Perbedaan Laju Aliran Saliva pada Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Obat Inhalasi
No Thumbnail Available
Date
2019-03-28
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Pendahuluan: Penderita asma bronkial menggunakan obat pengontrol secara rutin untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Obat yang direkomendasikan merupakan kombinasi kortikosteroid inhalasi dan beta-2 agonist kerja lambat. Penggunaan beta-2 agonist dalam jangka panjang dapat menurunkan laju aliran saliva. Penurunan laju aliran saliva mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut. Metode: Subjek penelitian sebanyak 47 orang penderita asma bronkial pengguna obat inhalasi di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung dengan rentang usia 15-60 tahun. Subjek dikategorikan dalam 3 kelompok berdasarkan frekuensi penggunaan obat inhalasi: 1 kali, 2 kali, dan 3 kali per hari. Kemudian subjek diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva tidak terstimulasi untuk mengukur laju aliran saliva. Hasil: Kelompok pengguna obat inhalasi dengan frekuensi 1 kali per hari (n=12) menunjukkan rata-rata laju aliran saliva sebesar 0,392ml/menit. Kelompok pengguna obat inhalasi dengan frekuensi 2 kali per hari (n=27) menunjukkan rata-rata laju aliran saliva sebesar 0,248ml/menit. Kelompok pengguna obat inhalasi dengan frekuensi 3 kali per hari (n=8) menunjukkan rata-rata laju aliran saliva sebesar 0,125ml/menit. Hasil uji statistik menunjukkan p<0,005. Simpulan: Frekuensi penggunaan obat inhalasi memengaruhi laju aliran saliva. Berdasarkan penelitian, terdapat perbedaan laju aliran saliva yang signifikan antara penggunaan obat inhalasi dengan frekuensi 1 kali per hari, 2 kali per hari, dan 3 kali per hari. Semakin tinggi frekuensi penggunaan obat inhalasi, maka laju aliran saliva semakin rendah.
Description
Keywords
Laju aliran saliva, Asma bronkial, Beta-2 agonist