PERBEDAAN DERAJAT KEPARAHAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR SEBELUM DAN SESUDAH BEDAH ORTOGNATIK

Abstract

Gangguan sendi temporomandibular/ temporomandibular joint disorder (TMD) disebabkan oleh 5 faktor, yaitu kondisi oklusal, trauma, stress, deep pain input, kebiasaan buruk dan aktivitas parafungsional. Maloklusi yang sering menimbulkan TMD adalah maloklusi skeletal kelas III. Perawatan yang tepat untuk maloklusi skeletal kelas III adalah bedah ortognatik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan derajat keparahan gangguan TMJ sebelum dan sesudah bedah ortognatik. Penelitian ini menggunakan pengambilan data berdasarkan purposive sampling, sebelum dan setelah operasi ortognatik. Sejumlah 10 subjek penelitian yang akan melakukan bedah ortognatik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unpad dan Rumah Sakit Hasan Sadikin bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial dilakukan pemeriksaan klinis sendi temporomandibular di poli, serta mengisi kuisioner sebelum dan sesudah operasi ortognatik dan foto cone beam computed tomography (CBCT) 7 bulan sesudah operasi ortognatik di bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unpad. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 10 sampel pada pemeriksaan gejala klinis menggunakan kuesioner fonseca didapatkan hasil 90% sampel tanpa disfungsi TMJ,10% sampel dengan disfungsi TMJ ringan, dan tidak ada sampel yang disfungsi TMJ. Berdasarkan penilaian indeks helkimo didapatkan hasil 20% sampel tanpa disfungsi TMJ, 70% disfungsi TMJ ringan, 10% sampel disfungsi TMJ sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik derajat keparahan gangguan sendi temporomandibular sebelum dan sesudah pembedahan ortognatik dengan nilai-p < 0,05 berdasar indeks Helkimo dan kuesioner fonseca dimana setelah operasi terdapat adanya penurunan derajat keparahannya TMJ

Description

Keywords

Bedah ortognatik, Helkimo indeks, Kuesioner fonseca

Citation