Antropologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Antropologi (S1) by Subject "Agroforestri"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
Item Pembagian Kerja Berdadsarkan Gender Dalam Pengelolaan Agroforestri di Citarum Hulu(2022-03-16) SALMA RIZKYA KINASIH; Budiawati Supangkat; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas tentang pembagian kerja berdasarkan gender dalam pengelolaan agroforestri di Desa Tarumajaya, hulu DAS Citarum. Penelitian ini bertujuan menguraikan pembagian kerja berdasarkan gender dari sudut pandang antropologi untuk dapat memahami mekanisme pembagian kerja pada petani yang menerapkan agroforestri secara holistik. Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan intensif yang mengombinasikan tanaman sayur, kayu, dan atau hewan pada satu unit lahan intensif untuk mendapatkan output ekonomi tanpa merusak ekologi. Sistem agroforestri diintroduksi pemerintah secara top-down dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang mengatur usaha konservasi DAS Citarum. Penerapan agroforestri membuat petani harus beradaptasi dari pertanian sayur menjadi tumpang sari. Adaptasi petani tidak terlepas dari sentralitas gender sebagai konstruksi sosial yang membedakan peran perempuan dan laki-laki berdasarkan distribusi karakteristik sifat feminin dan maskulin. Manifestasi pembagian kerja berdasarkan gender dapat dilihat dari mekanisme pembagian kerja dalam sistem pengelolaan lahan. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data survei rumah tangga, studi literatur, observasi, dan wawancara. Analisis data menggunakan Harvard Analytical Framework. Hasil penelitian ini menemukan, pembagian kerja dalam rumah tangga agroforestri dapat dinegosiasikan. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam sistem. Namun, introduksi agroforestri yang buta gender menjadikan perempuan sebagai tenaga kerja berupah murah. Perempuan menjadi subordinat dan teralineasi oleh sistem. Serta, perempuan tidak memiliki akses dan kontrol yang sama seperti laki-laki ke sumber daya alam dan manfaat. Permasalahan tersebut terjadi karena gender bersinggungan dengan berbagai faktor seperti, budaya dan agama, demografi, ekonomi, hukum formal, kelas sosial, dan politik. Kondisi ketimpangan tersebut lebih menekan buruh tani perempuan dan janda. Oleh karena itu, agroforestri perlu mengambil pendekatan gender agar mendapatkan hasil yang optimal.