STUDI IDENTIFIKASI TOMAT MUTAN iaa9-3 dan iaa9-5 PADA FASE VEGETATIF DAN REPRODUKTIF SERTA RESPONNYA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN MELALUI TEKNIK IN VIVO DAN IN VITRO

Abstract

Mutan iaa9-3 dan iaa9-5 merupakan hasil mutasi dari tomat Micro-Tom (WT-MT) yang introduksi dari Tsukuba University dengan karakteristik buah partenokarpi yang terbentuk sebelum terjadinya fertilisasi sebagai akibat dari mutasi pada gen Indole Acetic Acid 9 (IAA9). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon morfologi dan fisiologi mutan iaa9 dan WT-MT yang ditanam di Jatinangor serta responnya terhadap berbagai tingkat cekaman kekeringan pada kondisi in vivo dan in vitro. Penelitian ini terdiri dari tiga set percobaan, yaitu : percobaan I tentang identifikasi respon morfologi (vegetatif dan reproduktif) dan fisiologi tanaman tomat mutan yang ditanam di Jatinangor dengan susunan Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu genotipe tomat yaitu WT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3); percobaan II tentang pengujian pada kondisi kekeringan in vivo disusun dengan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial terdiri dari faktor genotipe yaituWT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3) dan faktor volume penyiraman yaitu 25% (W1), 50% (W2), 75% (W3), dan 100% (W4); dan percobaan III tentang pengujian pada kondisi kekeringan in vitro yang terdiri dari faktor genotipe yaitu tomat WT-MT (G1), iaa9-3 (G2), dan iaa9-5 (G3) dan faktor konsentrasi polietilen glikol (PEG) yaitu PEG 0% sebagai kontrol (PEG0), PEG 5% (PEG5), PEG 10% (PEG10), dan PEG 15% (PEG15). Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa genotipe mutan iaa9-3 memiliki nilai tertinggi pada CCI, prolin, jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah sedangkan genotipe mutan iaa9-5 memiliki nilai tertinggi pada kandungan klorofil-a, klorofil-b, klorofil total, likopen, dan beta karoten. Percobaan II dengan induksi cekaman kekeringan in vivo menunjukkan bahwa genotipe mutan iaa9-3 dan iaa9-5 memiliki sifat unggul secara fisiologis dan pertumbuhan akar dibandingkan dengan WT-MT. Rendahnya sifat morfologis pada genotipe mutan jika dibandingkan dengan WT-MT menunjukkan bahwa adanya adaptasi atau sifat responsif terhadap cekaman kekeringan. Hasil percobaan III dengan induksi cekaman kekeringan in vitro menunjukan bahwa mutan iaa9-5 lebih toleran daripada mutan iaa9-3 dan WT-MT pada kondisi kekeringan secara in vitro. Kebaruan dari penelitian ini adalah informasi daya adaptasi berbasis karakteristik morfologi dan fisiologi dari mutan iaa9 dan WTMT-nya terhadap berbagai cekaman kekeringan dalam kondisi pengujian in vivo dan in vitro.

Description

Keywords

iaa9, Kekeringan, Morfologi

Citation