi ini dapat memberikan mereka kemudahan dalam mengakses sumber pendanaan. Mereka menjalani empat tahapan adopsi yang terbentuk oleh lingkungan sosial-budaya mereka.Item ADZAN PITUH (Studi Etnografi: Adzan Pituh di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kasepuhan, Kota Cirebon(2021-03-15) AMELIA PRATIWI; Ade Makmur K; Opan Suhendi SuwartapradjaPenelitian ini berada di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang tepatnya di kompleks Keraton Kasepuhan. Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikelola oleh dua keraton yakni Keraton Kasepuhan dan Kanoman serta masjid ini merupakan peninggalan arkeologis dari zaman para wali tepatnya Sunan Gunung Jati. Selain itu, di masjid ini terdapat tradisi Adzan Pituh yang hanya di Cirebon tepatnya di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kasepuhan, Kota Cirebon. Adzan pituh ini dilaksanakan pada setiap solat Jumat dan dilantunkan dengan tujuh orang sekaligus secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep kekerabatan bahwa kekerabatan bisa menurunkan atau mewariskan status muadzin kepada generasi selanjutnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan model etnografi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kategori informan pada penelitian ini yaitu muadzin atau para kaum di Masjid Agung Sang Cipta Rasa serta anggota dari pihak Keraton Kasepuhan. Penelitian ini menemukan bahwa setiap mengumandangkan adzan pasti adanya muadzin. Muadzin yang ada di masjid ini terpilih berdasarkan garis keturunan. Muadzin yang terpilih dilihat dari garis keturunan ayah (patrilineal) serta memiliki syarat mendasar yakni bisa membaca serta menulis Al-Quran dan melawati beberapa tahap serta seleksi untuk menjadi muadzin di Masjid Agung Sang Cipta Muadzin itu sama dengan kaum masjid, yang membedakan hanyalah jabatan serta fungsi atau tugas yang ia emban atau diamanahkan oleh pihak keraton dan pihak keraton memberikan SK kepada muadzin yang bertugas di masjid sebagai pengangkatan kaum masjidItem AGAMA BAHA`I DI INDONESIA (Etnografi Pada Masyarakat Penganut Agama Baha`i di Bandung)(2017-02-27) RADEN SONNY R; Rimbo Gunawan; Tidak ada Data DosenSkripsi ini meneliti mengenai Agama Baha’i yang berlokasi di Jawa Barat, khususnya di kota Bandung. Agama Baha’i merupakan agama yang independen. Agama ini tidak menjadi pengikut atau turunan dari agama tertentu. Agama Baha’i memiliki semua syarat yang dibutuhkan sebagai agama yang berdiri sendiri. Konsep yang digunakan adalah agama, dan agama merupakan produk dari kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Agama Baha’i adalah agama yang hampir sama dengan agama yang sudah ada yaitu menekankan ketunggalan tuhan namun ada beberapa hal juga yang membedakan dengan agama lainya dari sisi konsep dan ibadah. Agama ini sudah cukup lama masuk ke Indonesia dan persebarannya di Indonesia sudah cukup merata, dibuktikan dengan jumlah pengikut yang hampir ada di setiap wilayah di Indonesia. Untuk wilayah Bandung agama ini disebarkan pada periode ke-2 oleh sepasang suami isteri keturunan Iran, mempunyai jumlah pengikut yang sudah agak banyak yang tersebar dibeberapa tempat di Kota Bandung.para pengikut agama ini rutin mengadakan aktifitas keagaamaan yang diikuti oleh seluruh elemen masyarakat tidak terpaku kepada sesama pengikut agama Baha’i. Kata kunci : Agama, kepercayaan Baha’i, ibadahItem AKTIVITAS BEBURU PADA MASYARAKAT PERTANIAN PEDESAAN CITARUM HULU(2022-01-10) UMAR ABDUL AZIZ TARIGAN; Dede Mulyanto; Rimbo GunawanPenelitian ini membahas tentang aktivitas berburu di wilayah pedesaan Citarum Hulu, Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis satwa-satwa liar yang diburu, pengetahuan pemburu tentang satwa, teknik dan alat berburu, dan kondisi sosial-ekonomi pemburu di Citarum Hulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif yang dikaji secara deskriptif. Aktivitas berburu di Kertasari umumnya dilandasi motif rekreasi, membasmi hama pertanian, dan alternatif ekonomi rumah tangga. Jenis satwa liar yang diburu di sana tergolong ke dalam tiga kategori, yaitu burung, serangga, dan mamalia. Pemburu memiliki pengetahuan terkait nama dan klasifikasi lokal satwa liar yang dapat dijabarkan melalui hubungan konseptual etnozoologi. Teknik dan alat berburu yang digunakan bersifat lokal dan sederhana. Hasil tangkapan satwa liar dapat dimanfaatkan penduduk sekitar untuk dikonsumsi, dipelihara, dan dijual. Pemburu yang taraf ekonominya tinggi relatif memelihara hasil tangkapan satwanya karena berburu dijadikan hobi murni, sedangkan pemburu yang taraf ekonominya menengah ke bawah lebih cenderung untuk mengkonsumsi atau menjual hasil tangkapan satwanya.Item AKTIVITAS DAN POLA PERILAKU PENGGUNA WARNET (STUDI KASUS PADA PENGGUNA WARNET ZEN DI JATINANGOR)(2017-01-19) BILLY DANIEL S P; Rimbo Gunawan; Dede MulyantoPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai aktivitas dan perilaku pengguna warnet Zen. Saat ini warnet merupakan salah satu bagian dari ruang publik yang banyak digunakan oleh sebagian orang untuk internetan. Di tengah perkembangan teknologi saat ini, internet menjadi salah satu kebutuhan utama hampir setiap individu. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung, kuesioner, wawancara mendalam, serta studi kepustakaan. Subjek penelitian adalah pengguna warnet yang berstatus sebagai mahasiswa. Penelitian ini sendiri dilakukan dari 15 Maret sampai 1 April 2016. Dari hasil penelitian ditemukan aktivitas dan perilaku pengguna warnet lebih diprioritaskan untuk internetan. Melalui internet berbagai informasi mudah ditemukan, selain itu berbagai kegiatan juga dapat dilakukan seperti bermain game online. Berbagai pengguna warnet datang untuk internetan dengan intensitas kedatangan yang berbeda. Setelah ditemukan beragam intensitas kedatangan yang berbeda dapat digolongkan berdasarkan tingkat kecanduan internetan. Dalam hal ini penggolongan yang ada yaitu tingkat kecanduan ringan, kecanduan sedang, dan kecanduan berat. Selain internetan ada juga aktivitas lainnya yang dilakukan oleh para pengguna warnet. Kegiatan tersebut beragam bentuknya dan terjadi karena berbagai faktor selama berada di warnet ZenItem Aktivitas Ekonomi The Original Viking Persib Fanshop(2015-07-09) EDI SUPRIADI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Skripsi ini meneliti aktivitas ekonomi perusahaan merchandise suporter klub sepak bola, khususnya suporter klub sepak bola Persib yang memiliki perusahaan merchandise The Original Viking Persib Fanshop. Konsep yang digunakan adalah hubungan sosial, jaringan sosial, budaya organisasi dan aktivitas ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terbentuknya The Original Viking Persib Fanshop diawali dari sebuah ide kreatif atas dasar kebanggaan dan kecintaan suporter kepada klub sepak bola yang didukungnya atau Viking Persib Club kepada Persib, terbentuknya The Original Viking Persib Fanshop juga dipengaruhi adanya hubungan sosial dan jaringan sosial antar anggota Viking, yang saling mempengaruhi dan saling bekerja sama dalam membangun aktivitas ekonomi. Kata kunci : Suporter, merchandise, aktivitas ekonomi.Item Aktivitas Meramu Tumbuhan Liar dan Residu Panen pada Masyarakat Pedesaan di Citarum Hulu (Studi Kasus di Desa Cikembang, Kabupaten Bandung)(2022-05-25) ARDA SHAFIRA; Rimbo Gunawan; Dede MulyantoPenelitian ini menggambarkan tentang aktivitas meramu tumbuhan liar dan residu panen yang dikumpulkan oleh masyarakat pedesaan di kawasan Citarum Hulu. Aktivitas meramu yang dimaksud merupakan kegiatan mengumpulkan seluruh atau sebagian dari bagian tumbuhan liar maupun residu panen. Pemanfaatan tumbuhan serta aspek sosial-budaya dalam aktivitas meramu juga digambarkan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model studi kasus. Ditemukan adanya konsep penamaan dan klasifikasi yang terbentuk dari hubungan masyarakat dengan tumbuhan dan menghasilkan suatu sistem pengetahuan lokal. Dengan adanya konsep penamaan dan klasifikasi tersebut, masyarakat kemudian memanfaatkan tumbuhan melalui kegiatan meramu yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial-budaya.Item Aktivitas Minum Tuak di Lapo(2013-06-21) RONNY SISWANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbstrak Tuak merupakan minuman beralkohol yang memiliki berbagai peran dalam kehidupan masyarakat Batak. Tuak digunakan dalam beberapa acara adat dan juga telah dijadikan sebagai minuman sehari-hari. Sebagai minuman sehari-hari, para pria Batak biasanya mengkonsumsi tuak di sebuah tempat yang disebut dengan lapo. Sebagian pria Batak yang merantau ke daerah lain di luar Sumatera Utara juga tetap membawa kebiasaan minum tuak di lapo. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana aktifitas minum tuak di lapoLaponta, yang berlokasi di daerah Antapani, Bandung. Hal yang menjadi perhatian adalah alasan para pelanggan melakukan aktivitas tersebut dan juga faktor-faktor lain yang ada dalam sebuah kelompok, yaitu interaksi dan sentimen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis memilih metode ini karena akan dapat menggambarkan dengan tepat sifat-sifat dari suatu aktivitas, keadaan, dan kelompok tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alasan dari aktivitas minum tuak di lapo pada dasarnya berbeda-beda. Setelah beberapa kali mengunjungi lapo, para pelanggan mulai saling mengenal dan mulai rutin melakukan interaksi. Interaksi yang berlangsung kemudian membentuk sentimen di antara mereka. Pada akhirnya, di samping menyukai tuak, alasan mereka dalam melakukan aktivitas minum tuak di lapo ini adalah interaksi dan sentimen yang telah mereka bangun.Item Aktivitas Nongkrong Kelompok Galau Di "Warseb" Jagakarsa Jakarta Selatan(2014-07-18) ISMAIL SALEH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAbstrak Kelompok Galau adalah kelompok Remaja yang dibentuk oleh siswa SMA 49 Jakarta. Mereka memanfaatkan waktu luangnya dengan nongkrong dan membentuk suatu kelompok. Mereka berkumpul menghabiskan waktu luangnya dengan ngobrol, bercanda, dan gitar-gitaran di Warseb . Warseb adalah istilah yang mereka sebut untuk warung kecil yang berada di samping sekolah mereka dan terletak di Jagakarsa Jakarta Selatan. Kelompok Galau yang berdiri sejak tahun 2005 kini menjadi tempat berkumpul bagi anak sekolah dan alumninya. Kelompok Galau yang memiliki banyak anggota dari siswa sampai alumni melakukan aktivitas nongkrong di Warseb . Oleh sebab itu penulis bertitik berat pada sebuah pertanyaan. Bagaimana kelompok Galau melakukan aktivitas nongkrongnya di Warseb ? Pertanyaan tersebut mencakup apa saja yang dilakukan saat nongkrong di Warseb ? Siapa saja yang nongkrong dan melakukan aktivitas di Warseb ? Mengapa mereka nongkrong dan melakukan aktivitas di Warseb ? Semua pertanyaan tersebut akan dijawab dan dijabarkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi foto dan menggunakan sebuah metode etnografi. Agar mampu memberi gambaran secara rinci tentang aktivitas yang dilakukan oleh anggota kelompok Galau di Warseb . Analisis aktivitas kelompok Galau mengarahkan pada hasil akhir penelitian yang berdasar dari interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota kelompok Galau yang terdiri dari berbagai latar belakang. Proses interaksi yang dilakukan oleh anggota kelompok Galau berpengaruh pada aktivitas-aktivitas yang dimiliki oleh kelompok Galau dan tercipta suatu clique antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Kian lama kelompok Galau memiliki aktivitas dan berkreativitas namun memiliki kecenderungan menjadi masalah sosial. Penelitian ini menguak pula bagaimana kelompok Galau menjadi benih-benih dari tindakan kriminal pada kalangan remaja.Item Aktivitas Pengguna Youtube(2011) TIARA LOVENA FANNIE; Budiawati Supangkat; Tidak ada Data DosenPenelitian ini merupakan studi mengenai aktivitas mahasiswa pengguna Youtube di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang. Penelitian ini memaparkan bagaimana gambaran aktivitas mereka selama menggunakan Youtube dan apa saja tujuan mereka dalam menggunakan Youtube. Penelitian ini dilakukan kepada tujuh informan yang berstatus sebagai mahasiswa dan aktif menggunakan Youtube sebagai viewers, content creator dan youtube community. Penelitian ini merupakan penelitian etnografi dan bersifat deskriptif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara mendalam dengan para informan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketujuh informan melakukan aktivitas yang berbeda-beda satu sama lain. Aktivitas para viewers hanya menonton konten Youtube saja, sedangkan aktivitas para content creator ialah membuat konten Youtube dan menonton konten Youtube, lalu aktivitas youtube community adalah menerjemahkan naskah bahasa asing ke bahasa indonesia serta melaporkan akun yang tidak mematuhi kebijakan Youtube. Dalam menggunakan Youtube ketujuh informan memiliki kepentingan yang berbeda-beda, ditinjau dari aktivitas yang mereka lakukan. Kata Kunci: Mahasiswa, Aktivitas, Pola Perilaku KepentinganItem AKTIVITAS TUKANG BECAK DI KOMPLEKS SANGGAR HURIP, KOTA BANDUNG(2013-10-16) FALDI DWI PRATAMA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini mengkaji aktivitas tukang becak di Kompleks Sanggar Hurip Kota Bandung, khususnya aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan juga membutuhkan suatu aktivitas yaitu suatu pekerjaan, dalam hal ini adalah tukang becak dimana dalam pekerjaannya itu manusia membutuhkan aktivitas-aktivitas yang mengeratkan solidaritas dan hubungan sosial antar mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif yang menggambarkan aktivitas tukang becak di Kompleks Sanggar Hurip Kota Bandung, disertai dengan observasi lapangan disana. Penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak sekali aktivitas tukang becak yang di dalamnya terkandung makna solidaritas dan ekonomi yang mana pekerjaan sebagai tukang becak adalah pekerjaan utama namun karena tuntutan ekonomi maka sebagian dari tukang becak di Kompleks Sanggar Hurip mempunyai jenis pekerjaan lain selain hanya menarik becak saja fungsinya adalah untuk menambah penghasilan bagi kehidupan dia dan keluarganya.