Fakultas Farmasi
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Fakultas Farmasi by Title
Now showing 1 - 20 of 1432
Results Per Page
Sort Options
Item 3D QSAR PHARMACOPHORE SENYAWA TURUNAN ASAM HIDROXAMAT SEBAGAI INHIBITOR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA (TNF-α)(2014-08-20) ZAHRAH AN UMILLAH RACHMAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenEkspresi yang berlebihan dari Tumor Necrosis Factor alpha (TNF-α) yang merupakan sitokin proinflamasi 17 kDa, berkaitan langsung dengan penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis dan penyakit Chron’s. Fitur kimia berdasarkan model 3D QSAR farmakofor telah dikembangkan terhadap senyawa turunan asam hidroxamat sebagai inhibitor TNF-α. Model tiga dimensi farmakofor dibentuk menggunakan program Discovery Studio 2.5, untuk mengetahui fitur – fitur pada senyawa turunan asam hidroxamat yang bertanggung jawab menginhibisi TNF-α. Tahap-tahap pemodelan farmakofor yaitu penyiapan data yang mencakup penggambaran 2D dengan ChemDraw Ultra, optimasi geometri dengan Hyperchem 7.0, Common Feature Generation Pharmacophore dengan perangkat lunak Discovery Studio, pembuatan training set, pharmacophore generation dengan 3D QSAR Pharmacophore, analisis data, dan validasi model. Model farmakofor terbaik (Hipotesis 1) yang terdiri dari satu hydrogen bond donor, satu hydrogen bond acceptor, dan dua hidrofobik, telah dihasilkan dari 28 senyawa training set.Item Aktivitas Analgesik Ekstrak dan Tablet Ekstrak Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) Terhadap Mencit dengan Metode Geliat(2015-07-10) ALHAMZAH RACHMAT F; Rini Hendriani; Sri Adi SumiwiPutri malu (Mimosa pudica Linn.) merupakan tanaman yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai penyakit secara empirik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol herba putri malu pada dosis mg/kg BB memiliki aktivitas analgesik terhadap mencit yang diuji dengan menggunakan metode geliat. Pada penelitian ini diuji aktivitas analgesik dari ekstrak dan tablet yang mengandung ekstrak etanol herba putri malu pada dosis mg/kg BB. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode geliat (Writhing method) pada mencit jantan galur Swiss Webster menggunakan asam asetat % sebagai zat penginduksi nyeri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas analgesik berupa persentase proteksi dari ekstrak dan tablet esktrak etanol herba putri malu sebesar % dan %. Secara statistik, kedua kelompok tersebut menunjukkan perbedaan efek yang signifikan terhadap kontrol negatif pada tingkat kepercayaan %. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tablet ekstrak etanol herba putri malu memiliki efek analgesik yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol herba putri malu, dan kedua kelompok tersebut menunjukkan efek yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif.Item AKTIVITAS ANALGESIK FRAKSI AIR DAUN PUSPA (Schima wallichii Choisy.) PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT(2012-08-08) MAWARDI IHSAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPuspa (Schima wallichii Choisy.) adalah salah satu tumbuhan pakan primata yang tumbuh di daerah subtropis. Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak etanol daun puspa memberikan aktivitas analgesik terbaik pada dosis 500 mg/kgBB. Pada penelitian kali ini aktivitas analgesik fraksi air daun puspa pada dosis 500 mg/kgBB dievaluasi pada 15 ekor mencit yang dibagi secara acak ke dalam kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan uji fraksi air. Pengujian aktivitas analgesik dilakukan menggunakan metode geliat dengan penginduksi asam asetat 0,7%, kemudian efektivitasnya dibandingkan dengan aspirin 65 mg/kgBB. Fraksi air daun puspa secara signifikan (pPuspa (Schima wallichii Choisy.) is one of primate food plants that grows in subtropical areas. Based on previous study, ethanolic extract of puspa leaves gave best analgesic activity at 500 mg/kg. In this study, analgesic activity of aqueous fraction of puspa leaves at dose of 500 mg/kg were evaluated in 15 mice which were randomly divided into groups of negative control, positive control, and aqueous fraction test group. Analgesic activity testing was done by 0.7% acetic acid-induced writhing method, then its effectiveness was compared to aspirin 65 mg/kg. Aqueous fraction of puspa leaves significantly (pKeywords: Activity, Analgesic, Aqueous, Puspa, WrithingItem AKTIVITAS ANALGESIK FRAKSI N-HEKSAN, ETIL ASETAT, DAN AIR BUAH PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT(2015-01-31) DANA NASRULLAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTumbuhan pandan laut (Pandanus tectorius) biasa digunakan oleh masyarakat secara tradisional sebagai pereda nyeri. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah pandan laut memiliki aktivitas analgesik pada mencit. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas analgesik ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dari ekstrak etanol buah pandan laut dengan metode geliat dengan penginduksi nyeri asam asetat 0,7%. Dosis yang digunakan untuk ekstrak dan ketiga fraksi itu adalah 125 mg/kgBB dan aspirin sebagai kontrol positif adalah 65 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi memberikan aktivitas analgesik. Ekstrak etanol memberikan efek analgesik paling tinggi dengan persen proteksi 70,05% diikuti dengan fraksi air 60,25%, fraksi n-heksan 32,14%, dan fraksi etil asetat 13,02%. kata kunci : Analgesik, Pandanus tectorius, Fraksi, Metode GeliatItem Aktivitas Analgesik Fraksi N-Heksan, Etil Asetat, dan Air Buah Pandan Laut pada Mencit dengan Metode Geliat(2014-02-02) DANA NASRULLAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTumbuhan pandan laut (Pandanus tectorius) biasa digunakan oleh masyarakat secara tradisional sebagai pereda nyeri. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah pandan laut memiliki aktivitas analgesik pada mencit. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas analgesik ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dari ekstrak etanol buah pandan laut dengan metode geliat dengan penginduksi nyeri asam asetat 0,7%. Dosis yang digunakan untuk ekstrak dan ketiga fraksi itu adalah 125 mg/kgBB dan aspirin sebagai kontrol positif adalah 65 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi memberikan aktivitas analgesik. Ekstrak etanol memberikan efek analgesik paling tinggi dengan persen proteksi 70,05% diikuti dengan fraksi air 60,25%, fraksi n-heksan 32,14%, dan fraksi etil asetat 13,02%.Item AKTIVITAS ANALGESIK FRAKSI N-HEKSAN, ETIL ASETAT, DAN AIR DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT(2012-08-06) VALDIS R AGNAR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSalah satu contoh tumbuhan yang berkhasiat sebagai pereda nyeri adalah tumbuhan ceplukan (Physalis angulata L.). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai aktivitas analgesik pada tumbuhan ceplukan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari tumbuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgesik fraksi n-heksan, etil asetat, dan air dari daun ceplukan(Physalis angulata L.) pada mencit dengan metode geliat. Pengujian dilakukan menggunakan metode geliat dengan penginduksi asam asetat 0,7%. Bahan uji diberikan secara oral dengan dosis 500 mg/kg BB. Sebagai kontrol positif digunakan asetosal dengan dosis 65 mg/kg BB. Aktivitas analgesik dilakukan dengan mengamati geliat mencit setelah diinduksi asam asetat 0,7%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa masing-masing fraksi memberikan aktivitas analgesik. Fraksi yang memberikan persen efektifitas terbesar adalah fraksi n-heksan sebesar 71,04%, diikuti fraksi air (66,94%), dan fraksi etil asetat (24,86%). One example of a nutritious plant as a pain reliever is ceplukan plant (Physalis angulata L.). To find out more about the analgesic activity in these ceplukan it is necessary to further research of these plants. This research aims to determine the analgesic activity of n-hexane, ethyl acetate, and water fraction from ceplukan (Physalis angulata L.) leaves in mice by writhing method. The research is done using the writhing method which was acetic acid 0.7% as an inductor. The test substance is administered orally at a dose of 500 mg / kg of body weight. Aspirin is used as a positive controls at a dose of 65 mg / kg of body weight. Analgesic activity is done by observe writhing of the mice after the acetic acid 0.7% induced. Test results showed that each fraction giving analgesic activity. Fractions which gave the greatest percent effectiveness is the fraction of n-hexane at 71.04%, followed by the fraction of water (66.94%), and ethyl acetate fraction (24.86%).keywords: Analgesic, Physalis angulata, Fraction, Writhing MethodItem AKTIVITAS ANDROGENIK EKSTRAK SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. var. secalinum Alef.) PADA AYAM JANTAN GALUR HY-LINE(2012-08-08) SALSHABILLA FIRDAUS NUGRAHA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSeledri daun (Apium graveolens L. var. secalinum Alef.) merupakan salah satu varietas seledri, yang telah digunakan dalam penelitian oleh Suyatna 2011 sebagai afrodisiak. Efek afrodisiak berkaitan dengan aktivitas androgenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas androgenik ekstrak seledri daun dan dosis yang memberikan aktivitas androgenik terbaik dengan metode pertumbuhan jengger (chick comb growth method) pada ayam jantan galur Hy-Line. Ayam dikelompokan secara acak kedalam lima kelompok yaitu kontrol positif (testosteron undekoat 10 mg/kg bb), kontrol negatif (PGA 1% b/v), dan tiga kelompok uji yang mengandung ekstrak seledri daun dengan dosis 50 mg/kg bb, 150 mg/kg bb, dan 250 mg/kg bb. Data penelitian dihimpun berdasarkan parameter yang diamati yaitu ukuran jengger, rasio berat jengger terhadap berat badan, rasio berat testis terhadap berat badan, berat badan, dan peningkatan berat badan. Data dianalisis secara statistik dengan ANAVA dan uji Neuman-Keuls kemudian dideskripsikan berdasarkan hipotesa penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak seledri daun tidak memiliki efek afrodisiak melalui aktivitas androgenik pada dosis 50 mg/kg bb, 150 mg/kg bb dan 250 mg/kg bb. Leaf celery (Apium graveolens L. var. secalinum Alef.) is one of variety celery, that has been used in research by Suyatna 2011 as aphrodisiac. Aphrodisiac effect is related with androgenic activity. The purpose of this research is investigating the androgenic activity of extract of leaf celery and determining dosage that gives the best androgenic activity by using chick comb growth method at cock Hy-Line furrow. Chicken were randomly grouped into five groups, i.e. positive control (testosterone undekoat 10 mg/kg bw), negative control (PGA 1% w/v), and three experiment groups contained extract of leaf celery with dose of 50 mg/kg bw, 150 mg/kg bw, and 250 mg/kg bw. Data were collected based on the observed parameters were the size of comb, ratio of comb to body weight, ratio of testis to body weight, body weight, and body weight gained. The data were analyzed using ANOVA and Newman Keuls and then described based on the hypothesis of the research. The result showed that extract of leaf celery does not have aphrodisiac effect of androgenic activity at doses of 50 mg/kg bw, 150 mg/kg bw and 250 mg/kg bw.Keywords: Apium graveolens L. var. secalinum Alef., aphrodisiac, androgenic, Hy-LineItem AKTIVITAS ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL DAUN PUSPA (Schima wallichii Choisy) PADA MENCIT JANTAN(2013-11-07) FADLAN NURFHAFIDZ MASKUR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPlatelet adalah komponen vital pada homeostasis normal melalui kemampuannya untuk terikat pada pembuluh darah yang luka atau rusak dan terakumulasi di tempat tersebut. Akan tetapi agregasi platelet juga memiliki kerugian yaitu menyebabkan trombosis dan emboli. Ekstrak etanol daun puspa (Schima wallichii Choisy) memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi yang dimungkinkan dapat menghambat agregasi platelet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiagregasi platelet ekstrak etanol daun puspa. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan determinasi tumbuhan, ekstraksi, penapisan fitokimia, kromatografi lapis tipis, pengujian aktivitas antiagregasi platelet, dan analisis data statistika. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun puspa dosis 125 mg/kg bobot badan (BB) mencit, 250 mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB dapat memberikan aktivitas antiagregasi platelet pada mencit dan dosis 500 mg/kg BB memberikan aktivitas antiagregasi platelet terbaik. Namun bila dibandingkan dengan aspirin 42,25 mg/kb BB maka aktivitas antiagregasi platelet dari ekstrak 500 mg/kg BB tidak menunjukkan aktivitas yang lebih baik.Item Aktivitas Antiagregasi Platelet Ekstrak, Fraksi-fraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum duplicatum) secara In Vitro dan Isolasi Senyawa dari Fraksi Aktifnya(2013-10-01) DEWANTO; Yoppi Iskandar; Melisa Intan BarlianaTelah dilakukan penelitian tentang aktivitas antiagregasi platelet rumput laut coklat jenis Sargassum duplicatum yang berasal dari Perairan Menganti-Kebumen. Uji antiagregasi platelet dilakukan secara in vitro menggunakan darah manusia dengan metode Born, yaitu berdasarkan perubahan transmisi cahaya dengan ditambahkan 10 µL Adenosine Diphosphat (ADP) sebagai induktor. Ekstraksi S. duplicatum dengan pelarut etanol 95% menghasilkan rendemen sebesar 3,07%. Hasil uji aktivitas antiagregasi platelet ekstrak S. duplicatum konsentrasi 125 µg/mL, 250 µg/mL dan 500 µg/mL masing-masing memberikan nilai penghambatan agregasi sebesar 4,68%; 6,77% dan 11,64%. Fraksi n-heksana 500 µg/mL dan fraksi etil asetat 500 µg/mL masing-masing memberikan nilai penghambatan agregasi sebesar 55,51% dan 52,10%, sedangkan fraksi air 500 µg/mL meningkatkan agregasi sebesar 1,55%. Nilai penghambatan agregasi kontrol positif asetosal 80 µg/mL sebesar 48,49%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas antiagregasi yang paling tinggi. Satu senyawa murni golongan flavonoid telah di isolasi dari fraksi n-heksana yang memberikan serapan pada λmax 263 nm dan 399 nm menggunakan spektrofotomrtri UV-Visibel serta memiliki gugus fungsi O-H, C=C aromatik, C-H dan C-O menggunakan spektrofotometri Inframerah. Kata kunci : Sargassum duplicatum, Menganti, antiagregasi platelet, ADPItem AKTIVITAS ANTIALOPESIA DAN KAJIAN MEKANISME MOLEKULER SENYAWA BIOAKTIF DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata P.) DALAM MENGHAMBAT RESEPTOR ANDROGEN BERDASARKAN STUDI IN VIVO DAN(2022-10-18) HENNY KASMAWATI; Resmi Mustarichie; Eli HalimahAlopesia merupakan kelainan dermatologis yang ditandai dengan kerontokan rambut yang tidak normal. Alopesia Androgenetik (AGA) merupakan jenis alopesia yang paling banyak terjadi yaitu di atas 90% dari kejadian alopesia. AGA menghasilkan kerontokan rambut yang kronis, progresif, dan berpola pada pria dan wanita. Hormon androgen khususnya dihidrotestosteron berikatan dengan reseptor androgen di folikel rambut, respon berlebihan terhadap androgen dapat memicu kerontokan rambut parah di kulit kepala yang ditandai dengan terjadinya miniaturisasi rambut dan kerontokan rambut secara progresif. Minoksidil merupakan satu dari dua obat AGA yang telah mendapat persetujuan FDA (Food and Drug Administration). Aktivitas antialopesia minoksidil yaitu mempercepat fase anagen, memperpendek fase telogen dan meningkatkan ukuran folikel rambut. Khasiat minoksidil kurang optimal dalam mengurangi kerontokan rambut dan merangsang pertumbuhan rambut, setelah satu tahun empat bulan pemberian minoksidil 5%, hanya sekitar 38,6% menunjukkan perkembangan pertumbuhan rambut. Iritasi kulit kepala yang dapat terjadi akibat penggunaan minoksidil topikal, khasiatnya yang kurang optimal, serta terbatasnya pilihan pengobatan untuk pasien AGA, merupakan beberapa alasan pasien mencari pengobatan alternatif dengan menggunakan tanaman tradisional. Hal ini menjadi dasar perlu dilakukan pencarian bahan baku obat baru yang lebih efektif dan aman, bersumber terutama dari bahan alam. Daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) secara empiris telah digunakan sebagai antialopesia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan, menentukan dan mengungkap potensi senyawa bioaktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) sebagai antialopesia. Pengujian aktivitas antialopesia melalui pendekatan Bioassay Guided Isolation secara in vivo menggunakan metode Tanaka yang dimodifikasi dan metode Matias yang dimodifikasi, dengan parameter panjang pertumbuhan rambut, gambaran mikroskopik folikel rambut, proporsi pertumbuhan rambut dan rasio anagen telogen. Hewan uji yang digunakan dalam pengujian aktivitas antialopesia terhadap ekstrak dan fraksi daun lidah mertua adalah kelinci jantan sebanyak 4 ekor (Metode Tanaka). Punggung kelinci dicukur dan dibuat 6 plot/kompartemen yang menunjukkan kelompok perlakuan yaitu KI (kontrol, Na CMC 1%); KII (minoksidil 2%); KIII (ekstrak etanol daun lidah mertua (DLM) 20%); KIV (fraksi n-heksan DLM 20%); KV (fraksi etil asetat DLM 20%); KVI (fraksi air DLM 20%). Metode Matias menggunakan 24 ekor kelinci yang diinduksi alopesia menggunakan hormon dehidrotestosteron (DHT) dan ditambah 4 ekor kelinci sebagai kontrol normal. Hewan uji tersebut dibagi menjadi 7 kelompok seperti pembagian kelompok pada metode Tanaka ditambah kelompok K(-). Pengujian antialopesia pada subfraksi etil asetat dibagi menjadi 8 kelompok yaitu KI (kontrol, Na CMC 1%); KII (minoksidil 2%); KIII (subfraksi A DLM 20%); KIV (subfraksi B DLM 20%); KV (subfraksi C DLM 20%), KVI (subfraksi D DLM 20%); KVII (subfraksi E DLM 20%) dan KVIII (subfraksi F DLM 20%). Data disajikan dalam Mean ± SD. Data dibandingkan dengan kelompok kontrol menggunakan IBM SPSS Statistik 24 ANOVA satu arah. Identifikasi senyawa bioaktif subfraksi C, D, E dan F fraksi etil asetat DLM melalui analisis LC-MS/MS dan aktivitas penghambatan senyawa bioaktif terhadap reseptor androgen (PDB ID:4K7A) dievaluasi secara molekuler menggunakan studi penambatan molekul dan simulasi dinamika molekul dengan membandingkan energi ikatan, interaksi, dan stabilitasnya terhadap minoksidil. Hasil penelitian aktivitas antialopesia terhadap ekstrak dan fraksi menggunakan metode Tanaka yang dimodifikasi dengan parameter panjang pertumbuhan rambut yaitu sebagai berikut; ekstrak etanol daun lidah mertua 20% dapat menumbuhkan rambut kelinci pada hari ke-18 sebesar 2,06 cm ±0,32 yang berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok KI. Fraksi etil asetat DLM 20% dapat menumbuhkan rambut kelinci sebesar 2,07 cm ±0,06 sampai pada hari ke-18 yang berbeda bermakna p<0,05 terhadap kelompok KI dan memiliki efektivitas yang sama dengan minoksidil 2% dalam merangsang pertumbuhan rambut. Hasil penelitian terhadap ekstrak dan fraksi dengan parameter gambaran mikroskopik folikel rambut, persen proporsi rambut dan rasio anagen (A) telogen (T) (A/T) menggunakan metode Matias yang dimodifikasi yaitu; hormon DHT pada dosis 0,01 mg/mL yang diberikan secara subkutan selama 21 hari dapat menyebabkan terjadinya alopesia pada kelinci dengan parameter indeks alopesia 3-4. Kelinci alopesia kemudian diterapi berdasarkan kelompoknya, dua kali sehari secara topikal selama 21 hari. Evaluasi mikroskopik pada biopsi kulit kelinci kelompok KII (kontrol negatif) menunjukkan miniaturisasi folikel rambut yang ditandai dengan proporsi rambut anagen lebih sedikit dari rambut telogen yaitu 39,47% : 60,56% dengan rasio 1:1,5 (A/T), pada kelompok KIII (minoksidil 2%) mengalami peningkatan jumlah anagen dibanding telogen dengan proporsi rambut anagen 69,73% dan telogen 30,26% dengan rasio 2:1 (A/T). Kelompok KVI yang diberi terapi fraksi etil asetat 20% lebih baik dalam memperbaiki pertumbuhan rambut dibanding kelompok hewan uji lainnya yaitu proporsi rambut anagen 89,47% dan telogen 10,52% dengan rasio 8,5:1 (A/T). Hasil peneltian pada tahap ini diperoleh bahwa fraksi etil asetat daun lidah mertua merupakan fraksi yang paling aktif sebagai antialopesia. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan pemisahan senyawa bioaktif daun lidah mertua yang berperan sebagai antialopesia. Berdasarkan hasil pemisahan menggunakan KCV (Kromatograksi Cair Vakum) diperoleh 16 subfraksi. Subfraksi dengan profil pemisahan dan nilai Rf yang sama selanjutnya digabungkan dan diperoleh 6 subfraksi gabungan utama yaitu subfraksi A (gabungan subfraksi 1-4), subfraksi B (gabungan subfraksi 5-7), subfraksi C (gabungan subfraksi 8-9), subfraksi D (subfraksi 10), subfraksi E (subfraksi 11-14), subfraksi F (subfraksi 15-16). Setelah penggabungan subfraksi kemudian dilakukan uji farmakologi terhadap enam subfraksi tersebut untuk mengetahui subfraksi aktif antialopesia daun lidah mertua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subfraksi C, D, E dan F DLM dengan konsentrasi masing-masing 20% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut dari hari ke-6 hingga hari ke-18 yang berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan KI, dengan panjang pertumbuhan rambut secara beurut yaitu 2,80 cm ± 0,00; 2,17 cm ± 0,29; 2,20 cm ± 0,35; dan 2,17 cm±0,40 dan memiliki efektivitas yang sama dengan minoksidil 2% dalam merangsang pertumbuhan rambut. Parameter lain yang digunakan untuk menilai aktivitas antialopesia pada subfraksi etil asetat DLM yaitu melalui gambaran mikroskopis folikel rambut, rasio anagen telogen (A:T), dan proporsi pertumbuhan rambut melalui biopsi kulit kelinci. Evaluasi mikroskopik ditemukan jumlah anagen lebih banyak dari jumlah telogen, yang ditandai dengan proporsi anagen lebih banyak dibanding telogen pada kelompok yang diberi subfraksi C, D, E dan F berturut-turut adalah 84,44:15,56%; 80,76:19,24%; 82,05:17,95%; dan 80,95:19,05%. Rasio anagen tertinggi terjadi pada kelompok yang diberikan subfraksi C yaitu 5,43:1 (A/T). Berdasarkan uji aktivitas antialopesia terhadap subfraksi etil asetat daun lidah mertua diperoleh empat subfraksi aktif, yaitu subfraksi C, D, E, dan F. Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa bioaktif terhadap ke-4 subfraksi tersebut menggunakan metode LC-MS/MS. Hasil analisis LC-MS/MS diperoleh dua puluh senyawa, tujuh senyawa terindentifikasi melalui data based MS, yaitu Methyl pyrophaeophorbide A (1), Oliveramine (2), (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane (3), 1-Acetyl-β-carboline ( 4), Digiprolactone (5), Trichosanic acid (6) dan Methyl gallate (7) dari subfraksi daun tanaman ini. Ke-tujuh senyawa ini kemudian dilakukan kajian mekanisme molekularnya yang berperan sebagai antialopesia terhadap reseptor androgen secara in silico. Potensi penghambatan reseptor androgen dievaluasi menggunakan penambatan molekul dan simulasi dinamika molekul. Senyawa Methyl pyrophaeophorbide A, Oliveramine, (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane, 1-Acetyl-β-carboline, memiliki skor penambatan molekul lebih rendah dari minoksidil yaitu -7,0, -6,3, -5,8, dan -5,2 kkal/mol. Analisis interaksi molekuler dari hasil penambatan mengungkapkan bahwa empat senyawa yaitu Methyl pyrophaeophorbide A, Oliveramine, (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane, 1-Acetyl-β-carboline, mampu berikatan dengan tempat ikatan kofaktor. Situs katalitik ini berada di wilayah residu Tyr857, Gln858, Lys861, Glu793, Trp796, dan Leu797. Interaksi senyawa Methyl pyrophaeophorbide A menunjukkan bahwa gugus karboksil-metil membentuk ikatan hydrogen (H) dengan residu asam amino Glu793. Interaksi hidrofobik dengan Trp796, Leu797, dan His789 pada masing-masing kelompok metil-siklopentana. Senyawa Oliveramine, terdapat dua ikatan H yang berbeda, yaitu residu His789 dan Leu862, dengan atom oksigen pada setiap cincin tetrahidro-piran. Senyawa (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane tidak menunjukkan adanya ikatan H dengan reseptor AR tetapi memiliki tiga interaksi hidrofobik dengan residu Trp796, Leu797, dan Lys861. Senyawa 1-Acetyl-β-carboline membentuk ikatan H dengan residu Gln858 pada gugus karbonilnya, yang tidak teramati pada senyawa lain, dan interaksi hidrofobik dengan residu Tyr857. Akhirnya, semua senyawa membentuk ikatan Pi-Anion dengan residu Glu793 di situs katalitik AR, diketahui bahwa pengikatan terhadap residu Glu793 berperan penting dalam menghambat AR. Simulasi dinamika molekul senyawa Methyl pyrophaeophorbide A, Oliveramine, (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane, 1-Acetyl-β-carboline, menunjukkan stabilitas yang sama berdasarkan analisis RMSD (Root Mean Square Deviation), RMSF (Root Mean Square Fluctuation), dan SASA (Solvent-Accessible Surface Area). Senyawa Methyl pyrophaeophorbide A lebih stabil pada analisis Rg (Radius Gyration) dan PCA (Principal Component Analysis) selama simulasi 100 ns. Energi ikatan senyawa yang terkandung pada daun lidah mertua terhadap AR diketahui dengan menggunakan metode MM-PBSA (Molecular Mechanics Poisson Boltzmann Surface Area) untuk memprediksi bahwa potensi ke-empat senyawa lebih baik dari pada minoksidil, dengan energi bebas ikatan sebesar Methyl pyrophaeophorbide A; -66,13 kJ/mol, Oliveramine; -40,39 kJ/mol, (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane; 59,36 kJ/mol, dan 1-Acetyl-β-carboline; -40,25. Penelitian ini berhasil membuktikan, dan mengungkap aktivitas antialopesia senyawa bioaktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) melalui studi in vivo dan in silico, serta menentukan tujuh senyawa menggunakan analisis LC-MS/MS. Senyawa yang diperoleh tersebut teridentifikasi sebagai senyawa yang baru dilaporkan terdapat dalam Sansevieria trifasciata P berdasarkan analisis LC-MS/MS. Senyawa Methyl pyrophaeophorbide A, Oliveramine, (2S)-3`,4`-Methylenedioxy-5,7-dimethoxyflavane, 1-Acetyl-β-carboline diprediksi memiliki aktivitas antialopesia yang lebih baik dari minoksidil dalam menghambat reseptor androgen melalui pendekatan in silico.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KARET KEBO (Ficus elastica Roxb. ex Hornem)(2013) HANIFAH NURROCHMAH KAMILIYAH; Sri Agung Fitri Kusuma; Dudi RunadiABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Karet kebo (Ficus elastica Roxb. ex Hornem) terhadap bakteri Shigella dysenteriae ATCC 13313. Metode penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan bahan dan determinasi tanaman daun Karet kebo, ekstraksi, penapisan fitokimia, parameter ekstrak dan pengujian aktivitas antibakteri. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan adanya peningkatan diameter hambat seiring dengan peningkatan kosnetrasi ekstrak yang digunakan. Kata kunci : Daun Karet kebo, Ficus elastica Roxb. ex Hornem, aktivitas antibakteri, Shigella dysenteriae.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI SALEP FRAKSI TERAKTIF KULIT BATANG TRENGGULI (Cassia fistula L.) TERHADAP Propionibacterium acnes ISOLAT KLINIS DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853(2016-04-19) SEPTIYANI M; Anis Yohana Chaerunisaa; Tiana MilandaInfeksi bakteri pada kulit umumnya disebabkan oleh Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan salep antibakteri dari fraksi teraktif kulit batang trengguli (Cassia fistula L.) yang diketahui memiliki aktivitas terhadap kedua bakteri tersebut. Selain itu dilakukan pula evaluasi fisik dan uji aktivitas terhadap kedua bakteri uji. Ekstrak dan fraksi diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi agar, fraksi teraktif ditentukan berdasarkan hasil uji aktivitas tersebut. Fraksi teraktif ditentukan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dengan metode mikrodilusi. Formula salep dibuat dengan konsentrasi fraksi teraktif 2–4 X KHTM. Karakteristik fisik dari sediaan yang diamati meliputi perubahan organoleptik, pH, dan viskositas selama 28 hari penyimpanan. Aktivitas antibakteri dari fraksi dibandingkan antara sebelum dan setelah dibuat sediaan dengan metode kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan KHTM dan KBM sebesar 175 ppm dan 350 ppm untuk Propionibacterium acnes, serta 400 ppm dan 800 ppm untuk Pseudomonas aeruginosa. Dari hasil evaluasi terhadap formula disimpulkan bahwa karakteristik fisik dari sediaan salep basis hidrofob dan hidrofil tidak berubah selama 28 hari penyimpanan. Dari kedua jenis salep tersebut, salep basis hidrofil memiliki aktivitas lebih baik terhadap kedua bakteri uji dengan diameter zona hambat yang tidak mengalami perubahan selama 28 hari penyimpanan.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF ISOLAT KLINIS PENYEAB JERAWAT(2015-07-10) ADITYA SALMAN HAKIM; Yoppi Iskandar; Sri Agung Fitri KusumaJerawat merupakan salah satu gangguan kesehatan pada kulit muka yang dapat timbul pada usia muda dan tua. Salah satu penyebab utama terbentuknya jerawat adalah adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari kelima sari buah segar dan fermentasinya serta mengetahui sifat kombinasi antibakteri dari sari buah segar dan hasil fermentasinya terhadap isolat klinis P.acnes, Penelitian ini meliputi tahap determinasi buah, fermentasi buah dan pembuatan sari buah hasil fermentasi, pembuatan sari buah segar, penapisan fitokimia, uji aktivitas antibakteri segar, fermentasi, dan kombinasi sari buah terbaik. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan teknik perforasi, sedangkan untuk proses fermentasi digunakan pelaku fermentasi Saccharomyses cerevicae.Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP ISOLAT KLINIS Klebsiella pneumoniae DAN Shigella dysenteriae(2016-04-19) SALSABILA NUSANTO R; Ami Tjitraresmi; Rr. SulistiyaningsihKlebsiella pneumoniae merupakan bakteri penyebab pneumonia yang dapat mengawali terjadinya infeksi lain (super infeksi), seperti disentri yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dysenteriae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi biji pepaya terhadap isolat klinis Klebsiella pneumoniae dan Shigella dysenteriae, menentukan fraksi teraktif, dan mengetahui Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari bahan uji. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan teknik perforasi dan penentuan KHTM serta KBM dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi etil asetat biji pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji, dengan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) untuk ekstrak etanol biji pepaya adalah 10% - 20% (b/v) terhadap kedua bakteri uji. Untuk fraksi etil asetat adalah 1,25% - 2,50% (b/v) terhadap Klebsiella pneumoniae isolat klinis dan 0,3125% - 0,625% (b/v) terhadap Shigella dysenteriae isolat klinis. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) untuk ekstrak etanol biji pepaya adalah 20% (b/v) terhadap kedua bakteri uji, sedangkan untuk fraksi etil asetat adalah 2,5% (b/v) terhadap Klebsiella pneumoniae isolat klinis dan 0,625% terhadap Shigella dysenteriae isolat klinis.Item Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Biji Pepaya Terhadap Isolat Klinis Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Penyebab Infeksi Luka Bakar(2016-01-22) ADI PRATAMA; Ami Tjitraresmi; Rr. SulistiyaningsihABSTRAK Infeksi pada luka bakar masih menjadi salah satu penyebab utama dari kecacatan serta kematian. Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan infeksi pada luka bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi biji pepaya terhadap isolat klinis Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, menentukan fraksi teraktif, dan mengetahui Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari bahan uji. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan teknik perforasi dan penentuan KHTM serta KBM dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) untuk ekstrak etanol biji pepaya adalah (b/v) terhadap kedua bakteri uji. Untuk fraksi etil asetat adalah (b/v) terhadap Pseudomonas aeruginosa isolat klinis dan (b/v) terhadap Staphylococcus aureus isolat klinis. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) untuk ekstrak etanol biji pepaya adalah (b/v) terhadap kedua bakteri uji sedangkan untuk fraksi etil asetat adalah (b/v) terhadap Pseudomonas aeruginosa isolat klinis dan terhadap Staphylococcus aureus isolat klinis. Kata kunci: Biji, Pepaya, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Luka BakarItem Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Bunga Mawar (Rosa sp.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Staphylococcus aureus Isolat Klinis(2015-07-13) ARIQA D SHASTIANI; Rr. Sulistiyaningsih; Tina RostinawatiBerkeringat berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti bau badan. Bau badan ditimbulkan saat keringat dimetabolisme oleh bakteri kulit dan salah satu penyebab bau badan adalah Staphylococcus aureus. Bunga mawar (Rosa sp.) berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak bunga mawar dan fraksi teraktifnya terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Staphylococcus aureus isolat klinis. Uji aktivitas dilakukan dengan metode difusi agar dan uji KHTM dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga mawar, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Disimpulkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 adalah % - % (b/v) dengan nilai KBM sebesar % (b/v), sedangkan untuk S. aureus isolat klinis berada pada rentang % - % (b/v) dengan nilai KBM % (b/v).Item AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP Escherichia coli DAN Shigella dysenteriae ISOLAT KLINIS(2015-01-20) FITRIA DEVI M; Tiana Milanda; Yoppi IskandarDiare adalah buang air besar (defekasi) lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair atau setengah cair (setengah padat) dan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, yaitu lebih dari 200 gram atau 200 mL/24 jam , diantaranya disebabkan infeksi bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Daun alpukat (Persea americana Mill) merupaka salah satu tumbuhan yang digunakan secara empirik untuk mengobati diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan berbagai fraksi daun alpukat terhadap Escherichia coli dan Shigella dysenteriae isolat klinis. Penelitian dilakukan melalui tahap pengumpulan dan determinasi tanaman, ekstraksi simplisia, pemeriksaan parameter standar ekstrak, pengujian aktivitas antibakteri ekstrak, fraksinasi ekstrak, pengujian aktivitas antibakteri fraksi, penentuan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimun (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif, analisis kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak dan fraksi teraktif, dan penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak dan fraksi teraktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi daun alpukat (fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air) memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM dan nilai KBM sebesar terhadap kedua bakteri uji.Item Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten(2015-01-20) GLADYOLA AYU MAULIARHANI; Tiana Milanda; Dudi RunadiABSTRAK Penyakit infeksi adalah penyakit yang diakibatkan masuk dan berkembangnya suatu mikroba patogen dalam sel inang, antara lain bakteri Pseudomonas aeruginosa. Terapi antibiotika yang tidak tepat menyebabkan P. aeruginosa resisten terhadap beberapa golongan antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi daun alpukat (Persea americana Mill) terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dan P. aeruginosa multiresisten, menentukan fraksi teraktif dan menentukan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsetrasi Bunuh Minimum (KBM) dari fraksi teraktif. Penelitian dilakukan melalui tahap pengumpulan dan determinasi tanaman, ekstraksi simplisia, penapisan fitokimia ekstrak, pemeriksaan parameter standar ekstrak, pengujian aktivitas antibakteri ekstrak, fraksinasi ekstrak, pengujian aktivitas antibakteri fraksi, penentuan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimun (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif, analisis metabolit sekunder dalam fraksi teraktif, dan penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak dan fraksi teraktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan daun alpukat memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dan P. aeruginosa multiresisten. Fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM sebesar 7,5% (b/v) terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dan P. aeruginosa multiresisten, serta KBM pada konsentrasi 7,5% terhadap kedua bakteri uji. Kata kunci: Penyakit infeksi, Persea americana Mill, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, Pseudomonas aeruginosa multiresisten.Item Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Kamboja (Plumeria rubra L.) Terhadap Escherichia coli dan Shigella dysenteriae Isolat Klinis(2015-01-25) KENDY LIVI DANAWATI; Tiana Milanda; Dudi RunadiABSTRAK Disentri adalah penyakit akut yang menyerang usus besar dan bagian distal usus halus, ditandai dengan gejala diare disertai darah dan lendir, muntah, nyeri di bagian perut dan demam Shigella dysenteriae dan Eschericia coli merupakan penyebab utama disentri di Indonesia. Daun kamboja (Plumeria rubra L.) secara empiris digunakan sebagai obat disentri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kamboja dan menentukan fraksi teraktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae dan Escherichia coli. Penelitian dilakukan melalui tahap pengumpulan bahan, determinasi tumbuhan, ekstraksi, penapisan fitokimia, pengujian parameter standar ekstrak, uji aktivitas antibakteri ekstrak,fraksinasi ekstrak, uji aktivitas antibakteri fraksi,penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif, dan penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak dan fraksi teraktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kamboja, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif dengan nilai KHTM sebesar 1,875% (b/v) dan nilai KBM sebesar 3,75% (b/v) terhadap E.coli dan S.dysenteriae isolat klinis. Kata kunci : Disentri, Plumeria rubra L., Shigella dysenteriae, Eschericia coliItem AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN NANAS KERANG (Tradescantia spathacea Swartz) TERHADAP Escherichia coli ISOLAT KLINIS DAN Shigella dysenteriae ISOLAT KLINIS(2014-08-19) FIRDA ARYANTI WIDYANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDiare menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu tumbuhan yang secara empirik memiliki aktivitas antidiare adalah daun nanas kerang (Tradescantia spathacea Swartz). Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri daun nanas kerang terhadap Escherichia coli isolat klinis dan Shigella dysenteriae isolat klinis penyebab diare. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi simplisia, uji aktivitas antibakteri ekstrak, fraksinasi ekstrak, uji banding aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi, penetapan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi teraktif, penapisan fitokimia dan Profil KLT Bioautografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun nanas kerang memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli dan S. dysenteriae. Fraksi etil asetat asam dari ekstrak daun nanas kerang merupakan fraksi teraktif.Dari hasil penapisan fitokimia dan profil KLT, fraksi etil asetat asam mengandung senyawa golongan flavonoid dan kuinon yang diduga memiliki aktivitas antibakteri.