GANGGUAN ARTIKULASI KONSONAN ANAK TUNARUNGU STUDI KASUS DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA YAYASAN MITRA ISWARA KAB.TASIKMALAYA KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Abstract

Judul tesis ini adalah “Gangguan Artikulasi Konsonan Anak Tunarungu Studi Kasus di SDLB Yayasan Mitra Iswara Kab.Tasikmalaya Kajian Psikolinguistik”. Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari tingkatan paling ringan sampai paling berat. Anak dengan ganggguan pendengaran atau tunarungu memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengakses bunyi. Pemerolehan bunyi yang terganggu berdampak pula pada artikulasi bicara anak tunarungu. Kajian psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk mengakaji lebih lanjut bagaimana produksi ujaran pada anak tunarungu dan kesulitan mereka dalam memproduksi ujaran khususnya dalam produksi konsonan.Adapun tujuan yang hendak dicapai, yaitu mendeskripsikan (1) artikulasi bunyi konsonan pada anak tunarungu; (2) gangguan artikulasi konsonan pada ujaran anak tunarungu. Penelitian mengenai artikulasi konsonan anak tunarungu ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini memiliki kekhasan data berupa tulisan atau teks. Adapun metode yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus tertarik dengan apa adanya data tanpa melakukan tindakan atau kontrol yang disengaja. Peneliti studi kasus secara spesifik mengamati karakteristik dari individu: anak tunarungu. Data diperoleh dengan merekam ujaran anak tunarungu. Pengumpulan data penelitian ini dengan metode teknik simak libat cakap (SLC) yang disertai dengan teknik rekam dan teknik catat. Sumber data utama penelitian ini adalah ujaran anak tunarungu berupa kata. Informan adalah tiga orang anak tunarungu. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai observer, lembar observasi, dan alat rekam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunarungu cukup mampu mengujarkan konsonan bilabial, labiodental, dan dental. Gangguan artikulasi yang ditemukan adalah substitusi, omisi, dan adisi konsonan. Dari ketiga pola tersebut, substitusi adalah pola yang paling banyak ditemukan dalam ujaran anak tunarungu. Penghilangan konsonan banyak ditemukan pada posisi awal kata atau disebut omisi aferesis. Di sisi lain, penambahan bunyi aspiran atau adisi bunyi [h] pun cukup banyak ditemukan dalam ujaran anak tunarungu. Kata kunci: tunarungu, gangguan artikulasi, pemerolehan fonologi, psikolinguistik.

Description

Keywords

Psikolinguistik, gangguan artikulasi, tunarungu

Citation

Collections