CROSSPLAYING DAN PERFORMATIVITAS GENDER PADA KOMUNITAS COSPLAY SEBAGAI BAGIAN DARI BUDAYA POPULER DI BANDUNG
No Thumbnail Available
Date
2022-10-12
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Disertasi ini mengkaji cara performativitas gender digambarkan oleh crossplayer Female-to-Male (F2M) dan Male-to-Female (M2F) dengan mengubah identitas laki-laki dan perempuan dengan atribut yang melekat padanya. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Etnografi di Bandung yang melibatkan 18 subjek penelitian berusia 19-29 tahun. Data dikumpulkan melalui observasi di lapangan, media sosial dan wawancara mendalam. Hasil data menunjukkan bahwa crossplay F2M dan M2F adalah usaha untuk menunjukkan dan mengubah maskulinitas dan femininitas yang diidentifikasi dengan atribusi laki-laki dan perempuan normatif. Citra maskulin dan feminin ideal dalam crossplay F2M dan M2F masing-masing terwujud dalam empat karakter khas, yaitu ikemen, bishounen, shouta, dan reverse trap untuk F2M serta bishoujo, lolita, gyaru dan trap untuk crossplay M2F. Selain itu, persona crossplayer pun dibangun melalui costest, performace di atas panggung, costreet, photses dan interaksi dengan komunitas untuk membangun persona front stage di ruang publik. Kelindan identitas gender sehari-hari dan performativitas gender crossplay terlihat dari identitas gender yang dimainkan di ruang publik sebagai pelarian dari kesehariannya dan negosiasi citra gender ideal dari fantasi menjadi kenyataan berdasarkan motivasi crossplayer menampilkan yang difantasikan. Selanjutnya, varian gender yang ditampilkan oleh crossplayer sebagai identitas laki-laki dan perempuan dalam crossplay F2M dan M2F tercerminkan dengan jelas dalam konvensi. Namun, identitas tersebut tidak terlihat saat memasuki ruang sosial yang mengekalkan heteronormatif gender. Sistem partiarki, agama, keluarga dan streotipe gender di lingkungan kerja memengaruhi crossplayer dalam menunjukkan keragaman gender. Relasi kuasa yang muncul dalam ruang sosial dan domestik yang sangat mengekalkan heteronormativitas tersebut menyebabkan beberapa crossplayer berusaha bernegosiasi dengan karakter yang akan dimainkan saat crossplay.
Description
Keywords
Performativitas Gender, Cosplay, Crossplay