Ekonomi (S3)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 18 of 18
  • Item
    EFISIENSI PENGGUNAAN BELANJA SOSIAL TERHADAP PENCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
    (2019-03-01) MOMON RIVAI; Kodrat Wibowo; Sutyastie Sumitro
    Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dalam mengukur nilai efisiensi penggunaan belanja sosial terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan serta ketimpangan pendapatan Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis, studi ini menunjukan bahwa Kota Depok dan Kota Cimahi mencapai skor efisiensi sempurna dibandingkan Kabupaten Kota lain sepanjang periode studi. Di sisi lain, penggunaan pendekatan estimated generalized least squared (EGLS) data panel dari 26 Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 dalam studi ini menunjukan bahwa government size dan indeks pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam mendorong capaian skor efisiensi yang lebih baik. Selain itu, penggunaan belanja sosial yang lebih besar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menurunkan ketimpangan pendapatan secara efektif walaupun belanja sosial tidak menjalankan peran utamanya dalam mengurangi kemiskinan secara signifikan.
  • Item
    DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA
    (2019-11-29) MOCHAMAD RIAN MURTIADI; Bagdja Muljarijadi; Kodrat Wibowo
    ABSTRAK Pada level negara, beberapa penelitian diantaranya oleh Mefteh dan Benhassen (2015), Mahony dan Vecchi (2002), dan Meijers (2012) telah membuktikan bahwa TIK berkontribusi positif pada peningkatan produk domestik bruto. Ding dan Haynes (2006) menyatakan bahwa perbedaan dalam infrastruktur telekomunikasi berpengaruh thd pertumbuhan ekonomi provinsi di Tiongkok. Di level industri, penelitian oleh Sikles, Kayis dan Gurel (2017) menemukan bahwa sektor manufaktur yang menggunakan TIK di Turki memiliki produktifitas yang lebih besar dibandingkan yang tidak menggunakan TIK. Penelitian ini ingin membuktikan bagaimana pengaruh teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia di Indonesia dimana tingkat penggunaan TIK-nya berbeda-beda antar provinsi. Dengan dataset yang terdiri atas 33 provinsi pada kurun waktu 2012 – 2015, menggunakan model fixed effect dapat dibuktikan secara ekonometrik bahwa ICT, baik dalam bentuk variabel Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IPTIK) maupun dalam bentuk jumlah rumah tangga (persentase) pengguna internet dalam 3 (tiga) bulan terakhir, merupakan salah satu variabel yang berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah. Variabel lain yang juga berpengaruh signifikan adalah pengeluaran pemerintah provinsi, kapital (pembentukan modal tetap bruto - PMTB). Dalam konteks pembangunan manusia di provinsi-provinsi (direpresentasikan dengan Indeks Pembangunan Manusia – IPM), TIK melalui variabel IPTIK juga berpengaruh signifikan terhadap pembangunan manusia di provinsi-provinsi di Indonesia. Variabel-variabel ekonomi lainnya yang juga turut berpengaruh signifikan adalah pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan dan pendidikan, pendidikan, jumlah penduduk miskin dan juga pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi TIK. Model Growth Accounting telah menunjukkan dan membuktikan bahwa input faktor yang terbesar memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi regional selama periode penellitian adalah kapital (43,48%), pengeluaran pemerintah (35,40), total faktor produktifitas (9,73%), tenaga kerja (8,23%) dan TIK (3,16%).
  • Item
    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FERTILITAS DAN KEPUTUSAN MENAMBAH ANAK DI INDONESIA
    (2020-06-07) YAYAT KARYANA; Sutyastie Sumitro; Raden Muhamad Purnagunawan
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh pendapatan terhadap fertilitas. Data yang digunakan adalah SUPAS 2015 untuk analisa makro dan SDKI 2012 untuk analisa mikro. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksplanatori dengan model regresi berganda dan model regresi logistik. Teknik estimasi model regresi menggunakan metode OLS untuk data makro dan metode Kemungkinan Maksimum untuk data mikro. Temuan dalam penelitian ini adalah pendapatan per kapita mempunyai pengaruh negatif terhadap TFR kabupaten/kota di Indonesia, selain itu Rasio Pekerja Wanita di Luar Pertanian dan Rasio WUS yang menggunakan Kontrasepsi mempunyai pengaruh negatif, sebaliknya Ratarata Lama Sekolah dan Angka Kematian Bayi mempunyai pengaruh positif terhadap TFR di kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan data mikro SDKI diperoleh temuan adalah : 1) Pendapatan tinggi dan pendapatan tertinggi mempunyai pengaruh negatif terhadap keinginan menambah anak dari WUS memiliki anak>1 (ALH>1); 2) Pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap keinginan menambah anak pada kelompok WUS yang mempunyai anak >1 (ALH>1); 3) Kepesertaan KB mempunyai pengaruh negatif terhadap keinginan menambah anak pada kelompok WUS yang mempunyai anak>1 (ALH>1); 4) Tempat tinggal di persedaan mempunyai pengaruh positif terhadap keinginan menambah anak pada kelompok WUS yang sudah mempunyai anak; 5) Umur secara nonlinier mempunyai pengaruh terhadap keinginan memiliki/menambah anak pada semua kelompok WUS, dimana umur yang semakin tua mempunyai keinginan memiliki/menambah anak semakin kecil dan 6) Umur Kawin Pertama (UKP) mempunyai pengaruh positif terhadap keinginan mempunyai/menambah anak pada semua kelompok WUS.
  • Item
    Hubungan Dinamika antara Neraca Transaksi Berjalan dengan Return IHSG Periode 1990-2015 (Pendekatan Model VAR-X)
    (2018-03-14) EKA DESY PURNAMA NURINTAN; Achmad Kemal Hidayat; Budiono
    Hubungan Dinamika antara Neraca Transaksi Berjalan dengan Return IHSG Periode 1990-­‐2015 (Pendekatan Model VAR-­‐X) Eka Desy Purnama Abstrak Selama ini dinamika neraca pembayaran hanya dilihat dari sisi perdagangan internasional (ekspor dan impor), padahal jika dilihat dari komponen neraca pembayaran selain dari sisi perdagangan internasional terdapat juga Transaksi Modal dan Keuangan (finansial ). Di sisi transaksi modal dan finansial, membaiknya fundamental ekonomi akan mendorong arus modal masuk, baik aliran masuk investasi langsung maupun investasi portofolio, yang menjadi salah satu sumber pembiayaan defisit transaksi berjalan. Transaksi modal dan keuangan berkaitan dengan transaksi investor di pasar saham. Penelitian ini bertujuan menganalisis peranan IHSG terhadap dinamika transaksi berjalan di Indonesia. Penelitian ini juga akan mengkaji bagaimana transaksi berjalan dapat membantu memprediksi kinerja pasar saham. Model ekonometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah model metode Vector Autoregressive-X (VAR-X) karena selain menggunakan variabel makro sebagai variabel transmisi seperti inflasi, nilai tukar dan suku bunga, juga memasukkan variabel eksogen yaitu Indeks bursa asing dan harga minyak dunia,mengingat proporsi investor saham di Indonesia didominasi investor asing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IHSG secara struktur dinamis dan simultan memiliki kontribusi (mempengaruhi) terhadap pergerakan neraca transaksi berjalan. Sebaliknya, pergerakan neraca transaksi berjalan (current account) juga memiliki kontribusi terhadap pergerakan IHSG. Kata Kunci : IHSG, Neraca Transaksi Berjalan, VAR-X
  • Item
    Ibu Bekerja dan Pendidikan Anak di Indonesia: Pendekatan Analisis Multilevel
    (2017-05-03) PURMINI; Sutyastie Sumitro; Yayan
    Abstrak Menyediakan pendidikan dasar universal merupakan salah satu tujuan pembangunan milenium (MDG’s). Namun demikian anak-anak yang seharusnya menikmati pendidikan, masih banyak yang harus bekerja. Anak-anak yang bekerja, umumnya karena alasan manfaat ekonomi untuk keluarga. Sementara itu, hampir di seluruh masyarakat di dunia, perempuan ditugaskan secara kebiasaan (budaya) untuk menjadi pengasuh utama bagi anak-anak dalam rumahtangga, namun demikian perempuan (ibu) juga dapat berperan sebagai pencari nafkah keluarga. Peran tersebut secara potensial dapat ditingkatkan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, termasuk pendidikan anak-anaknya. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ibu bekerja terhadap pendidikan anak di Indonesia. Dengan menggunakan data the Indonesian Family Life Survey (IFLS ) IFLS 4 tahun 2007, jumlah observasi sebanyak 4783. Analisis terdiri dari analisis deskriptif dan analisis inferensial, analisis dibedakan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan. Untuk analisis inferensial, model yang digunakan adalah model probit multilevel, dengan dua level (level ibu dan level anak). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa proporsi ibu yang bekerja hampir sama dengan proporsi ibu yang tidak bekerja, di pedesaan lebih besar dari pada di perkotaan. Di wilayah pedesaan, proporsi terbesar ibu bekerja sebagai pekerja keluarga, sedangkan di perkotaan pekerja keluarga relative kecil, proporsi pekerja mandiri dan pegawai sama besar yaitu 41% masing-masing. Pendapatan rata-rata ibu hanya sepertiga dari rata-rata pendapatan ayah. Sementara di sisi lain, rata-rata tingkat partisipasi sekolah anak sudah sangat tinggi, namun tingkat putus sekolah juga masih tinggi terutama pada tingkat sekolah menengah ( SMP ). Hasil analisis inferensial dari model multilevel probit menunjukkan bahwa pengaruh ibu bekerja terhadap pendidikan anak-anaknya positif signifikan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Temuan lain adalah adanya pengaruh signifikan umur anak, jumlah anak umur < 7 tahun, pendidikan ayah, kekayaan rumahtangga, pengeluaran perkapita, jenis pekerjaan ayah, serta lokasi geografis terhadap pendidikan anak. Analisis multilevel menemukan bahwa keragaman pendidikan anak lebih dominan ditentukan oleh keragaman antar Ibu, dibandingkan dengan keragaman antar individu anak dalam keluarga, dan penggunaan model multilevel sudah tepat untuk menangkap fenomena ini. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap temuan empiris dalam penawaran tenaga kerja keluarga serta kontribusi metodologis yaitu pengembangan model multilevel dalam bidang ilmu ekonomi. Keywords: Indonesia, Ibu bekerja, pendidikan anak, analisis multilevel, penawaran tenaga kerja rumahtangga. Economic Analysis of Mothers’ Employment and Children Education in Indonesia: A Joint Multilevel Model Abstract Providing universal primary education is one of the millennium development goals (MDG`s). However, children should enjoy education, there are still many who have to work. Children who work, generally for reasons of economic benefits to the family. Meanwhile, almost all people in the world, women are assigned by customs (culture) to be the primary caregiver for the children in the household, however, women (mothers) may also act as the breadwinner of the family. That role could potentially be scaled in an effort to improve the welfare of families, including their children`s education. Specifically the purpose of this study was to analyze the effect of maternal work on the education of children in Indonesia. By using data, namely the Indonesian Family Life Survey (IFLS) 4, year 2007, with 4783 observations, analysis consisted of descriptive and inferential analysis, and distinguished for rural and urban areas. For inferential analysis, the model used is a probit multilevel (mixed-effect probit) model, with two levels (mother level and child level). Descriptive analysis showed that the proportion of mothers who work almost the same as the proportion of women who do not work, the proportion of women working in rural areas is greater than in urban areas. In rural areas most mothers work as a family workers, while in urban areas, most women working as employee, with the same proporsion as self employment. The average income of the mother only a third of the average income of the father. While on the other hand, the average school enrollment rate of children has been very high, but the dropout rate (drop out) is still high at the unior high school (SMP). The results of the inferential analysis of multilevel probit models suggest that the influence of working mothers on children education is positive significant. Other result were the significant influence of : child age, number of children age < 7 years, fathers’ education, the households’ wealth, the per-capita expenditure, type of fathers’ job, and geographical location on children`s education. The multilevel analysis found that the between mother (family) is important factor in determining children`s education variance rather than individual child’s factor within family, and the use of multilevel model is appropriate to capture this phenomenon. This study contributes to the empirical finding in the field of household labor supply and the development of multilevel models as methodological contribution in the field of human resources economics. Keywords: Indonesia, mother’s employment, children’ schooling, multilevel analysis, household labor supply
  • Item
    Pengaruh Utang Luar Negeri Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Pada Empat Negara Asia Tenggara
    (2018-05-14) ELLY FARIANI; Kodrat Wibowo; Armida S. Alisjahbana
    Kawasan ASEAN merupakan salah satu kawasan paling dinamis, dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Bahkan, dalam kurun tahun 1980 hingga pertengahan tahun 1990-an, kinerja pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN berada di atas 7 persen pertahun. Kinerja tinggi perekonomian ASEAN tersebut diyakini oleh banyak kalangan karena didorong oleh sumber daya publik baik dalam bentuk penanaman modal langsung (FDI) maupun utang publik (foreign debt), selain juga faktor perdagangan terbuka. Diantaranya, empat negara ASEAN memiliki kecenderungan tren rasio pertumbuhan utang publik terhadap pertumbuhan ekonomi yang hampir sama untuk periode 1981-2014, yaitu Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada empat negara ASEAN tersebut. Disamping itu, penelitian ini juga akan menjawab pertanyaan, bagaimana pengaruh beberapa faktor ekonomi lainnya seperti: (i) derajat keterbukaan ekonomi; (ii) investasi; (iii) ketersediaan tenaga kerja; (iv) kualitas Sumber Daya Manusia; (v) kredit domestik ke sektor swasta, (vi) komposisi pasokan uang (money supply), dan (vii) penanaman modal langsung dari luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi pada negara-negara Asia Tenggara terpilih (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand). Berdasarkan model yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi pada empat negara Asia Tenggara yang diteliti adalah non-linier dimana utang luar negeri pemerintah dapat memiliki kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sampai pada titik optimum sebesar 35% sebelum akhirnya efek marginal terhadap pertumbuhan ekonomi menurun pada kisaran rasio utang luar negeri pemerintah terhadap PDB sebesar 35% -70%. Dengan kata lain, terdapat hubungan non-linear antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dari ke tujuh faktor determinan ekonomi yang diteliti, empat diantaranya berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu: investasi (gross capital formation), kredit domestik ke sektor swasta (Private Credit), komposisi pasokan uang (money supply), dan penanaman modal langsung dari luar negeri (foreign direct investment).
  • Item
    Kinerja dan Kepemilikan dalam Kaitannya dengan Kebijakan Inisiasi Dividen
    (2017-10-27) DESMINTARI; Rina Indiastuti; Ferry Hadiyanto
    Kinerja dan Kepemilikan dalam Kaitannya dengan Kebijakan Inisiasi Dividen Desmintari Abstrak Inisiasi dividen merupakan kebijakan perusahaan untuk membayar atau tidak membayar dividen pertama pasca IPO, dalam disertasi ini dimodelkan sebagai variabel terikat, yang dipengaruhi oleh kinerja perusahan (terdiri dari size, growth, leverage, profitabilitas, equity ratio) dan struktur kepemilikan (institusional, manajerial, pemerintah, kepemilikan ganda). Disertasi ini juga menguji perbedaan rata-rata dampak terhadap imbal hasil saham antara perusahaan yang membayarkan dengan yang tidak membayarkan dividen. Model yang digunakan dalam 4 model logit menguji hubungan antara kinerja perusahaan dan masing-masing kepemilikan dengan inisiasi dividen. Sedangkan model ke-5 menguji hubungan antara kinerja perusahaan dan seluruh variabel kepemilikan dengan inisiasi dividen. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa dari seluruh model yang dibuat, variabel kinerja perusahaan yang berpengaruh signifikan adalah growth, ROA, dan equity ratio. Sedangkan untuk variabel kepemilikan yang berpengaruh signifikan hanyalah kepemilikan pemerintah. Dengan menggunakan marginal effect diketahui peluang untuk membayar atau tidak membayar inisiasi dividen. Hasil pada semua model yang menunjukkan negatif atau menurunkan peluang membayar inisiasi dividen adalah variabel size, growth, equity ratio, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Sementara untuk variabel yang menunjukkan positif atau naiknya peluang membayar inisiasi dividen adalah variabel leverage, ROA, kepemilikan government dan kepemilikan multiple. Adanya perbedaan antara perusahaan yang membayar dengan yang tidak membayar inisiasi dividen dalam imbal hasil saham diidentifikasikan dengan nilai koefisien yang positif atau Keywords : inisiasi dividen, marginal effect, kinerja perusahaan, Struktur kepemilikan
  • Item
    THE LAND USE ANALYSIS OF OIL PALM PLANTATION TO INCREASE OF INCOME IN : EAST KALIMANTAN PROVINCE
    (2018-10-02) ALWI GASIM; Sutyastie Sumitro; Kodrat Wibowo
    ABSTRACT The development of oil palm plantation has been playing important roles in the economic development, which in turn increasing the income of rural community in East Kalimantan. However, this development will trigger the conversion of land function from forest and farming lands to oil palm plantations. This research applies unit analysis of sub-district/village in the region of East Kalimantan Province using pixel format (1 pixel was equivalent to 1.000 ha) through the process of geospatial model during the research period from 2000 to 2011. Secondary data were used in the process of regression model analysis of using OLS (Ordinary Least Square) and Probit Estimation to estimate the land use and the income of oil palm farmers. The results of model shows that (1) land use for oil palm plantation, has a significant positive correlation with variables, deforestation and the area of oil palm plantation, but the area of forest land cover has a negative correlation. The result also shows that there was a negative correlation between deforestation variable and forest variable. This was because not all of the lands used for plantation were derived from forest lands. (2) In terms of probit panel estimation model, it was found that there was a positive and significant effect of production oil palm plantation on expansion of oil palms and (3) income of households that have oil palm plantations. Forest land use and development needs to be controlled by taking economic factor into account; otherwise, it will give a negative impact on the income of the community. Keywords: Land use, oil palm. Sub-district/village, pixel, geospatial model, OLS (ordinary least square), Probit, DEFOR, FOR, PPSz, and income of households that have oil palm plantations.
  • Item
    ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN INFLASI DAERAH PADA PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA
    (2018-10-18) MB NANI ARIANI; Yayan; Sutyastie Sumitro
    ABSTRAK Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi merupakan indikator untuk melihat kinerja perekonomian baik ditingkat nasional maupun regional (daerah). Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara maupun daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data makro dari 33 provinsi di Indonesia tahun 2004-2014. Model pertumbuhan ekonomi menggunakan regresi panel dengan metode General Least Square (GLS) untuk menganalisis pengaruh variabel pengeluaran pemerintah(lnSpend), kredit(lnCri) , jumlah tenaga kerja (lnEMP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap pertumbuhan ekonomi (lnPDRB) .Sedangkan model inflasi daerah menggunakan regresi panel Probit dengan marginal efek, untuk menganalisis pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi (lnPDRBh ), produktivitas tenaga kerja(labp) dan kontribusi peringkat tertinggi dari komoditas penyumbang inflasi daerah terhadap peluang/probabilitas untuk mencapai target inflasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel kredit dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh tidak signifikan. Hasil dari model inflasi yang menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi (LnPDRBh) berpengaruh negatif signifikan atau peluang inflasi daerah dalam mencapai target inflasi menurun. Sedangkan untuk variabel produktivitas tenaga kerja (llabp) menunjukkan positif atau peluang inflasi daerah mencapai target inflasi naik. Selanjutnya kontribusi tiga (3) komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada masing-masing provinsi adalah peringkat pertama kontribusi kelompok bahan makanan yaitu beras; peringkat kedua kontribusi kelompok perumahan, listrik dan gas yaitu jasa sewa atau kontrak rumah sedangkan peringkat ketiga kontribusi kelompok transportasi ,komunikasi dan jasa keuangan yaitu bensin . Kata Kunci: inflasi daerah, pertumbuhan ekonomi, komoditas
  • Item
    ANALISIS NEW KEYNESIAN PHILLIPS CURVE DI INDONESIA
    (2019-06-20) TETUKO RAWIDYO PUTRO; Budiono; Sutyastie Sumitro
    Banyak penelitian empiris yang mengkaji hubungan dinamis antara inflasi dan pengangguran. Kurva Phillips menganalisis hubungan antara variabel nominal, seperti inflasi, harga, upah dan ekonomi riil. Dengan kata lain, kurva Phillips menunjukkan bagaimana perubahan dalam pendapatan nominal dapat didekomposisi atas perubahan dalam tingkat harga dan kuantitas barang dan jasa dimana hubungan yang terjadi antar variabel nominal ini mempresentasikan sisi penawaran dalam perekonomian khususnya keputusan dalam menentukan tingkat harga dan kegiatan ekonomi riil yang berinteraksi satu sama lain dalam proses produksi. Dalam hal pencarian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang ekonomi makro dan dapat memberikan jawaban terhadap fenomena ekonomi yang tidak terduga seperti sebelumnya seperti adanya peristiwa Great Depression pada tahun 1970-an, banyak pemikiran para ekonom tentang ekonomi makro telah bermunculan dengan versi yang beraneka macam terhadap kurva Phillips. Model New Keynesian Phillips Curve mengatakan bahwa inflasi merupakan fenomena forward looking yang disebabkan oleh penentuan harga nominal yang kaku (staggered) dalam model yang dikembangkan oleh Taylor (1979) dan Calvo (1983). Model New Keynesian Phillips Curve digunakan secara luas dalan analisis teori dan empiris serta dalam penelitian inflasi di Indonesia ini. Rumusan masalah dalam disertasi ini adalah: Pertama, Apakah model new keynesian phillips curve berlaku di Indonesia? Kedua, Bagaimana dampak kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam model New Keynesian Phillips Curve di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua model yaitu model rational ekspektasi dan model new keynesian phillips curve yang dihitung dengan menggunakan teknik analisis generalized methods moments (GMM). Hasil penelitian disertasi ini adalah rasional ekspektasi, output gap, dan suku bunga mempunyai peranan yang signifikan dalam menentukan tingkat inflasi yang terjadi tetapi jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi sehingga bisa dikatakan bahwa model New Keynesian Phillips Curve berlaku di Indonesia.
  • Item
    PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT, KEPEMIMPINAN ETIS, DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS FUNGSI AUDIT INTERNAL DAN DAMPAKNYA KEPADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
    (2016-12-28) AGUS WIDARSONO; Roebiandini Somantri; Ida Suraida
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, dan Komitmen Profesional; (2) Seberapa besar pengaruh Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, Komitmen Profesional secara simultan dan parsial terhadap Efektivitas Fungsi Audit Internal; dan (3) Seberapa besar pengaruh Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, Komitmen Profesional dan Efektivitas Fungsi Audit Internal secara simultan dan parsial terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian dilakukan pada pada 279 SMK bersertifikasi ISO 9001:2008 yang diselenggarakan oleh Masyarakat/Yayasan Pendidikan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory, dengan sumber data diperoleh dari responden yang terdiri dari : (1) Badan Pengurus Yayasan/Pengawas SMK/Komite Sekolah, untuk variabel kualitas laporan keuangan; (2) Kepala SMK, untuk variabel Penerapan Total Quality Management, dan efektivitas fungsi audit internal; (3) Wakil Manajemen Mutu/Quality management representative, untuk variabel kepemimpinan etis; dan (4) Fungsi Audit Internal/Auditor Internal, untuk variabel komitmen profesional. Dari 279 SMK yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini, hanya sebanyak 170 SMK bersertifikasi ISO 9001:2008 yang diselenggarakan oleh Masyarakat/Yayasan Pendidikan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, bersedia mengisi dan mengembalikan kuisioner sampai batas waktu yang telah ditentukan. Analisis data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan software SPSS-AMOS. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat hubungan antar variabel Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, dan Komitmen Profesional; (2) Terdapat pengaruh Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, dan Komitmen Profesional terhadap Efektivitas Fungsi Audit Internal; dan (3) Terdapat pengaruh Penerapan Total Quality Management, Kepemimpinan Etis, Komitmen Profesional, dan Efektivitas Fungsi Audit Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
  • Item
    INTEGRASI PASAR SAHAM ASEAN-5
    (2017-06-10) NYOMAN SUPRASTHA; Budiono; Anhar Fauzan Priyono
    ABSTRAK Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Richards (1995), Kanas (1998a), Chang (2001), Ng (2002) dan Phylaktis dan Ravazzolo (2005), tidak menemukan bukti adanya integrasi pasar saham, namun di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Kasa, (1992); Choudhry, (1996); Chaudhuri, (1997); Syriopoulos, (2004) justru menemukan adanya peningkatan integrasi pasar saham dari waktu ke waktu. Dengan demikian, temuan empiris masih belum seragam. Selain itu, studi integrasi pasar saham sebelumnya didasarkan pada berbagai versi, seperti asset pricing model sementara studi yang lebih baru cenderung mengandalkan teknik ekonometrik. Desertasi ini berfokus pada integrasi pasar saham di tingkat regional dengan menggunakan teknik ekonometrik. Ajayi et al (1998) meneliti interaksi antara return saham dan perubahan nilai tukar dengan menggunakan data harian dengan hasil terdapat hubungan searah antara return saham dengan perubahan nilai tukar untuk Thailand dan Malaysia’ Fang dan Miller (2002) menyelidiki hubungan antara nilai tukar dan kinerja pasar saham di Korea selama krisis keuangan Asia dan menemukan bahwa depresiasi mata uang secara signifikan mempengaruhi kinerja pasar saham. Bhattacharya dan Mukherjee (2003) mempelajari hubungan antara harga saham, nilai tukar riil efektif dari Rupee India, cadangan devisa dan nilai neraca perdagangan dan menemukan tidak ada hubungan kausal antara harga saham dan variabel lainnya. Bailey dan Stulz (1990) melaporkan bahwa pengembalian dari pasar ekuitas AS dan Asia sangat berkorelasi. DeFusco et al. (1996) tidak menemukan kointegrasi antara AS dan pasar keuangan Asia lainnya (yaitu, Hong Kong, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand). Dengan demikian temuan empiris tentang integrasi pasar saham dan hubungan antara nilai tukar dengan pasar saham masih belum seragam. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja vektor-autoregresi (VAR) untuk memperkirakan saling keterkaitan antar pasar sasam. Metodologi VAR sesuai untuk penelitian ini karena sulit untuk memisahkan tingkat guncangan yang ditularkan dari satu pasar ke pasar yang lain. Metodologi ini menganggap endogeneity variabel dalam sistem dan menggabungkan dampak nilai-nilai tertinggal dari variabel-variabel ini. Berdasarkan hasil kajian dengan model VAR dapat disimpulkan bahwa integrasi pasar saham ASEAN-5 telah terintegrasi, dan pergerakan nilai tukar ASEAN-5 berpengaruh terhadap indeks saham ASEAN-5, demikian juga pergerakan indeks Dow Jones berpengaruh terhadap indeks saham ASEAN-5. Hal diatas dapat dilihat dari hasil analisis berdasarkan karakteristik model melalui variance decomposition (VD) memberikan keterangan tentang kontribusi variabel-variabel terhadap salah satu variabel endogen yang sedang diamati dalam sistem VAR. juga dapat terlihat dari Variance decomposition yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah adanya guncangan baik guncangan yang berasal dari diri sendiri maupun guncangan dari variabel lain
  • Item
    Dampak Penularan Krisis Perekonomian Global Terhadap Kesehatan Perbankan Indonesia
    (2016-01-10) NURYASMAN MN; Rina Indiastuti; Raden Muhamad Purnagunawan
    Perbankan sebagai lembaga intermediari dalam perekonomian memegang peranan sangat penting yang menghubungkan antara pelaku ekonomi yang memiliki kelebihan dana (Surplus Financing) dengan pelaku ekonomi yang membutuhkan dana (Deficit Financing) sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperlancar aktivitas perekonomian yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Fungsi ini hanya akan berjalan dengan baik dan memberikan nilai tambah terhadap perekonomian jika dan hanya jika perbankan memiliki kinerja yang baik. Kinerja perbankan yang mencerminkan tingkat kesehatan perbankan diukur dengan berbagai kriteria baik secara internal (CAMELS), eksternal (makroekonomi dan risiko) maupun pengaruh adanya krisis dari negara lain yang biasa disebut dengan efek Kontagion (Contagiont Effect). Penelitian ini mengkaji apakah ada indikator CAMELS mampu membedakan antara bank yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, indikator-indikator CAMELS manakah yang menjadi pembeda dalam menentukan tingkat kesehatan perbankan serta bagaimana pengaruh indikator-indikator dari faktor penularan (Contagion Effect), faktor internal (CAMELS), faktor makroekonomi dan faktor risiko dalam menentukan tingkat kesehatan perbankan. Sampel penelitian menggunakan jumlah bank umum sebanyak 107 bank dari 120 bank dengan periode analisis dari tahun 2001-2012. Dari 107 bank tersebut, 55 bank merupakan bank-bank yang masuk ke kelompok BANK A dengan kategori memiliki modal inti kurang dari Rp1 triliun dan 52 bank lainnya merupakan bank-bank yang masuk ke kelompok BANK B dengan jumlah modal inti diatas Rp1 triliun. Untuk memenuhi kajian tersebut, dilakukan beberapa metode analisis yaitu, analisis diskriminan (Discriminant Analysis) untuk menentukan perbedaan serta indikator yang mampu membedakan tingkat kesehatan perbankan serta analisis Ordered Probit Choice Model untuk menjawab perumusan masalah bagaimana pengaruh dari setiap indikator terhadap tingkat kesehatan perbankan. Penelitian ini menemukan faktor internal (CAMELS) secara statistik mampu membedakan status bank sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat baik untuk kelompok BANK A maupun BANK B. Dari 22 indikator CAMELS yang digunakan dalam penelitian ini ditemukan, 15 indikator mampu membedakan tingkat kesehatan bank pada kelompok BANK A dan 11 indikator pada kelompok BANK B. Beberapa indikator yang menentukan tingkat kesehatan bank ditemukan secara statistik sangat signifikan baik pada kelompok BANK A maupun BANK A (baik dengan arah positif maupun negatif, sementara indikator dampak krisis (AS, ASIA dan EURO) lebih dirasakan pengaruhnya pada kelompok BANK B dibandingkan kelompok BANK A.
  • Item
    ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN DI BANTEN
    (2017-11-06) KHUSAINI; Raden Muhamad Purnagunawan; Sutyastie Sumitro
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan ketimpangan pendidikan di Banten baik sebelum dan sesudah pemekaran wilayah, serta mengetahui kontribusi dari faktor-faktor yang menentukan ketimpangan pendidikan baik dari sisi mikro maupun dari sisi makro. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data mikro KOR SUSENAS, SENSUS PENDUDUK 2010 dan PODES 2010 masing-masing sebanyak 21.215 dari 26.472 dan data rumah tangga sebanyak 6.366, serta 1.535 desa/keluarahan. Sedangkan untuk data makro Banten adalah sebanyak 6 kabupaten/kota dan 18 tahun (1996 – 2013). Hasil penelitian dapat disimpulkan perkembangan tingkat pendidikan penduduk di wilayah Banten semakin merata. Kurva kuznet pendidikan eksis (tanpa variabel kontrol) di Banten dengan ambang batas 6,90 tahun (lama sekolah). Wilayah Banten Utara dan Kabupaten Tangerang berkonstribusi yang signfikan terhadap pembentukan koefisien gini pendidikan di Banten. Pada model agregat, pendapatan keluarga berkontribusi meningkatkan rata-rata lama sekolah dan partisipasi pendidikan, tetapi tidak mampu mengurangi indeks gini pendidikan. Sedangkan anggaran pendidikan berkontribusi meningkatkan pemerataan pendidikan (indeks gini pendidikan turun) di seluruh kabupaten/kota di Banten, namun tidak mampu meningkatkan rata-rata lama sekolah dan partisipasi pendidikan. Jumlah anggota keluarga kurang berpengaruh dalam meningkatkan atau menurunkan ketimpangan pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk perempuan tidak cukup bukti untuk menurunkan indeks gini pendidikan, angka partisipasi murni SMA, dan rata-rata lama sekolah, namun mampu berkontribusi dalam peningkatan angka partisipasi murni SMP/sederajat. Pada model individu, lama sekolah dan partisipasi sekolah ditentukan oleh pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua, gender dan usia, ketersediaan jalan aspal, dan lokasi tempat tinggal. Probabilitas penduduk perempuan lebih berkontribusi dalam mereduksi partisipasi siswa pada sekolah SMA/sederajat dibandingkan penduduk laki-laki. Pendapatan keluarga dan pendidikan orang tua juga berkontribusi pada peningkatan lama sekolah, partisipasi sekolah SMP/sederajat, dan partisipasi sekolah SMA/sederajat. Sedangkan jumlah anggota keluarga yang semakin sedikit memiliki peluang lebih besar untuk sekolah dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anggota lebih banyak. Probabilitas daerah yang mempunyai infrastruktur sekolah lebih mudah diakses oleh anak untuk sekolah dibandingkan dengan daerah yang tidak tersedia infrastruktur sekolah.
  • Item
    Faktor Penentu Capaian Pembangunan Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Beserta Ketimpangannya: Analisis Data Lintas Kabupaten/Kota Di Indonesia
    (2016-11-18) SUGENG SETYADI; Arief Anshory Yusuf; Armida S. Alisjahbana
    Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis faktor-faktor penentu capaian pembangunan di sektor pendidikan dan kesehatan serta tingkat ketimpangannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lintas 491 kabupaten kota di Indonesia tahun 2012. Data lintas digunakan untuk menunjukkan hubungan antara pendapatan perkapita, pengeluaran pemerintah, kualitas birokrasi, ketimpangan pendapatan, populasi penduduk perkotaan, Bantuan Sosial (BOS, BSM, BOK, jamkesmas, jampersal) terhadap capaian pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan beserta ketimpangannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Hasil regresi pendidikan: Pendapatan perkapita, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kualitas birokrasi, BOS, BSM, dan populasi penduduk perkotaan berpengaruh positif terhadap capaian pendidikan (APM, lama sekolah), sedangkan ketimpangan pendapatan berpengaruh negative. 2) Hasil regresi kesehatan: Pendapatan perkapita, kualitas birokrasi, Jamkesmas, dan populasi penduduk perkotaan berpengaruh positif terhadap capaian kesehatan (akses sanitasi, akses air bersih, persalinan dengan petugas kesehatan), sementara pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, ketimpangan pendapatan dan BOK berpengaruh negative. 3) Ketimpangan pendapatan rendah diikuti pula dengan rendahnya tingkat ketimpangan pendidikan dan ketimpangan kesehatan. 4) Daerah yang memiliki pengeluaran sektor pendidikan tinggi memiliki capaian pendidikan tinggi, namun tingkat ketimpangan pendidikannya juga tinggi. 5) Daerah yang memiliki pengeluaran sektor kesehatan tinggi memiliki capaian kesehatan rendah dan memiliki tingkat ketimpangan kesehatan yang tinggi pula. 6) Tingginya Pendapatan Perkapita di suatu daerah juga akan diikuti dengan tingginya tingkat capaian pendidikan dan kesehatan serta tingkat ketimpangan pendidikan dan kesehatan juga yang rendah. 7) Tingginya kualitas birokrasi di suatu daerah juga akan diikuti dengan tingkat capaian pendidikan dan kesehatan tinggi namun tingkat ketimpangan pendidikan dan kesehatan juga tinggi.
  • Item
    Dinamika Cicilan Pokok dan Bunga Utang Pemerintah dan Implikasinya Terhadap Keberlanjutan Fiskal di Indonesia
    (2017-03-10) HADY SUTJIPTO; Kodrat Wibowo; Ferry Hadiyanto
    Pengelolaan utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal sebagai konsekuensi dari postur APBN yang mengalami defisit. Kondisi utang pemerintah Indonesia hingga saat ini terus meningkat dan tentunya akan membebani APBN dengan meningkatnya pembayaran cicilan pokok utang dan bunga setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model determinan cicilan pokok dan cicilan bunga utang pemerintah serta mengembangkan model pengelolaan keberlanjutan fiskal (fiscal sustainaibility). Metode yang digunakan yaitu ordinary least square (OLS) dengan data time series dari tahun 1980-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keseimbangan primer berpengaruh negatif dan tidak signifikan, penarikan utang baru dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap total cicilan pokok utang pemerintah. (2) Elastisitas outstanding utang pemerintah berpengaruh positif dan signifikan, nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan, dan LIBOR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap total cicilan bunga utang pemerintah. (3) Total cicilan pokok dan total cicilan bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan, sementara cadangan devisa dan pendapatan negara berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keberlanjutan fiskal di Indonesia.
  • Item
    Monetary Policy Transmission Using Auto Regressive Distributed Lag (ARDL) Model: Case Of Indonesia
    (2016-12-08) DUDI DERMAWAN SAPUTRA; Sumarno Zain; Rina Indiastuti
    Since July 2005, Inflation Targeting Framework (ITF) policy has been adopted by Bank Indonesia through its monetary policy. In the ITF policy, Bank Indonesia announced the target of inflation and its monetary policy is aimed to achieve the determined target of inflation. The direction of the monetary policy will be reflected in the determination of policy rate (BI Rate). In this research, we studied the influence of monetary policy transmission in both Islamic and conventional banking used Auto Regressive Distributed Lag (ARDL) model. Based on the results of ARDL Model, in a long run, the models indicated that Interbank Money Market Overnight interest rates had a negative relationship with the lending bank (Islamic and conventional). In this model, if the interest rates rise by 1%, loan distribution will drop by -0.181432%. In a short run, the model used was the Error Correction Model (ECM). ECM coefficient was negative and significant at the 5% level, as much as -0.031682, confirming the existence of long-term relationships between the variables.
  • Item
    PERAN PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT JENIS BELANJA BIDANG INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA
    (2016-11-18) BUSTAN; Kodrat Wibowo; Sutyastie Sumitro
    Penelitian ini menganalisis peran pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Dengan menggunakan metode eksplanatoris dan mengaplikasikan persamaan model panel rekursif dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) dengan tehnik Panel Corrected Standard Error (PCSE). Data yang digunakan panel data pada 33 provinsi di Indonesia untuk periode tahun 2006-2013. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui (i) peran karakteristik regional mempengaruhi pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi darat, laut, udara (ii) peran pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi darat, laut, udara terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. (iii) peran pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi darat, laut, udara terhadap distribusi pendapatan di Indonesia Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) model pengeluaran transportasi; infrastruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan, infrastruktur pelabuhan laut berpengaruh positif dan signifikan, infrastruktur bandara udara berpengaruh positif dan signifikan, density berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi. (ii) model PDRB perkapita; pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi berpengaruh positif dan signifikan, infrastruktur jalan berpengaruh negatif dan signifikan, infrastruktur pelabuhan laut berpengaruh negatif dan signifikan, infrastruktur bandara udara berpengaruh negatif dan signifikan, belanja langsung berpengaruh positif dan signifikan, belanja tidak langsung berpengaruh positif dan tidak signifikan, peran pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur transportasi pada 33 (tiga puluh tiga) provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB perkapita (iii) model distribusi pendapatan; pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur transportasi, bantuan sosial dan perlindungan sosial berpengaruh negatif dan tidak signifikan, belanja pegawai berpengaruh positif dan signifikan, PDRB perkapita berpengaruh positif dan tidak signifikan, peran pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi 14 (empat belas) menurunkan ketimpangan pendapatan dan 19 (sembilan belas) provinsi meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan peran PDRB perkapita 8 (delapan) provinsi menurunkan ketimpangan pendapatan dan 24 (dua puluh empat) provinsi meningkatkan ketimpangan pendapatan. Kata kunci : pengeluaran pemerintah pusat bidang infrastruktur transportasi, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, Ordinary Least Square (PCSE)