Efek Latihan Orofaringeal Terhadap Perbaikan Obstructive Sleep Apnea (OSA) Pada Pegawai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Yang Mengalami Kolaps Otot Area Faring

Abstract

Pendahuluan: Obstructive Sleep Apnoea (OSA) adalah gangguan bernapas saat tidur yang ditandai dengan episode berulang dari sumbatan jalan napas atas secara total (apnea) atau sebagian (hipopnea). Mendengkur dan kantuk di siang hari merupakan gejala paling umum yang dilaporkan pada OSA. Kuesioner STOP-Bang, Berlin dan skala kantuk Epworth merupakan kuesioner tervalidasi yang dapat digunakan untuk diagnosis OSA secara subjektif. Sumbatan jalan napas atas dapat terjadi pada tingkat yang bervariasi termasuk palatum lunak, dasar lidah dan dinding lateral faring. Nasolaringoskopi serat lentur digunakan sebagai alat diagnosis objektif untuk mengidentifikasi lokasi sumbatan pada OSA. Diagnosis baku emas OSA adalah dengan pemeriksaan polisomnografi. Latihan orofaringeal dapat menjadi terapi OSA dengan melakukan gerakan yang melibatkan otot lidah, palatum lunak, dinding lateral faring, dan wajah yang dapat mencegah kolaps dengan mempertahankan otot bagian napas atas tetap terbuka saat tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek latihan orofaringeal pada pasien OSA akibat kolaps area faring yang ditegakkan dengan nasolaringoskopi serat lentur. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Delapan belas peserta terpilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dilakukan intervensi latihan orofaringeal selama 6 minggu. Nasolaringoskopi serat lentur digunakan untuk menegakkan kolaps area faring. Penilaian kuesioner Berlin digunakan untuk menilai intensitas dan frekuensi mendengkur, skala tidur Epworth digunakan untuk menilai kantuk di siang hari sebelum dan sesudah latihan. Temuan: Hasil penelitian menunjukan penurunan persentase penyempitan area faring (retropalatal) yang bermakna (sebanyak 58,8%, p<0,05) setelah diberikan intervensi latihan orofaringeal, begitu juga perbaikan frekuensi mendengkur (sebanyak 94,1%, p<0,01), perbaikan intensitas mendengkur (sebanyak 100%, p<0,01) dan perbaikan kantuk di siang hari (rerata 4 poin, p< 0,01). Diskusi: Latihan orofaringeal selama 6 minggu terbukti menurunkan persentase penyempitan area retropalatal, memperbaiki frekuensi dan intensitas mendengkur dan memperbaiki kantuk di siang hari.

Description

Keywords

kuesioner Berlin, nasolaringoskopi serat lentur, latihan orofaringeal

Citation